Yeni bangun ketika adzan subuh terdengar. Dia langsung mandi dan menjalankan sholat subuh. Walaupun Eros tidak ada di rumah, karena belum pulang dari rumah Mamanya, Yeni tetap memasak seperti biasanya untuk sarapan dan makan malam. Karena siang dia makan di kantor.
Jam tujuh tepat Yeni selesai berdandan dan bersiap-siap berangkat ke kantor. Ia keluarkan sepeda motornya dari ruang tamu dengan hati-hati, hingga sampai ke halaman rumah.
Bersamaan itu ia melihat Eros pulang mengendarai sepeda motornya dengan terburu-buru.
"Maaf saya berangkat dulu, Mas. Sarapannya sudah saya siapkan di meja," kata Yeni.
Eros cuma menjawab dengan bergumam. Terus langsung masuk ke dalam rumah. Yeni lalu menjalankan sepeda motornya menuju ke kantornya.
Di kantor sudah banyak karyawan yang datang. Tetapi Tuan Nakamura belum terlihat di ruang kerjanya. Padahal Yeni belum tahu dimana tempat kerjanya yang baru. Akhirnya ia duduki saja di tempat kerjanya yang kemarin.
"Yeni!" Panggil Mbak Mirak yang datang ke mejanya. "Kamu sudah tidak duduk lagi di meja ini, tempatmu ada di dalam. Nanti akan saya tunjukan." Karyawati senior itu lalu mengajak Yeni masuk ke ruang kerja Tuan Nakamura.
"Mbak, apakah tidak salah ini?" tanya Yeni heran.
"Pesan beliau tempat kerjamu disini. Itu meja dan kursinya sudah disediakan secara khusus," Miraklie menunjuk ke sebuah sudut ruangan.
Terlihat sebuah meja dan kursi yang ukurannya lebih kecil dari meja dan kursi kerja Tuan Nakamura. Posisi kedua meja yang berbeda ukuran itu berjarak tidak berjauhan. Hanya sekitar dua meter.
"Apa yang akan aku kerjakan disini?" tanya Yeni bingung.
"Ya, masih seperti biasanya," jawab Miraklie lalu beranjak pergi meninggalkan Yeni sendirian di ruang kerja Tuan Nakamura.
"Tunggu, Mbak. Apa baiknya saya di luar dulu sebelum beliau datang," Yeni menawar.
"Seorang sekretaris harus lebih dulu berada di tempat sebelum bos datang. Itu aturannya," kata Miraklie tegas lalu keuar dari ruangan yang sangat dingin itu.
Dengan perasaan masih ragu akhirnya Yeni duduk di meja kerjanya. Seperti anak TK yang baru pertama kali masuk sekolah, ia ingin memanggil Miraklie untuk menemani. Tapi dikuat-kuatkannya hatinya duduk di tempat asing yang mirip sangkar harimau itu. Ngeri, ngeri sekali perasaan Yeni!
Jantung Yeni bagai berhenti berdetak ketika pintu ruangan itu dibuka seseorang dari luar. Tuan Nakamura dengan kemeja warna biru muda muncul dari arah pintu. Pandangannya tajam ke arah Yeni.
Yeni yang tidak tahu masalahnya dipandang tajam oleh pria tampan itu, langsung membungkuk memberi hormat sambil menyapa selamat pagi tuan.
"Bagus rupanya kamu karyawan yang cerdas, cepat paham dengan apa yang aku katakan kemarin," kata Tuan Nakamura dengan wibawanya.
"Apakah sudah tidak kampungan lagi penampilanku, Tuan," Yeni mulai bisa bicara dengan tenang tidak grogi seperti kemarin.
"Kamu ternyata cantik sekali, Yeni. Tapi jangan senang dulu. Aku masih akan menguji lagi bagaimana kinerjamu. Apakah cantik juga seperti wajahmu atau masih kampungan."
Yeni tidak menanggapi kalimat itu. Ia cuma mengangguk-angguk menandakan faham dengan ucapan Tuan Nakamura.
Lalu ia duduk setelah petinggi perusahaan itu duduk di depan meja kerjanya.
"Hai!" teriak Tuan Nakamura tiba-tiba membuat Yeni seketika berdiri dari kursinya.
"Apa saja kerjamu pagi ini! Kenapa meja kerjaku masih kotor, dan kertas-kertas bekas ini kenapa tidak kau bersihkan!" kata Nakamura.
"Maaf, Tuan. Saya tidak tahu apa saja tugas saya disini?" kata Yeni beralasan.
"Terlambat! Harusnya itu kau tanyakan kemarin. Jadi pagi ini kamu sudah bisa bekerja sesuai tugas-tugasmu," Tuan Nakamura nampak kecewa.
"Baik, Tuan. Permisi saya bersihkan dulu mejanya," Yeni mendekat ke meja Tuan Nakamura.
"Tidak usah! Sudah terlambat saya sudah mau kerja. Tolong buatkan saja saya kopi panas Katanya kamu pandai juga menyeduh kopi."
"Baik, Tuan." Yeni segera beranjak ke luar ruangan. Maksudnya mau membuat kopi di dapur kantor.
"Hai! Kamu mau kemana?"
"Ke dapur, Tuan. Mau buat kopi."
"Tidak usah. Itu tempatnya di sana!" Tuan Nakamura menunjuk ke salah satu sudut ruangan. Disana ada meja kecil. Di atasnya ada beberapa gelas, toples berisi bungkus-bungkus kecil kopi, teh dan gula, serta alat untuk mendidihkan air elektronik.
Yeni segera beranjak ke tempat untuk membuat kopi. Hanya beberapa menit air mendidih dan ia tuangkan ke dalam cangkir cantik yang sudah diberi kopi dan gula secukupnya.
"Ini, Tuan. Maaf barangkali tidak enak. Karena saya tidak pernah membuat kopi kemasan seperti itu," kata Yeni sambil meletakan cangkir cantik berisi kopi seduhan yang masih mengepul panas.
"Hemm... Lumayan. Besok yang lebih enak lagi menyeduh kopinya. Agar kamu bisa bertahan lama menjadi sekretarisku," kata Tuan Nakamura setelah menyeruput kopi seduhan Yeni.
"Lalu apa lagi tugas saya, Tuan?" tanya Yeni.
"Sudah sementara kamu duduk lagi di kursimu, menunggu perintah dariku.
Yeni kembali ke mejanya. Tidak ada lagi yang bisa ia lakukan kecuali duduk diam menunggu perintah dari Tuan Nakamura.
Beberapa saat Yeni menunggu. Tapi tidak juga ada perintah apa-apa. Satu jam lewat sudah. Yeni cuma duduk mematung. Perasaan jenuh pun muncul. Lalu ia melirik ke arah bosnya yang sedang serius menatap ke layar komputer.
"Tuan..." panggil Yeni dengan suara datar.
Tuan Nakamura seperti tidak mendengar panggilan Yeni.
"Permisi, Tuan...," Yeni mengeraskan panggilannya.
"Apa?" Tuan Nakamura menjawab tapi tidak memandang ke arah Yeni. Tatapan matanya masih fokus ke komputer.
"Boleh Yeni usul Tuan?" Yeni memberanikan diri bicara. Bukankah kata Eros dia harus berani bicara kepada pimpinan bila ada sesuatu yang belum ia pahami.
"Apa?" Jawab Nakamura dengan masih tetap terus bekerja.
"Boleh saya mengajukan pindah tempat kerja, Tuan?" terucap juga akhirnya perasaannya yang kurang senang dan menjemukan bekerja cuma duduk diam tidak mengerjakan apa-apa.
Mendengar itu Tuan Nakamura memandang Yeni dengan sikap heran.
"Mengapa kamu minta pindah?" tanya Tuan Nakamura.
"Saya merasa tidak mampu bekerja sebagai sekretaris, Tuan," jawab Yeni mengagetkan.
"Bukankah pekerjaanmu ringan disini. Tidak berat seperti karyawan lainnya itu," Tuan Nakamura menanggapi.
"Justru itu, Tuan. Rasanya jenuh dan menjemukan cuma dudu-duduk saja begini, tidak ada yang saya lakukan."
"Apa kamu kurang nyaman berada di ruang kerjaku?"
"Oh! Nyaman, Tuan. Saya senang!" jawab Yeni berbohong. Padahal yang sebenarnya dia kurang senang dengan sikapnya yang angkuh dan tidak mau ngobrol itu.
"Orang lain pada pingin di tempat kamu. Kamu kok malah pingin minta pindah," ujar Nakamura heran.
"Rasanya disini saya cuma duduk-duduk doang. Tidak bekerja Tuan," ucap Yeni.
Nakamura bisa merasakan apa yang sedang dirasakan Yeni. Suasana seperti itu memang sengaja dia ciptakan sejak awal. Ada rencana gila yang ingin ia lakukan bersama Yeni. Jangan sampai Yeni tahu sebelum target rencana itu berhasil.
Maka tidak mungkin dia menuruti keinginan Yeni untuk pindah tempat kerja.
"Kalau kamu jenuh berada di dalam kamu bisa kembali ke meja kerjamu di luar. Silahkan saja. Asal kamu bisa tertib dan sopan keluar masuk ruang kerjaku," kata Nakamura pura-pura masih bersikap angkuh.
Yeni tak percaya apa yang ia dengar barusan. CEO angkuh dan sedikit bicara itu teryata mau juga mengerti keinginannya.
"Terimakasih, Tuan," ucap Yeni dan ia beranjak dari kursinya menuju ke pintu keluar.
Yeni tidak menyadari bila sepasang mata Tuan Nakamura yang tajam itu memperhatikan langkahnya sampai menghilang di balik pintu.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments