Part 3 - Taken (1)

Part 3 – Taken (1)

Pagi, dengan gerimis yang berjatuhan mengetuk lembut jendela. Suasana ini selalu mengingatkanku pada ketenangan di rumah. Ibu yang membangunkanku dengan lembut, sambil membawa segelas coklat panas dan setangkup roti dengan isian selai hazelnut favoritku. Sekarang, aku tidak lagi bisa merasakan semua itu. Ada rasa rindu, namun aku harus menyelesaikan misiku terlebih dahulu. Aku harus mendapatkan kembali apa yang telah diambil, apa yang seharusnya menjadi milikku. Terlebih lagi, aku akan mengirimkan orang-orang itu ke neraka, tempat di mana mereka seharusnya berada, meskipun mungkin aku harus ke sana bersama mereka. Aku tidak akan pernah membiarkan mereka hidup tenang.

Pintu kamarku diketuk perlahan. Lauricie pasti berniat membangunkanku. Setelah mengizinkannya masuk, ia kemudian mendekat ke arahku, sambil membawakan segelas teh kamomil. Mungkin, saat ini, teh kamomil adalah minuman favorit kedua bagiku, setelah coklat panas buatan ibu.

“Hari ini adalah jadwal operasimu, kau sudah siap?” tanya Lauricie.

Aku mengangguk perlahan. Kali ini tidak ada keraguan dalam hatiku. Seperti yang aku katakan sebelumnya, aku akan mengambil kembali apa yang telah mereka ambil dariku. Maafkan aku, aku telah membuat kalian kecewa, karena aku tidak mati seperti yang kalian inginkan.

******

“Huuuuuuh...” gerutu Monnaire sambil menatap layar ponselnya. Jarinya terlihat sibuk naik turun di layar ponsel. Sesekali kembali terdengar gerutuannya, hingga membuat perhatian Estephania teralihkan kepadanya.

“Kau kenapa?” tanya Estephania, sambil menatap adiknya yang terlihat bersungut. “Ponselmu rusak. Bukankah itu ponsel baru?” tanya Estephania lagi.

Monnaire menggeleng. “Aku hanya merasa kurang nyaman men-scroll ponsel dengan jari. Andai saja aku bisa menggunakan isyarat mata, tanpa harus menggunakan jari, pasti lebih nyaman. Benar kan, kak? ” jawab Monnaire.

“Kau ini, selalu ingin sesuatu yang lebih mudah” kata Estephania sambil tersenyum.

“Teknologi diciptakan untuk memberikan kenyamanan bagi penggunanya. Suatu saat, mungkin kita bisa menciptakan kemudahan itu” celoteh Monnaire.

“Ya, suatu saat pasti ada teknologi yang bisa memanfaatkan isyarat mata untuk melakukan perintah di ponsel. Monn, bagaimana kalau itu kita terapkan pada ponsel keluaran Green Future? Bukankah itu pasti akan menjadi fitur yang menakjubkan?” kata Estephania dengan wajah cerah.

“Wah, benar juga. Pasti Green Future akan semakin bersinar dengan adanya fitur ini. Kakak, kau hebat” kata Monnaire dengan bangga.

“Aku akan bilang pada ibu. Semoga ibu bisa menerima ide ini” Estephania terlihat bersemangat. Ia bangkit dari tempat tidur dengan cepat.

“Kakak, kau memang cerdas. Aku bangga menjadi adikmu” Monnaire langsung menghambur memeluk Estephania hingga ia hampir terjatuh. Estephania balas memeluknya. Mereka berdua tertawa.

“Lepaskan pelukanmu, aku mau menemui ibu” kata Estephania.

“Tidak, sebentar lagi. Aku ingin seperti ini sebentar lagi. Sejak kecil, aku selalu merasa bahagia setiap kali memelukmu, rasanya semua sedih dan lelahku langsung luruh” kata Monnaire sambil mendekap erat Estephania.

“Kau ini, ada-ada saja” Estephania tampak menggelengkan kepalanya.

“Kakak, aku punya satu permintaan” wajah Monnaire tampak serius, kali ini ia sedikit melonggarkan pelukannya.

“Apa itu?” tanya Estephania dengan wajah penasaran.

“Teruslah menjadi kakakku” jawab Monnaire.

“Kau ini, ada-ada saja. Apakah selama ini aku menjadi kakak orang lain?”

“Tidak, sih. Tetapi, aku takut kau akan pergi” kata Monnaire.

Estephania tertawa kecil. Kali ini, ia beranjak memeluk Monnaire. “Dengar ya, anak nakal, selamanya, aku akan terus menjadi kakakmu. Asal kau juga berjanji satu hal padaku” kata Estephania.

“Janji? Janji apa?” raut wajah Monnaire tampak penasaran.

Estephania kembali tertawa. “Berjanjilah untuk tidak menjadi anak nakal. Aku lelah harus membelamu di depan ibu” kata Estephania sambil mencubit pelan pipi adiknya.

“Ah, kakak. Oh, iya, kalau bisa, jangan cepat menikah ya, kak. Kalau kau menikah, aku sendirian. Satu lagi, setiap kali kau punya kekasih, atau saat kau sedang jatuh cinta pada seseorang, ceritakan padaku. Pokoknya, ceritakan semua padaku. Kalau orang itu menyakitimu, aku akan memukulnya” Monnaire mengepalkan tangannya ke atas, sambil terus mengoceh.

“Kau akan memukul kekasihku, seperti yang pernah kau lakukan saat kita masih di SMA?”

Monnaire langsung tertawa lepas, mengingat kejadian di masa lalu. “Mungkin karena itu, aku jadi sulit mendapatkan kekasih. Rumor begitu cepat menyebar, setelah kejadian itu, tidak ada anak laki-laki yang mau berteman denganku selain Duvatte” Monnaire menjatuhkan tubuhnya ke tempat tidur. Ada sedikit perasaan kesal di hatinya.

“Sudahlah, aku yakin, suatu saat akan sang pangeran itu akan muncul. Siapa yang bisa menolak pesona anak cantik dan kaya raya sepertimu” kata Estephania memberi semangat.

Monnaire menggeleng, raut wajahnya berubah menjadi agak muram. “Kakak lupa, kita hanya anak yang diadopsi dari panti asuhan, dan beruntung menjadi bagian dari keluarga De Frank”

Estephania menarik nafas. “Kau benar, tetapi, bukan berarti kau tidak berhak bahagia, hanya karena asalmu dari panti asuhan. Kau ingat, ibu selalu berkata kepada kita, bagaimanapun orang lain menilai kita, kita tetaplah anak-anak ibu, dan kita juga berhak bahagia seperti anak-anak lainnya”

Monnaire semakin muram.

“Ah, maafkan aku, aku sudah salah bicara. Seharusnya aku tidak perlu menyinggung masalah keluarga. Kau sangat sensitif jika menyangkut tentang keluarga De Frank” sesal Estephania.

“Kau, tidak jadi menemui ibu?” tanya Monnaire, mengalihkan pembicaraan.

“Ah, benar juga, aku sampai lupa” Estephania bergegas keluar kamar, diikuti pandangan Monnaire.

Sekali lagi Monnaire menghela nafas panjang. Matanya menerawang jauh, meski pandangannya tetap mengarah lurus ke langit-langit kamar. Ia bukan tidak merasa bersyukur pada keadaan, tetapi kenyataannya, ia memang anak yang diadopsi dari panti asuhan. Ia merasa, tidak pernah diterima di lingkungan tempatnya berada, termasuk di keluarga ini. Bahkan, kakeknya tidak pernah melihat ke arahnya, meskipun ia selalu mengharapkan sapaan hangat atau sekedar memanggil namanya saja. Bibi dan pamannya pun secara terang-terangan memperkenalkan Monnaire sebagai anak adopsi dihadapan para tamu. Ketika di sekolah, ia selalu mendapatkan cemooh, dan dirudung dengan hinaan anak adopsi. Tetapi, Duvatte selalu membelanya.

Monnaire sedikit tersenyum mengingat Duvatte. Andai saja tidak ada anak itu, mungkin ia akan meminta pindah sekolah, atau tidak ingin keluar rumah selamanya. Keluarga De Frank memang tidak pernah menganggap keberadaan Monnaire dan Estephania, bahkan juga tidak menganggap ibu mereka, meskipun ibu mereka memiliki darah De Frank ditubuhnya.

“Mereka memang orang-orang gila. Bahkan ketika pembagian warisanpun, kakek memberikan perusahaan yang hampir bangkrut kepada ibu. Untung saja ibu pintar mengelola perusahaan itu, sehingga perusahaan itu bisa maju. Seharusnya saat ini mereka malu, karena orang yang mereka remehkan, justru malah bisa menjadi lebih baik. Nanti, aku akan belajar lebih banyak pada ibu, supaya orang-orang itu semakin malu karena telah meremehkanku. Tunggu saja” Monnaire kembali menggerutu.

Pintu kamar terbuka. Estephania masuk dengan raut wajah masam. “Ibu tidak menerima ideku”

\*\*\*\*\*\*

Terpopuler

Comments

♡お前のペンデハ♡

♡お前のペンデハ♡

Luput dari dunia!

2023-08-10

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Part 1 - Legacy
3 Part 2 - Mutualism
4 Part 3 - Taken (1)
5 Part 3 - Taken (2)
6 Part 3 - Taken (3)
7 Part 3 - Taken (4)
8 Part 3 - Taken (5)
9 Part 3 - Taken (6)
10 Part 3 - Taken (End)
11 Part 4 - Pengkhianat (1)
12 Part 4 - Pengkhianat (2)
13 Part 4 - Pengkhianat (3)
14 Part 4 - Pengkhianat (End)
15 Part 5 - Aku Yang Baru (1)
16 Part 5 - Aku Yang Baru (2)
17 Part 5 - Aku Yang Baru (3)
18 Part 5 - Aku Yang Baru (4)
19 Part 5 - Aku Yang Baru (5)
20 Part 5 - Aku Yang Baru (End)
21 Special Part
22 Part 6 - Parhelion
23 Part 7 - Iblis Yang Sebenarnya (1)
24 Part 7 - Iblis Yang Sebenarnya (2)
25 Part 7 - Iblis Yang Sebenarnya (3)
26 Part 7 - Iblis Yang Sebenarnya (4)
27 Part 7 - Iblis Yang Sebenarnya (End)
28 Part 8 - Orang Yang Dipercaya
29 Part 9 - Kebetulan dan Keberuntungan
30 Part 10 - Teman?
31 Part 11 - Sekutu Yang Dipaksa (1)
32 Part 11 - Sekutu Yang Dipaksa (2)
33 Part 11 - Sekutu Yang Dipaksa (3)
34 Part 11 - Sekutu Yang Dipaksa (End)
35 Part 12 - Cepat Atau Lambat
36 Part 13 - Kehidupan dan Kematian
37 Part 14 - The War (1)
38 Part 14 - The War (2)
39 Part 14 - The War (3)
40 Part 14 - The War (4)
41 Part 14 - The War (End)
42 ucapan Terimakasih dan dukungan
43 Part 15 - Yang Tersembunyi (1)
44 Part 15 - Yang Tersembunyi (2)
45 Part 15 - Yang Tersembunyi (3)
46 Part 15 - Yang Tersembunyi (4)
47 Part 15 - Yang Tersembunyi (End)
48 Part 16 - Planning (1)
49 Part 16 - Planning (2)
50 Part 16 - Planning (3)
51 permohonan maaf
52 Mohon maaf sekali lagi
Episodes

Updated 52 Episodes

1
Prolog
2
Part 1 - Legacy
3
Part 2 - Mutualism
4
Part 3 - Taken (1)
5
Part 3 - Taken (2)
6
Part 3 - Taken (3)
7
Part 3 - Taken (4)
8
Part 3 - Taken (5)
9
Part 3 - Taken (6)
10
Part 3 - Taken (End)
11
Part 4 - Pengkhianat (1)
12
Part 4 - Pengkhianat (2)
13
Part 4 - Pengkhianat (3)
14
Part 4 - Pengkhianat (End)
15
Part 5 - Aku Yang Baru (1)
16
Part 5 - Aku Yang Baru (2)
17
Part 5 - Aku Yang Baru (3)
18
Part 5 - Aku Yang Baru (4)
19
Part 5 - Aku Yang Baru (5)
20
Part 5 - Aku Yang Baru (End)
21
Special Part
22
Part 6 - Parhelion
23
Part 7 - Iblis Yang Sebenarnya (1)
24
Part 7 - Iblis Yang Sebenarnya (2)
25
Part 7 - Iblis Yang Sebenarnya (3)
26
Part 7 - Iblis Yang Sebenarnya (4)
27
Part 7 - Iblis Yang Sebenarnya (End)
28
Part 8 - Orang Yang Dipercaya
29
Part 9 - Kebetulan dan Keberuntungan
30
Part 10 - Teman?
31
Part 11 - Sekutu Yang Dipaksa (1)
32
Part 11 - Sekutu Yang Dipaksa (2)
33
Part 11 - Sekutu Yang Dipaksa (3)
34
Part 11 - Sekutu Yang Dipaksa (End)
35
Part 12 - Cepat Atau Lambat
36
Part 13 - Kehidupan dan Kematian
37
Part 14 - The War (1)
38
Part 14 - The War (2)
39
Part 14 - The War (3)
40
Part 14 - The War (4)
41
Part 14 - The War (End)
42
ucapan Terimakasih dan dukungan
43
Part 15 - Yang Tersembunyi (1)
44
Part 15 - Yang Tersembunyi (2)
45
Part 15 - Yang Tersembunyi (3)
46
Part 15 - Yang Tersembunyi (4)
47
Part 15 - Yang Tersembunyi (End)
48
Part 16 - Planning (1)
49
Part 16 - Planning (2)
50
Part 16 - Planning (3)
51
permohonan maaf
52
Mohon maaf sekali lagi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!