Nyanyian Hati Terluka
Seperti biasanya setelah menjalankan ibadah salat Subuh, Yeni memasak air dua kompor sekaligus. Satu untuk membuat teh yang dimasukan ke dalam teremos dan menyeduh kopi untuk Eros. Sedang satu kompor lagi untuk memasak air hangat. Karena suaminya selalu minta mandi air hangat pada pagi hari.
Sambil menunggu air yang dimasaķ mendidih, Yeni memasukan baju dan celana kotor miliknya serta pakaian milik suami ke dalam mesin cuci. Kemudian ia pencet tombol "ON". Lantas terdengarlah suara gemuruh dari mesin cuci bekas.
Selain suara mesin cuci yang cukup keras itu, terdengar pula rebusan air yang mendidih dari moncong teko yang berbunyi melengking. Belum lagi suara pancuran air pam yang jatuh ke ember kosong.
"Berisik sekali ganggu orang tidur!" Tiba-tiba Eros keluar dari kamar dan langsung ngomel.
"Airnya baru masak, Mas mau mandi sekarang," balas Yeni tidak merespon omelan suaminya.
Eros yang disuruh mandi malah tidur lagi di bangku dapur.
Rumah bertipe 45 yang dibelikan oleh orangtua Eros itu akhir-akhir ini dirasakan oleh Yeni terasa kering tidak ada kesejukan sama sekali. Bukan karena barang dagangan Yeni, berupa toples-toples kue roti makin banyak, atau bau bahan kue yang menyengat hidung.
Namun karena tak jarang Yeni mendapat perlakuan kasar dari Eros. Baik secara fisik maupun ucapan. Yeni yang berasal dari keluarga baik-baik dan sederhana merasa terhina dengan perlakuan suaminya seperti itu. Tapi Yeni adalah tipe wanita yang patuh dan berbakti keoada suami. Sehingga ia tidak berani melawan.
"Bau acem ayuh mandi airnya sudah saya siapkan," kata Yeni mencium pipi suaminya. Ia selalu bersikap manis kepada Eros walaupun sebenarnya hatinya memendam perasaan jengkel.
"Huh! Tau ndak kamu. Udara masih dingin!" bentak Eros.
Yeni cuma diam sambil menyingkir meneruskan aktivitasnya sendiri di dapur.
Eros dan Yeni menikah atas dasar saling cinta. Mereka pacaran selama satu tahun pada semester terakhir mereka kuliah di perguruan tinggi yang sama. Setelah lulus Eros langsung bisa bekerja di sebuah kantor swasta.
Sedangkan Yeni tidak sempat melamar pekerjaan karena keburu menikah dengan Eros.
Yeni kembali lagi menemui Eros yang masih melungker di kursi panjang, setelah selesai membuat oseng-oseng tempe dan menggoreng dua ikan peda.
"Mandinya kan pakai air hangat, Mas. Itu sudah saya siapkan di ember. Kalau kelamaan dibiarkan nanti malah jadi dingin lagi," katanya sambil menarik tangan Eros agar bangun.
Dengan muka masam Eros akhirnya mau masuk ke kamar mandi. Yeni melanjutkan aktivitasnya lagi membuat sambal terasi.
Sekarang ini usia pernikahan mereka baru memasuki tahun kedua. Suasana rumah tangga yang semula harmonis dan penuh kasih sayang, tiba-tiba menjadi tidak mengenakan untuk Yeni. Hal itu dimulai sejak mertua mengunjungi mereka.
Padahal Yeni merasa sudah menjadi istri yang berbakti kepada suami. Apa pun yang diperintahkan Eros selalu ia turuti. Keluhan Eros bahwa penghasilannya belum banyak, juga direspon positif dengan berjualan kue kering yang dibuat sendiri oleh Yeni.
Sebulan lalu ibu mertuanya, Marlena, menanyakan lagi kondisi Yeni kok belum juga hamil. Yeni hanya tersenyum malu tidak berani menjawab pertanyaan tersebut.
"Jangan kuatir, Ma. Yeni pasti hamil bila sudah tiba saatnya nanti," kata Eros waktu itu.
"Apakah kalian takut bahwa mengurus anak itu membutuhkan biaya banyak. Ibu siap membantumu kok?" Kata Marlena.
Mata perempuan setengah baya itu melirik kepada Yeni. Menandakan agar Yeni yang menjawab pertanyaannya itu. Bukan Eros.
"Ngapunten, Ma. Mas Eros dan saya sudah merencanakan sejak pacaran untuk tidak punya anak dulu sampai kami mapan. Sehingga tidak merepotkan Ibu terus menerus."
Jawaban Yeni itu justru mengakibatkan Marlena tersinggung. Yeni dianggap sudah meremehkan wanita tengah baya itu. Seolah dianggap oleh Yeni tidak mampu lagi membantu kebutuhan rumah tangga Eros.
"Orangtua Eros itu hidup bergelimang harta. Tidak ada artinya kalau cuma membelikan popok, susu dan kebutuhan bayi lainnya. Kalau perlu saya biayai seluruhnya sampai besar kelak. Berbeda dengan orangtuamu yang hidupnya pas-pasan," kata Marlena sangat menghina.
Yeni hanya menunduk sedih.
Setelah memarahi Yeni seperti itu Marlena pulang ke rumahnya sendiri dengan muka cemberut diantar sopir pribadinya.
Yeni merasa bersalah telah menyinggung perasaan wanita berperawakan tinggi besar itu. Dia sudah minta maaf sebelum Marlena pergi. Tetapi permintaan maaf Yeni ditanggapi dengan dingin oleh Marlena.
"Saya tidak akan membantu kamu lagi, Ros. Istrimu kelihatan tidak berkenan," katanya tanpa peduli kepada Yeni yang sudah merasa sangat bersalah.
Usai Marlena pergi ganti Eros yang menyalahkan Yeni.
"Ini gara-gara kamu. Kalau bicara dengan Mama itu harus hati-hati," kata Eros tanpa mempedulikan perasaan istrinya sendiri.
Sekuat tenaga Yeni bertahan agar tidak menangis. Dari awal ia sudah siapkan mentalnya menikah dengan Eros, karena perbedaan kehidupan keluarganya dengan keluarga Eros seperti bumi dan langit.
Setelah selesai memasak dan Eros juga sudah berpakaian untuk berangkat kerja, Yeni membawa seluruh masakan yang sudah selesai itu ditaruh di atas meja makan. Tidak lupa kopi panas kesukaan Eros juga disajikan dengan rapih.
Ketika duduk di depan meja makan Eros hanya memandangi masakan yang disajikan Yeni. Lalu menyeruput kopi seduhan Yeni yang dikenal hebat itu hanya sedikit.
"Saya tidak sempat sarapan harus sgera berangkat kerja." ucap Eros.
"Kok gitu sih, Mas. Aku sudah susah payah memasaknya kenapa tidak dimakan," Yeni mencoba minta pengertian suaminya agar menghargai jerih payahnya itu.
"Ada rapat penting di kantor pagi ini. Kebetulan saya yang disuruh menyiapkan segala sesuatunya," kata Eros sambil meraih tas kerjanya di meja.
"Sekarang baru jam enam. Biasanya Mas berangkat jam tujuh. Kan masih ada waktu tigapuluh menit untuk sarapan," Yeni kembali menawar.
"Kamu kok ngeyel, sih. Dibilang ada rapat penting kok!" Eros membentak.
"Mas Eros tidak menghargai jerih payah Yeni!" suara wanita sederhana itu nyaris tak terdengar karena tangisnya keburu meledak.
Eros bukannya iba melihat istrinya tapi malah emosinya meluap. Dan semua masakan yang ada di atas meja itu malah disapu kasar oleh tas kerja Eros.
Praaank!
Gelas, piring, kopi dan masakan yang baru matang dan masih hangat itu tak ayal berserakan di lantai dan meja.
"Masya Allaaah...," Yeni tidak kuat melihat sarapan yang baru dimasak hancur lebur tidak karuan.
Dengan meneteskan air mata Yeni memunguti satu persatu pecahan gelas, piring, oseng-oseng tempe, nasi dan ikan peda yang berserakan di lantai. Lalu ia buang ke tong sampah.
Pedih rasanya melihat makanan yang baru dimasak itu masuk ke tong sampah bercampur dengan sampah lainnya yang tidak berguna. Sia-sia sejak subuh tadi ia bekerja.
Hari ini adalah yang ketiga kalinya Eros berangkat kerja dengan meninggalkan duka yang amat dalam pada diri Yeni. Perubahan sikap Eros begitu drastis sejak Yeni punya masalah dengan Mama Eros.
....Hallo readers salam hangat selalu, mohon like, koment dan diikuti ya, trims atas dukungannya 🙏🙏🙏
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Sena Fiana
😄😄😄😃😄
2023-08-30
0
Lissa
Kak penasaran sekali pingin baca lanjutannya👍
2023-08-26
0