3. Tawaran Jonatan

Sementara itu, Jonatan sibuk berbicara dengan Micel melalui ponsel pintarnya. Ia menyampaikan situasi yang sedang terjadi dan memohon  meminta Micel untuk segera datang. Micel yang awalnya bingung, akhirnya setuju untuk datang dan memberi penjelasan.

Setelah menunggu beberapa saat yang tampaknya berlalu dengan lambat, Micel tiba di kafe. Wajahnya terkejut melihat Jonatan dan Madelin duduk di sana dengan ekspresi tegang, sementara Nyonya Lily duduk di sisi lain dengan ekspresi jengkel. Wanita itu terlihat seperti tengah menahan sembelit.

"Astaga, apa yang sedang terjadi di sini?" Micel berkata sambil mencoba menahan tawanya melihat situasi kacau ini.

Jonatan tersenyum lega melihat Micel. "Oh hai, Micel! Bagus kamu datang di saat yang tepat. Begini situasinya saat ini aku dianggap memiliki 'hubungan khusus' dengan Madelin oleh Nyonya Lily. Aku ingin membuktikan bahwa ini hanya salah paham."

Micel tertawa. "Ini benar-benar seperti sinetron, ya? Oke, berikan aku beberapa menit untuk menjelaskan."

Micel mengambil tempat duduk dan memberikan penjelasan bahwa dia adalah teman kencan Jonatan yang sebenarnya. Dia menyebutkan bahwa rencana bertemu di kafe ini sudah diatur sebelumnya, dan buket bunga adalah hadiah karena Jonatan ingin mempraktikkan memberikan bunga kepada seorang perempuan.

Nyonya Lily merasa canggung dan sedikit malu atas kejadian ini. Dia termakan rencananya sendiri. Namun ia tidak mau kalah, jadi ia memutuskan untuk pergi begitu saja, namun sebelum benar-benar pergi ia melirik ke arah wanita bernama Micel tersebut dengan lirikan sombong.

"Oh jadi kau ya rupanya teman kencan Jonatan. Tapi sepertinya, wajahmu tidak terlalu cantik karena seingatku Jonatan ini sangat tergila-gila dengan wanita cantik," sindir Nyonya Lily. Ia sengaja melakukan itu dengan maksud mempermalukan Jonatan sesungguhnya.

Jonatan tersenyum. Ia merangkul Micel erat. Lalu memamerkannya dengan rasa bangga. "Cantik dia sangaaat cantik. Tapi sepertinya seseorang yang terbiasa melihat sesuatu, hanya dengan mengetahui keindahan luarnya saja, hanyalah orang yang tidak memiliki hati sebagai manusia," sindir Jonatan.

Tampak muncul kerutan jelas di kening Nyonya Lily, ia merasa tersindir sampai akhirnya ia benar-benar pergi begitu saja.

"Nyonya Lily sebaiknya kau pergi ke klinik kecantikan milikku. Sepertinya keriputmu sudah banyak bermunculan. Aku akan memberikan diskon padamu nanti." Bahkan Jonatan masih tidak berhenti menyuarakan sindirannya, meski Nyonya Lily telah pergi.

***

"Sungguh, apa yang aku lakukan?" Nyonya Lily mengelus pelipisnya dengan tangan, merasa malu atas perbuatannya sendiri.

Madelin melangkah mendekatinya dan tersenyum. "Ibu, apakah ini rencana dari Ibu untuk mempertemukanku dengan Jonatan?"

"Diam!" bentak Nyonya Lily geram. Dia mempercepat langkahnya, rasa malu juga marahnya telah mencapai ubun-ubun, ia lalu meninggalkan Madelin begitu saja ketika mobil jemputannya sudah sampai di depan mata.

Madelin hanya tersenyum. "Hati-hati Ibu, tolong jangan terlalu mengingat kejadian hari ini," ucapnya sopan dan lemah lembut.

Nyonya Lily tidak menggubris, ia mengabaikannya dan pura-pura seperti tidak melihat.

Sepeninggalan Nyonya Lily, Madelin menghela nafas berat. "Syukurlah ... tidak terjadi apa-apa," gumamnya.

Madelin kemudian berbalik dan hendak berpamitan dengan Jonatan. Meski pertemuannya dengan Jonatan cukup mengejutkan, setidaknya ia bisa sedikit bersyukur bahwa berkat laki-laki itu dia bisa menghindari rencana busuk Nyonya Lily.

***

"Kau tidak ingin, aku mengantarmu pulang?" tawar Jonatan.

Madelin menggeleng. "Tidak terima kasih. Nikmati kencanmu saat ini. Aku benar-benar berterima kasih untuk bantuanmu." Madelin hendak pergi, namun begitu ia berbalik, ia merasa tangannya ditahan oleh Jonatan.

"Sebentar saja. Aku mohon ... beri aku kesempatan bicara." Tiba-tiba saja Jonatan terlihat serius.

"Aku tidak sepantasnya mengusik waktumu. Selain itu juga, Micel sepertinya tidak nyaman jika aku berlama-lama di sini." Madelin menatap Micel dengan tatapan sedih.

Micel menggeleng. "Tidak apa-apa. Nona, biarkan Tuan Jo bicara, saya rasa jika Tuan sampai seperti ini, Anda bisa memberi waktu padanya sedikit saja, aku mohon," ucap Micel memohon pada Madelin.

Madelin sedikit terkejut dengan perubahan Micel yang begitu cepat. Jika sebelumnya, Micel terlihat berakting sebagai teman kencan Jonatan, sekarang terlihat dengan jelas dari gaya bicaranya yang berubah formal menunjukkan bahwa sepertinya Jonatan adalah orang yang sangat ia hormati.

Madelin merasa tidak enak hati. Mau tidak mau, ia akhirnya mengalah dan membiarkan Jonatan bicara.

Jonatan tersenyum. "Aku berterima kasih padamu karena mau memberiku kesempatan. Sebelumnya perkenalkan dia adalah Micel. Wanita ini adalah asisten pribadiku, Micel memiliki pekerjaan yang berurusan dengan hal-hal pribadiku. Karena itu, ia harus selalu siap sedia ketika aku meminta bantuannya. Dan mengenai kejadian tadi, sepertinya kau sendiri peka dengan sikap Nyonya Lily tadi?"

"Tentu saja. Terlepas meski, aku merasa tidak nyaman denganmu, aku tetap berterima kasih atas bantuanmu barusan." Madelin sejujurnya tidak ingin terlalu membahas hal ini dan berusaha menghindari topik. "Jika, tidak ada yang ingin kau bicarakan dengan penting, izinkan aku untuk pulang."

"Tunggu sebentar Madelin. Ah maafkan aku, jika terlalu bertele-tele. Aku ingin membicarakan ini padamu, karena kita sudah bertemu, aku sangat ingin membantu Sam untuk memperbaiki bisnisnya." Jonatan menatap Madelin lekat-lekat.

"Sam tidak menyukaimu, itu pasti akan sulit terjadi." Madelin pesimis.

Jonatan menggeleng. "Aku tidak akan ikut campur. Aku, akan mengenalkan Sam pada seorang pria bernama Mark, dia sangat berpengalaman di dalam dunia bisnis dan aku rasa, dia dapat membantu Sam. Kau pasti mengenal Mark  Zen, dia sangat terkenal bukan?"

"Mark Zen tentu saja aku mengenalnya. Dia dikenal sebagai sosok yang seringkali dicari oleh para pengusaha, ketika usaha yang mereka bangun hancur dan berada di dalam krisis. Seperti kata rumor, dia dapat memulihkan sebuah perusahaan yang bangkrut kembali berjaya dengan cepat," ujar Madelin.

Jonatan mengangguk-anggukkan kepalanya. "Benar. Aku akan mengenalkan orang itu pada Sam. Dan aku tidak akan ikut campur dan hanya mengawasi dari jauh. Bahkan jika, Mark gagal membantu Sam, aku akan memberikan kalian dana pengganti, bagaimana Madelin?" tawar Jonatan.

Madelin berpikir sejenak. "Kenapa kau sampai melakukan hal sejauh ini?"

"Kau tidak perlu berpikir rumit Madelin, kau hanya cukup mengatakan ya atau tidak. Tapi jika kau mengatakan ya, aku akan membantu dan juga memberitahumu mengenai sebuah rahasia menarik yang berhubungan dengan Sam. Bagaimana?"

"Tolong jangan bermain-main Jonatan!"

"Aku sedang tidak bermain-main Madelin. Kalau kau tidak percaya, kau bisa lihat ini." Jonatan tersenyum miring, ia lalu mengeluarkan  dua lembar foto di mana, di dalam foto yang pertama terlihat, foto Sam yang masih anak-anak bersama dengan seorang gadis kecil  yang terlihat seusia dengannya sedang bergandengan tangan. Dan di foto kedua terlihat Sam yang sekarang, sedang memeluk seorang wanita yang terlihat masih muda, namun di foto kedua itu tidak terlalu nampak jelas wajah wanita itu.

"Kau mendapatkan ini di mana?" tanya Madelin curiga.

"Tidak penting aku mendapatkannya dari mana, namun foto kedua ini aku dapatkan baru-baru ini. Asal kau tahu saja Madelin, Sam yang di foto ini adalah saat keadaannya sudah bangkrut. Terserah kau percaya atau tidak. Tapi aku akan memberitahumu sesuatu yang menarik, jika kau mau menerima bantuanku. Bagaimana Madelin?"

Madelin menggigit bibirnya sendiri, ia merasa bingung juga khawatir.

Terpopuler

Comments

Syava Navalena

Syava Navalena

keren Thor.Mari saling support...

2023-10-14

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!