Hari-hari yang ku lalui hanya bekerja dan bekerja setiap hari, tidak ada hal yang menarik bagi ku selain bekerja
" Mama ampun deh bangun kan kamu kak, tiap hari selalu membangun kan kamu, lihat adik mu, selalu tepat waktu bangun nya, nah.. giliran kamu, mama sampai pusing sendiri harus dengan cara apa kamu bangun nya.." Omelan mama adalah sarapan pagi ku setiap hari nya
" Sama seperti mama dulu.." celetuk ku tanpa mu sadari
" Nih.. yang bikin mama paling geram sendiri melihat kamu, selalu ngejawab aja.. mama mati aja deh kalau begitu.." sungut mama
Yang mana langsung mendapat delikan tajam dari papa yang berada di bangku seberang sana
" Apa sih pa . Jangan lihat mama seperti itu.." sungut mama bertambah kesal
" Ini pisau, kita mati sekeluarga aja ayo.." ajak papa pada mama
Seram sekali perkataan papa ini, membuat ku takut saja dengan papa
" Papa kan gitu, selalu membela anak papa itu.." ujar mama
Suara mama cukup keras, namun papa tidak terusik sama sekali dengan ocehan mama
" Bukan membela, memang kamu nya dulu kan gitu ma.." ujar papa dengan suara lembut
Aisyiah yang mendengar suara papa merasa jengah begitu juga dengan goufor,
" Mulai lagi drama nya.." Aisyah datang entah dari mana tiba-tiba saja ia membuka suara
" Drama mama dan papa tuh.." celetuk goufor
" Diam kamu, masih kecil juga..," sungut mama menatap tajam ke arah goufor
Aku yang malas mendengar Omelan mama, secepat kilat ku siapkan makan ku dan melari kan diri dari meja makan
" Mau kemana kamu kak.. gak sopan tau meninggal kan meja makan Tampa pamit.." tegur papa
" Maaf pa.. Hanum masih ada pekerjaan yang urgent.." sanyum palsu ku layang kan pada papa
Agar papa percaya kepada ku, sebenar nya tidak berbohong juga sih, memang perkerjaan ku sedang urgent
" Urgent apa nya, papa mu aja masih santai di sini, kamu malah urgent-urgent segala, mau melarikan diri bilang aja.." saut mama cepat
Hem.. tebakan mama ini tepat sasaran membuat ku yang ingin melarikan diri menjadi bingung harus mengambil jurus apa lagi
" Beneran ma, lagian kan, aku hanya karyawan biasa di sana.." ucap ku pada mama
" Kalau begitu, besok pindah kerja aja pa, yang lebih tinggi gitu jabatan nya, alesan pakai urgent segala lagi.." cerocos mama yang mana membuat ku panik seketika
" Jangan pa, Hanum betah di posisi ini..' tolak ku cepat
" Gak ada alasan kamu, lebih baik kamu dengerin aja itu perkataan mama kamu, papa bukan lagi membela mama mu ya.." putus papa yang tak bisa ku bantah
Alhasil, aku hanya bisa menurut perintah papa, kalau sudah papa yang memberi perintah, tidak ada yang bisa membantah, walau pun itu mama sekalipun
Setalah pamitan, aku bergegas keluar dari rumah dan menuju ke garasi mobil
" Kak.. nebeng.." Aisyiah menghampiriku lagi ketika hendak melaju kan mobil ini
" Ya..elah ai.. bisa kan naik motor, kayak nya kamu doyan kali deh nebeng kakak.." omel ku
Sedang kan ia hanya cengengesan saja mendengar Omelan ku
" Sekalian juga sih kak, aku bilang kan mama nih.. kalau kakak gak mau bawa aku.." ancam nya
" Main ancam terus kamu ini ya. Model nya.." senyum terpaksa pun ku pamer kan pada nya
" Ih.. serem ih.. jangan kayak gitu ah.. kakak mah.. gitu.." sungut ai menatap ku kesal
Terpaksa juga ku laju kan mobil ini, dari pada berdebat dengan nya, lagian memang kami satu arah,
" Sesekali kamu yang bawa mobil gitu, kakak yang nebeng gantian.." lirik ku sinis pada nya
" Sayang uang jajan aku kalau bawa mobil,." Membuat ku melongo bodoh ke arah nya
" Apa hubungan nya sama uang jajan kamu.." bentak ku kesal
" Astagfirullah.. kaget aku.." ujar nya sambil mengelus dada
Aku hanya melirik nya sinis saja, tak menyahuti nya, terlanjur kesal sudah aku di buat oleh adik ku yang satu ini
Sesampai nya di depan kafe, aku sengaja menurun kan nya lewat dari kafe, agar ia berjalan mundur kebelakang kembali
" Jauh banget sih kak,, aku kan kelewatan itu,, aturan aku turun di sana.." omel nya
" Berisik tau gak.. sudah nebeng, banyak aturan lagi.." sungut ku kesal
" Aku kelewatan tau.." ujar nya masih memasang wajah kesal
" Apa perduli ku, hus.. hus.. sana-sana, aku mau ngantor..," usir ku pada nya
Ia turun sambil menghentakkan kaki nya di aspal, membuat ku tertawa tertahan karena takut ai akan bertambah marah
" Siapa suruh nebeng, segala bilang sayang uang jajan nya lagi.." ucap ku terkekeh kecil
Geli sendiri, di kala mengingat marah-marah tak jelas di depan adik sendiri, berasa marah dengan orang lain saja
Setelah ku parkir kan mobil ku, aku memilih masuk ke dalam, dan di sambut ramah oleh mbak iren
" Baru nongol aja kamu.." sambut nya dengan senyuman khas nya
" Iya mbak.." jawab ku singkat
" Sini duduk dulu.." suruh mbak iren
Membuat ku menatap mbak iren sedikit heran, kenapa ia menyuruh ku untuk duduk di dekat nya
" Ada apaan sih mbak.." tanya ku penasaran
" Kamu ketinggalan berita ini pasti nya.." ucap nya terkekeh kecil
" Memang nya ada berita apa mbak.." tanya ku penuh selidik
" Kan.. mbak sudah tau kalau kamu ketinggalan berita.." ucap mbak iren
" Gak jelas..ih.. " sungut kesal
Sedari tadi membuat ku penasaran saja, mana arah pembicaraan nya muter-muter tak jelas lagi
" Mbak punya berita hangat pagi ini, kamu pasti nya akan terkejut.." ucap mya percaya diri
" Gak mau ngomong lagi aku ini sama mbak iren..," ancam ku
" ye..Gitu aja langsung ngambek.." kekeh mbak iren
Aku tak menyahuti nya, aku hanya diam sambil menatap mbak iren sedikit malas
" Kamu tau, hari ini akan ada anak big bos besar kemari, dia akan mengisi jabatan menejer.. " suara mbak iren sengaja di buat pelan sekali
Membuat ku yang awal nya penasaran kini lesu sudah, mana pagi ini papa kemari lagi,
Papa kalau sudah berkata tidak bisa di bantah, membuat ku semasang wajah muram dan masam
" Kamu kok gak terkejut sih.." heran mbak iren menatap ke arah wajah ku
" Ku kira ada berita hangat apaan, gak tau nya berita begituan.." ujar ku kesal
" Lah.. kamu kok gak terkejut gitu sih, malah biasa aja ekspresi wajah nya.. Iki piye to.." heran mbak iren menatap ke arah wajah ku secara intens
" Gak gimana-gimana kok mbak.. biasa aja.." saut ku lesu
Bagai mana tidak lesu, papa secepat itu mengumum kan aku sebagai mengejar tanpa mau mempertimbang kan nya lebih dulu
Sebenar nya jabatan itu hanya untuk Kahfi, tapi malah aku yang kena jadi nya, membuat sebal saja,
" awas saja kau Kahfi kalau sudah pulang..," gumam ku sebal sendiri
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments