Ayam bakar

"Aku harap Mas Reihan Sudah memaafkan aku ketika dia sudah pulang bekerja nanti," batin Sheila ketika menyiapkan makan malam setelah pulang bekerja.

"Tapi tumben jam segini Mas Ragil belum datang," batin Sheila sambil celingak-celinguk memandang kearah ruang tamu.

"Kania udah lapar Mi," keluh Kania yang baru keluar dari kamarnya sambil menarik kursi ruang makan dan mendudukinya.

"Sabar tunggu kakakmu, mungkin kakakmu sedang terjebak kemacetan," ucap Mayang sambil mengikuti Kania duduk.

Tak selang beberapa lama Reihan telah sampai dirumahnya kemudian menyapa ibu dan adiknya tanpa memperdulikan keberadaan istri nya. Bahkan Reihan mengacuhkan uluran tangan Sheila yang selalu mencium tangannya ketika dia pulang bekerja.

"Kok tumben Rei, kamu baru pulang? kami menunggu kamu," ucap Mayang kepada anak laki-lakinya.

"Iya Kak, kami menunggu kakak untuk makan malam," sambung Kania.

"Aku sudah makan bersama Ajeng tadi, jadi aku pulang terlambat," ucap Reihan yang membuat hati Sheila seperti tertusuk jarum.

"Kakak pulang bareng ya?" ucap Kania senang karena dia sangat mendukung Ajeng.

"Iya, aku mandi dulu," ucap Reihan sambil beranjak ke kamarnya tanpa memperdulikan perasaan Sheila.

"Bagus, memang ini yang aku inginkan," batin Mayang senang sambil menatap jahat ke arah Sheila yang tertunduk sedih.

"Mi, Sheila permisi makan di dapur saja," ucap Sheila dengan suara bergetar sambil beranjak dari tempat duduknya.

Air mata Sheila sudah tak mampu di bendungan ya lagi, makan di dapur hanyalah alasan untuk menangis diam-diam dan menumpahkan segala kesedihannya di sana.

Tanpa mengisi perutnya yang kosong setelah seharian bekerja, Sheila yang telah selesai merapikan meja makan bekas mertua dan iparnya memutuskan untuk segera kembali ke kamarnya untuk beristirahat.

Perasaannya bertambah hancur ketika mendapati suaminya yang tengah Asyik chatting dengan seseorang. Namun Sheila berusaha bersikap tenang dan mencoba untuk menahan air matanya agar tidak menetes.

"Mas sedang chatting dengan siapa?" ucap Sheila memberanikan diri.

"Dengan Ajeng, memang kenapa?" ucap Reihan malah balik bertanya.

"Pasti urusan kantor ya Mas?" ucap Sheila sambil berbaring di samping suaminya.

Tidak ada jawaban dari Reihan, dia malah terlihat makin asyik memainkan ponselnya tanpa memperdulikan Sheila.

"Aku harus berpikir positif," ucap Sheila mencoba menenangkan hatinya.

Rasa gelisah yang mengacaukan pikirannya membuat Sheila tak mampu memejamkan matanya untuk tidur sebentar saja walau rasa kantuk terus menyerang dirinya. Tapi setidaknya Sheila bisa bernafas sedikit lega malam ini karena Reihan tidak meninggalkannya untuk tidur diruang tamu lagi.

Dengan kepala dan mata yang terasa berat Sheila bersiap menggambil tas selempang ke kamarnya untuk segera berangkat bekerja.

"Mas Ragil pasti sudah menungguku di depan, lebih baik aku sarapan ditempat kerja saja," batin Sheila yang tak mengisi perutnya lagi di pagi ini sambil melangkah ke luar rumah.

Dengan langkah buru-buru Sheila terkejut ketika hanya mendapati mertuanya saja yang berada di teras rumah, Reihan dan motornya sudah tidak terlihat menunggunya.

"Reihan sudah berangkat bersama Ajeng, lebih baik kamu naik angkutan umum saja," celetuk mertuanya yang membuat Sheila kaget.

"Iya Mi, Sheila berangkat dulu ya," ucap Sheila dengan suara bergetar berusaha menahan tangisnya.

Dengan langkah gontai dan pikirannya yang sedang kacau balau Sheila tidak memperdulikan beberapa angkutan yang lewat, Dia terus melangkahkan kakinya menyusuri pinggiran jalanan kota dengan tatapannya kosongnya ditambah hatinya yang sangat hancur.

"Apa aku salah dengan apa yang aku lakukan saat ini? dia itu istri Reihan," batin Ragil yang berada di sekitar lokasi yang sama sambil mengemudikan mobilnya perlahan dan mengamati para pejalan kaki berharap bertemu dengan Sheila lagi pagi ini.

"Ini tidak benar, aku tidak boleh seperti ini," batin Ragil yang hendak menambahkan kecepatan laju mobilnya.

Ragil mengurungkan niatnya ketika pandangannya mendapati seseorang wanita pejalan kaki di ujung jalan yang roboh tak sadarkan diri, Ragil segera menepikan mobilnya dan menolong wanita itu dengan beberapa orang yang sudah terlebih dulu mengerubunginya.

"Kau..." batin Ragil kaget ketika mendapati ternyata wanita yang sedang yang sedang tak sadarkan diri itu adalah wanita yang sedang dia pikirkan.

Ragil segera membopong Sheila ke dalam mobilnya untuk membawanya ke rumah sakit tapi di tengah-tengah perjalanan sebelum sampai di rumah sakit, Sheila mulai sadarkan diri dan menolak untuk di bawa ke rumah sakit.

"Kau yakin tidak mau ke rumah sakit? wajahmu sangat pucat sekali," ucap Ragil yang saat itu menepikan mobilnya sebentar.

"Aku hanya kurang tidur, dan belum makan saja," ucap Sheila.

"Baiklah, kalau begitu kau harus ikut denganku! aku akan memberikanmu makan," ucap Ragil bersemangat sedangkan Sheila hanya bisa pasrah dan tak menolak ajakan dari Ragil karena mulai dari pusing yang sangat teramat sampai tubuh lemas gemetar sedang menyerang dirinya sekarang.

Ragil kembali melajukan mobilnya dan menepikan mobilnya di sebuah cafe mewah tanpa memperdulikan rapat pentingnya di kantor yang sedang menunggunya saat ini.

"Kau suka makan apa?" tanya Ragil sambil membaca buku menu.

"Ayam bakar," ucap Sheila singkat dengan mata lengketnya.

"Makanan favorit kita sama," ucap Ragil sambil tersenyum dan segera memesan dua porsi ayam bakar.

"Wanita ini semakin mengingatkan aku kepadamu, bahkan makanan favorit kalian bisa sama," batin Ragil yang kembali mengenang gadis di masa kecilnya.

Tak banyak obrolan di antara mereka berdua hingga mereka selesai makan karena Sheila yang sedang patah hati dan mengantuk berat hanya menjawab singkat setiap ucapan dari Ragil.

"O ya namamu siapa?" tanya Ragil setelah selesai makan karena dia tak ingin kelupaan lagi.

"Shei..." ucap Sheila terputus karena dia mulai tertidur dengan menyandarkan kepalanya di meja.

"Sepertinya dia benar-benar sedang mengantuk berat, sampai tak mampu lagi menjawab pertanyaan dariku," ucap Ragil sambil tersenyum ketika mendapati Sheila tertidur yang langsung tertidur pulas.

Karena tak tega ingin membangunkannya ketika hendak pulang, Ragil membopong Sheila ke mobilnya hingga membuat iri para pekerja di cafe itu karena mengira mereka berdua adalah sepasang kekasih.

...****************...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!