Adrian tampak resah. Dia mondar mandir di kamarnya sambil memegangi ponsel dan memeriksanya secara berkala.
"Aila-- Apa kamu baik baik saja. Kenapa tidak bisa dihubungi?" Ocehnya setelah mencoba beberapa kali menghubungi Aila tapi tetap tidak bisa tersambung.
Berbeda dengan Adrian, papanya, Arnold justru tengah menikmati segelas wine di ruang kerjanya sambil berbicara dengan seseorang melalui sambungan telepon. Entah apa yang dibicarakannya, karena dia menggunakan bahasa Thailand.
Tokk--
Tokk--
"Papa!" Suara Adrian terdengar dari luar ruangan kerja Arnold. Hal itu membuatnya mengakhiri pembicaraan via telepon.
"Ada apa, Adrian--"
"Bolehkah aku masuk, Pa?"
"Masuklah!"
Adrian pun langsung menghampiri Arnold. Dia langsung duduk di kursi yang langsung berhadapan dengan papanya itu.
"Apa yang terjadi? Mengapa wajahmu tampak sedih--"
"Aila, Pa--"
"Ada apa dengan Aila?"
"Aku tidak bisa menghubunginya. Harusnya dia sudah tiba di Thailand, dan dia berjanji akan memberitahuku. Tapi, sampai saat ini dia tidak menelpon dan tidak bisa ditelpon." Tutur Adrian dengan cepat tanpa jeda.
"Tenang sayang, tenang-- Papa akan coba menghubungi seseorang untuk mengetahui keadaan Aila."
Arnold langsung melakukan panggilan pada salah satu pengawalnya yang dia tugaskan untuk mengantar Aila ke Thailand. Dia bicara menggunakan bahasa Thailand dan Adrian hanya bisa melongo kahawatir melihat ekspresi demi ekspresi yang ditampilkan papanya saat sedang bicara melalui sambungan telepon.
"Apa yang terjadi, pa?"
Arnold terdiam sambil menatap sendu wajah kahwatir putranya itu. Sungguh Arnold tidak tahu bagaimana cara mengatakan pada putranya itu tentang Aila.
"Pa, ada apa? Aila baik baik saja, kan?"
"Mereka kehilangan Aila di bandara."
"Tidak. Cari Aila, pa. Perintahkan mereka untuk mencari Aila. Dia pasti ketakutan sendirian di negara asing itu, pa."
"Mereka sudah mencari Aila. Mereka juga sudah menemukan Aila tapi dalam keadaan mengenaskan." Arnold memegangi kedua belah bahu putranya yang tampak sangat terpukul.
"Mereka pasti salah, pa--"
Tidak mau membuat Adrian bingung, Arnold mengambil tabletnya. Dia membuka salah satu file yang dikirimkan oleh anak buahnya beberapa detik yang lalu.
"Bukankah ini baju yang Aila pakai saat pergi ke Thailand?"
Adrian meraih tablet itu. Dia melihat dengan jelas, kain dengan motif baju yang dipakai Aila tadi pagi. Kain itu tampak kotor dan hitam seperti terbakar. "Apa yang terjadi pada Aila, pa?" Adrian mulai menangis.
"Mereka bilang, kemungkinan Aila diculik. Lalu, mobil yang membawa Aila jatuh ke jurang dan meledak. Jasad Aila dan dua orang pria yang diduga penculiknya itu ditemukan di rongsokan mobil itu dalam keadaan tubuh terbakar." Tutur Arnold yang membuat Adrian memeluk tablet milik papanya seakan itu adalah Aila.
"Besok mereka akan mendapatkan izin untuk membawa jenazah Aila kembali." Mengelus punggung Adrian yang masih terisak.
"Aku tidak percaya. Itu pasti bukan Aila. Aku akan ke sana ubtuk mencari Ai--"
Adrian tidak bisa melanjutkan ucapannya, karena tiba tiba dia jatuh pingsan.
"Adrian!" Arnold panik. Dia memanggil pengawalnya untuk membawa tubuh Adrian kembali ke kamarnya. Tidak lupa Arnold juga memanggil dokter pribadinya untuk memeriksa keadaan Adrian.
"Papa juga tidak yakin itu Aila. Tapi, walau bagaimanapun kita akan menyambut kedatangan mayat Aila besok pagi, sayang. Ini yang terbaik untuk kita semua."
Arnold tersenyum setelah mengatakan kalimat panjang barusan. Mencurigakan. Apakah semua ini sengaja dilakukan olehnya. Apakah Arnold yang menginginkan kematian Aila, agar dia bisa menguasai MD group seutuhnya? Sungguh Aila yang malang. Bagaimana ekspresinya saat tahu bahwa ternyata Arnoldlah yang mengirimnya ke tangan mafia untuk disingkirkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
epifania rendo
dasar tidak tau diri
2023-12-19
1
Mrs. Ketawang
Tuh kan si Arnold yg serakah
2023-12-06
1
Qiyam Maryam
org yg terdekat kita lah musuh yg sesungguhnya
2023-12-01
0