Nyonya Lily benar-benar membenci Madelin. Baginya pernikahan Sam yang sempat tidak ia restui tersebut, hanya membuat darah tingginya semakin naik.
"Wanita yang berasal dari kampung seperti itu, apa bagusnya dirinya? Mengapa Sam sangat buta dalam memilih wanita? Bahkan gadis-gadis pilihanku selalu saja ditolak olehnya," keluh Nyonya Lily. Dia merasa muak dengan pilihan Sam.
Rasa kebencian Nyonya Lily pada Madelin, juga semakin kian menjadi. Wanita itu lantas berusaha memikirkan cara yang tepat untuk membuat Madelin hancur. Ketika ia sibuk, memikirkan sesuatu maka munculah ide jahat dari pikirannya yang licik.
Wanita itu tersenyum licik, lalu mengambil ponsel pintarnya. Ia lalu mencari kontak seorang laki-laki yang dulunya memiliki hubungan sangat dekat dengan Madelin. Terlihat kontak yang tersimpan itu memiliki nama Jonatan.
"Madelin aku akan menghancurkanmu," gumamnya senang. Dia ingin menggunakan laki-laki itu untuk menuduh Madelin berselingkuh dan membuat Sam kecewa pada istrinya itu.
Nyonya Lily merancang rencana liciknya dengan seksama. Ia mengirim pesan manipulatif kepada Jonatan, memainkan perasaan masa lalu mereka. Jonatan yang nantinya akan terjebak dalam jaring tipuannya, tergoda untuk bertemu dengan Madelin. Pertemuan itu menjadi luka lama yang terbuka. Kehadiran Jonatan di tengah-tengah masalah, akan membuat hubungan di antara Madelin dan Sam semakin renggang.
Apalagi, Nyonya Lily tahu bahwa Jonatan masih menyimpan perasaan pada Madelin. Bahkan meski, Madelin sudah menikah, Jonatan masih saja berusaha untuk mendekati wanita tersebut.
***
Jonatan tersenyum cerah. Dia baru saja keluar dari toko bunga untuk membeli buket bunga mawar merah. Jonatan, tahu bahwa mawar merah merupakan kesukaan Madelin.
Laki-laki itu kemudian segera masuk ke dalam mobilnya, dan tidak sabar pergi ke kafe tempat di mana mereka akan bertemu setelah sekian lama.
***
"Madelin!" panggil Jonatan begitu melihat Madelin berada tidak jauh darinya.
Madelin tersenyum kecut. Ia terkejut dengan kehadiran Jonatan. Ia tidak mengira akan bertemu dengan laki-laki tersebut. Padahal tujuan ia datang kemari adalah untuk bertemu dengan Nyonya Lily.
Madelin terkejut melihat Jonatan di hadapannya. Kenangan masa lalu dengan Jonatan tiba-tiba memenuhi pikirannya, mengingatkannya pada saat-saat yang pernah mereka bagikan. Dia merasa canggung, tidak tahu bagaimana seharusnya merespons.
Jonatan mengulurkan buket bunga mawar merah, senyumnya penuh arti. "Aku tahu ini adalah bunga kesukaanmu. Aku tidak pernah melupakanmu, Madelin."
Madelin terkejut dan tidak tahu bagaimana harus merespon. Dalam kerumunan perasaan yang rumit, tiba-tiba Nyonya Lily muncul di antara mereka dengan senyuman penuh kedustaan.
"Oh, coba lihat, apa ada sepasang kekasih yang muncul di sini?" tanyanya dengan nada merendah. "Jonatan, kau memang tidak bisa melepaskan Madelin, kan?"
Jonatan memandang bingung dari Madelin ke Nyonya Lily. Madelin merasa dirinya seperti tengah dipermainkan dalam permainan licik Nyonya Lily.
"Astaga, bagaimana aku mengatakannya ya, tapi aku merasa semakin kasihan pada keadaan putraku sekarang. Terutama saat melihat istrinya berselingkuh," sambung Nyonya Lily dengan nada sinis. "Dia tidak tahu bahwa istrinya masih menyimpan perasaan khusus dengan laki-laki lain di belakangnya."
Madelin terguncang. Ia segera mencoba membantah, "Tidak ada yang salah di sini, Bu. Jonatan dan aku hanya tidak sengaja bertemu." Madelin berusaha untuk membela dirnya.
Namun, Jonatan terlihat ragu. Raut wajahnya terasa tidak menentu, menciptakan keraguan dalam benak Madelin. Dalam kerumunan kebingungan dan ketegangan, Madelin merasa dunianya runtuh. Kehadiran Jonatan dalam situasi ini menimbulkan pertanyaan besar tentang kepercayaannya pada pria yang dulu pernah ia cintai. Dia ingin tahu, apakah Jonatan benar-benar mempertahankan perasaan yang ia duga.
Sementara Madelin berusaha menjelaskan situasinya kepada Nyonya Lily, Jonatan tampaknya tertekan oleh konflik internalnya. Terpapar rencana jahat Nyonya Lily, Jonatan merasa dilema. Ia masih memiliki perasaan untuk Madelin, tetapi juga merasa bahwa ia seperti terjebak dalam sebuah permainan yang tidak ia inginkan.
"Tunggu apa kau memang sengaja menemuinya. Aish ... kau seharusnya tidak perlu mengelak. Bahkan saat aku, memintamu memilih tempat untuk bertemu kau memilih kafe ini. Dan jelas, sepertinya laki-laki ini memang datang ke tempat ini juga. Apa kau sengaja merencanakan sesuatu di belakangku?" tuduh Nyonya Lily.
"Maaf Ibu ... tapi sungguh aku tidak berniat sedikit pun untuk menemui Jonatan. Sepertinya ini hanya salah paham." Madelin berusaha untuk tidak tinggal diam. Dia merasa janggal, dan jelas menaruh rasa curiga pada ibu mertuanya tersebut.
"Sudahlah kau hanya pandai membuat alasan. Aku tahu kau memang menantu yang tidak baik. Aku tahu, bahwa situasi keuanganmu yang buruk itu, bisa saja membuatmu meninggalkan Sam sewaktu-waktu bukan?" tuduh Nyonya Lily tidak ada habis-habisnya. "Aku akan menghubungi Sam dan membuatnya melihat semua ini secara langsung." Nyonya Lily mengambil ponsel pintarnya dan bersiap memanggil Sam.
"Tunggu!" cegah Jonatan cepat.
Nyonya Lily menurunkan ponsel pintarnya. "Ada apa?" tanyanya ketus.
Jonatan tersenyum masam. Dia lalu menunjukkan ponsel pintarnya dan di sana, terlihat sebuah pesan dari seseorang bernama Micel. "Sepertinya Anda salah sangka Nyonya. Ah begini, tujuanku kemari adalah untuk menemui teman kencanku karena itu aku membawa buket bunga. Tolong jangan salah paham. Sepertinya Anda salah paham." Jonatan tahu bahwa dia dipermainkan oleh Nyonya Lily maka ia juga tidak ingin kalah.
"Itu hanya menjadi alasanmu saja bukan? Lagi pula, tadi aku melihatmu ingin memberikan buket bunga pada Madelin," balas Nyonya Lily terlihat acuh tak acuh.
Jonatan menggeleng. "Itu sebenarnya ... aku hanya ingin mencoba berlatih saja di depan Madelin. Aku terlalu gugup untuk bertemu dengan teman kencanku secara langsung. Kebetulan aku bertemu dengan Madelin di sini, dan tidak ada salahnya aku mencoba latihan secara langsung padanya. Oh ya, jika kau tidak percaya, aku bisa memanggil Micel teman kencanku untuk datang kemari secepat mungkin. Tolong beri aku waktu sepuluh menit," ujar Jonatan sembari mengeluarkan ponsel pintarnya. Dia lalu melakukan panggilan pada Micel.
Nyonya Lily mendecak. "Apa sekarang aku akan membuang waktuku selama sepuluh menit?"
"Aku akan mentraktrir Nyonya makanan dan minuman terbaik di sini. Anda harus bersabar sedikit saja aku mohon. Karena sepertinya, Micel akan datang kemari dan aku ingin menunjukkan pada Nyonya dan meluruskan salah paham ini!" Jonatan sengaja memberi kata-kata penegasan di akhir, diiringi ekspresi wajah yang sedikit mengerikan.
Nyonya Lily tersenyum masam. Ia ingin mengelak, namun sepertinya cukup sadar diri untuk tidak melawan karena Jonatan bukanlah tipe laki-laki sembarangan. Dirinya tahu persis bagaimana seorang Jonatan dulu, pernah hampir menghancurkan perusahaan Sam karena Madelin lebih memilih menikah dengan putranya itu.
"Baiklah. Aku harap uangmu cukup untuk membayar semua itu," sindir Nyonya Lily arogan.
Jonatan mengeluarkan kartu hitamnya lalu memamerkannya di depan Nyonya Lily, dengan gaya tidak kalah sombong. "Bahkan jika Anda ingin, aku bisa membeli kafe ini untuk Anda, bagaimana?" Dia memamerkan senyum kudanya.
Terdengar suara decakan cukup keras. Tidak ingin berdebat maka Nyonya Lily memilih untuk pergi ke kursi, dan menghindari Jonatan.
Sementara itu Jonatan tersenyum melirik Madelin dengan lirikan usil. "Sepertinya wanita itu mempermainkan kita berdua. Tapi lihat bagaimana aku bisa melewatinya dengan mudah," ucapnya bangga.
Madelin hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Jonatan memang usil meski seringkali ia, bisa saja keterlaluan dalam mempermainkan orang lain. Namun kemampuannya dalam urusan mengelak sudah tidak bisa diragukan lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
mampir 👍
2023-10-24
0
rintaanastasia41
hadeh... mertua macam apa itu...
2023-10-17
0