BAB. 5

“ Retno, kamu tidak membawa peralatanmu?” tanya Pak Anto

Pak Anto berjalan ke arah bangku yang di tempati Retno karena gadis itu masih sibuk mengorek-ngorek isi tasnya .

Kini, semua mata memandang ke arah Retno termasuk Davina dan Danisa yang duduk bersebelahan, serta Amanda yang duduk di bangku paling depan. Padahal, Pak Anto adalah salah satu guru killer yang tega menghukum muridnya membersihkan toilet atau taman jika tidak melakukan tugas dengan baik.

“ Sepertinya, aku meletakkannya di meja belajarku semalam.” Jawab Retno santai.

Davina nyaris terjungkal dari kursinya mendengar jawaban Retno. Bahkan, teman sekamarnya itu tidak menunjukkan ekspresi menyesal.

Retno malah menatap datar ke arah Pak Anto.

“ siapa lagi yang tidak membawa peralatan? Cepat keluar dari kelas dan bersihkan halaman belakang sekolah!”

Mata Davina membola sempurna mendengar hukuman tersebut. Rencana awal Davina untuk tidak ikut campur, sepertinya akan gagal total, karena gadis itu meletakkan kembali peralatannya ke dalam tas dan berdiri.

“ Busur dan penggaris panjangku tertinggal di atas tempat tidur, Pak.” kata Davina tiba-tiba.

Sontak semua murid yang di dalam kelas menoleh.

“ Kamu juga, Davina?” tanya Pak Anto memastikan.

Davina menganggukkan kepalanya. Bukan Davina namanya kalau tidak senang menggali kuburan sendiri.

“ Kurasa, aku juga melupakan buku besarku di koper, Pak guru.” Ucap Danisa

“ Dan kurasa aku juga melupakan semua peralatan Fisikaku.” Ucap Amanda

Davina menoleh ke arah kakaknya dan juga Amanda yang berdiri di barisan depan. Bagus, ternyata sekarang dia memiliki saudara kembar dan teman yang senang menggali kuburannya sendiri. Davina tahu betul, kakaknya tidak melupakan peralatan sekolahnya.

“ Bagus! Empat murid pada pelajaran Fisika pertama kelas ini dikeluarkan. Kalian berempat, bersihkan taman belakang sekolah hingga bel pulang sekolah berbunyi.”

Davina mengangkat bahunya dan berjalan ringan menuju pintu kelas, sementara beberapa teman laki-lakinya menatap tidak percaya. Mungkin, baru kali ini mereka melihat gadis seaneh Davina.

Sungguh, lain kali Danisa merasa perlu untuk mengajari adik kembarnya untuk tidak mencampuri urusan orang lain. Tentu saja, klau bukan karena Davina, Danisa tidak akan berjalan menyusuri lorong menuju taman belakang. Kalau saja Davina bukan adiknya, dia takkan sudi berbohong.

Danisa menoleh ke arah adiknya yang kini berjalan di sampingnya dengan santai tanpa beban. Melihat Davina seperti itu membuat Danisa ingin sekali menjitak kepala adiknya.

“ Untuk apa kamu melakukan semua ini? Retno sudah bilang supaya kamu tidak perlu mencampuri urusannya. Kenapa masih melakukannya juga ?”

Danisa bertanya dengan suara dinginnya yang khas.

“ Ayolah, Kak. Ada kalanya, kamu tidak perlu hidup berfikiran monoton tentang hidupmu. Ada kalanya, kamu harus bersenang-senang, seperti melanggar peraturan. Lagi pula, apa yang salah? Retno temanku.”

Davina, bahkan tidak merasa gelisah sama sekali karena dikeluarkan dari kelas.

Danisa memiringkan kepalanya sejenak. “ Bermain-main bukan di sini tempatnya. Aku heran, mengapa aku bisa memiliki saudara kembar sepertimu? Tidak bisakah kamu menghilangkan sedikit hobi menggali kuburanmu sendiri itu?”

Davina tampak meringis mendengar gerutuan kakaknya. “ Takdir. Aku ditakdirkan menjadi seseorang yang hobi menggali kuburanku sendiri. Kalau tidak aku akan gila, Kak.” ucap Davina tanpa merasa bersalah.

“ Tapi, ada saat di mana kamu harus bersikap dewasa. Setidaknya, apa yang kakakmu katakan itu benar, Vina. Kamu harus membuang sedikit hobi jelekmu itu.” ucap Amanda ikut menasehati.

Danisa tersenyum penuh kemenangan saat Amanda membelanya. Memang, seharusnya adiknya itu bersikap lebih dewasa,kan? Mungkin setelah Amanda mengatakan itu, Davina akan sedikit berubah.

“ Aku akan menjadi sangat dewasa setelah aku menikah nanti. Bukankah Kakak tahu aku terkena

Sindrom Peterpan. Dan, sindrom itulah yang membuatku enggan untuk berfikir dewasa.” ungkap Davina.

Danisa menghela nafas kesal ketika mendengar jawaban adiknya.

Bugh.

Mata Danisa mengerjap beberapa kali setelah menyadari dirinya baru saja menabrak tubuh Davina dan Amanda yang mendadak berhenti di depannya.

Jangan lupa like. Vote dan komen ya guys. Terima kasih.🙏🥰🫶🌹🌹

Bersambung

Terpopuler

Comments

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

Danisa gak usah dingin" gitu mukanya biar gak horor 😅😅😅

2023-09-19

1

Dini

Dini

punya adik kayak Vina butuh extra sabar😁

2023-08-13

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!