13 TAHUN KEMUDIAN.
Aila Khanza kini sudah berusia 19 tahun, tiga bulan lagi dia akan genap berusia 20 tahun. Baru terhitung dua bulan dia pulang ke rumah setelah mengabdi di pesantren selama delapan tahun, tentunya karena keinginannya sendiri. Dia bercita cita menjadi istri dan ibu sholehah di masa depannya, dan tentu saja menjadi pewaris perusahaan besar bukan keinginannnya. Tapi, karena sang kakek yang memintanya menjadi pewaris perusahaan, maka mau tidak mau Aila harus menerima. Dan kini Aila diberi tugas untuk magang di perusahaan sebelum akhirnya dia benar benar akan dilantik sebagai CEO tetap MD group.
Disinilah Aila saat ini. Duduk di kursi menghadap meja komputer di depannya.
"Apa nona Aila mengalami kesulitan?" Tanya seorang wanita yang merupakan kepala bagian Administrasi.
"Sedikit. Saya kurang memahami hal ini, mbak--"
Wanita itu tersenyum, kemudian dia menjelaskan dengan sangat hati hati dan juga penuh kesabaran saat hampir tiga kali menjelaskan barulah Aila benar benar paham. Perlu diketahui, Aila sangat cepat memahami berbagai hal mengenai MD group. Dia juga dengan mudah mengenal siapa saja yang berhubungan dengan perusahaan itu. Itu merupakan point plus yang dimilikinya.
Sementara perusahaan masih di pimpin oleh Arnold, tapi Arnold tidak pernah merasa terasingkan saat Aila mulai sedikit sedikit menggeser posisinya. Entah karena dia sadar diri bahwa perusahaan memang milik Aila, ataukah karena ada maksud lain. Entahlah hanya dia yang tahu.
"Nona Aila, pak Arnold menunggu untuk makan siang bersama." Sekretaris dari Arnold yang menyampaikan hal itu padanya.
"Iya, mbak. Tunggu sebentar, saya selesaikan pekerjaan saya, sedikit lagi."
Dengan cekatan Aila menyelesaikan pengecekan pada laporan terkait masalah pemegang saham terbaru dan siapa saja yang harus melepas sahamnya karena beberapa kasus yang merugikan perusahaan. Tidak lupa, Aila juga sering menganalisa berbagai problem menyangkut kerja sama antara perusahaan dengan berbagai instansi lainnya. Dia bahkan sudah mulai mengerti untuk memilih klien yang sesuai dan tentunya akan menguntungkan perusahaan.
Kini ditangan Aila, ada proposal pengajuan kerja sama dari Mark Holding, yaitu salah satu perusahaan terbesar nomor satu se Asia yang berdiri di Negara Thailand. Aila sangat penasaran dengan perusahaan itu, dia ingin langsung menerima proposal kerja sama itu andai dia punya kendali untuk itu. Sayangnya saat ini dia belum punya hak untuk melakukan hal tersebut.
"Levarendo Mark, 32 tahun. Sudah menjadi CEO Mark Holding sejak berusia 18 tahun." Aila sedikit membaca biografi pemilik Mark Holding. Kemudian dia segera menutup kembali file tersebut, karena dia harus segera pergi makan siang.
Dan kini Aila sudah berada di meja makan yang sama dengan Arnold, kakeknya dan juga Adrian. Arnold memilih resto seafood karena dia tahu Aila suka makanan laut.
"Om, boleh Aila mengajukan saran?"
Pertanyaan itu membuat fokus Arnold teralihkan pada Aila. "Tentu boleh, Aila. Saran apa itu?"
Aila menghentikan kegiatan makannya. Dia memperbaiki cara duduknya dan mengehela napas sebentar. Hal itu membuat fokus kakek dan Adrian juga teralihkan padanya.
"Aku sudah membaca dan mencoba memahami tentang beberapa proposal pengajuan kerjasama, tapi menurutku proposal yang diajukan Mark Holding sangat transparan, visi dan misinya juga jelas, kerjasama ini akan memberikan keuntungan besar untuk perusahaan. Jadi, aku rasa kita bisa menerima kerja sama itu, Om."
"Tidak dengan Mark Holding, Aila sayang."
Itu suara kakek. Dia mulai sepenuhnya menatap wajah Aila. Begitu juga dengan Arnold yang agak terkejut mendengar pernyataan Aila barusan.
"Kenapa begitu, kek? Itu perusahaan besar. Kalau kita kerja sama dengan mereka bukankah akan menguntungkan kita juga. Lagi pula visi misinya untuk kerja sama juga sangat jelas dan malah menguntungkan perusahaan kita kedepannya."
"Kamu benar Aila. Om senang mendengar kamu sudah mulai paham akan banyak hal tentang perusahaan. Tapi, Mark Holding itu bukan perusahaan biasa sayang--"
"Maksudnya bukan perusahaan biasa itu bagaimana?" Aila semakin penasaran. Cakra dan Arnold sempat saling bertatapan, hingga akhirnya Cakralah yang menjelaskan pada cucu kesayangannya itu.
"Begini Aila. Ada perusahaan besar yang benar benar berdiri karena kerja keras seseorang yang jujur dan tulus seperti halnya MD group. Tapi, Mark Holding merupakan perusahaan yang dibawahnya bernaung sindikat Mafia kejam dan mengerikan."
"Mafia? Apa Mafia itu benar benar ada, kek?"
Suara itu berasal dari Adrian. Dia sangat suka membaca novel bertema Mafia. Pembahasan ini sangat menarik baginya.
"Apa itu mafia?" Sambung Aila yang masih sangat asing dengan nama itu.
Sebentar Arnold menatap bergantian wajah Aila dan Adrian Barulah kemudian dia mulai menyusun jawaban yang mungkin bisa memberi mereka pengetahuan baru tentang dunia mafia.
"Begini anak anak. Mafia itu adalah perkumpulan rahasia sekelompok orang yang bergerak dibidang kejahatan atau kriminal dan juga transaksi ilegal. Mereka melakukan apa saja untuk mendapatkan apa yang mereka mau. Di dunia mafia, mereka berperang menggunakan berbagai senjata tajam. Siapa yang kuat, merekalah yang berkuasa--"
"Apakah mereka jahat, Om?"
"Tentu. Mereka orang jahat, karena mereka akan membunuh manusia lainnya untuk mempertahankan kekuasan."
Wajah Aila tampak menahan rasa mual saat Arnold menceritakan tentang pembunuhan. Sementara Adrian tampak semakin penasaran dengan cerita mafia itu.
"Tapi mafia juga ada yang baik, Pa."
Itu suara Adrian. Dia tidak begitu setuju dengan penuturan papa nya yang mengatakan mafia itu orang jahat.
"Mafia baik itu hanya ada dalam novel fiksi seperti yang selalu kau baca, Adrian."
Sebentar Aila terlihat memikirkan sesuatu. Pembahan mafia itu berawal dari keinginannya untuk menerima tawaran kerja sama dari Mark Holding. Tunggu. Apa mungkin perusahaan itu dipimpin oleh seorang mafia?
"Apa Mark Holding didirikan oleh seorang mafia, om Arnold?"
Pertanyaan itu membuat Cakra, Arnold dan Adrian yang hendak menyuap makanan mereka berhenti tiba tiba. Mata Arnold menatap tajam pada gadis yang mulai penasaran akan banyak hal tentang dunia hitam itu. Dan mungkin keingintahuan Aila tentang hal hal seperti ini, hanya akan merugikannya di masa depan.
"Kamu bernar, Aila. Mark Holding dibawah kuasa seorang mafia."
"Lalu, jika mafia itu orang orang jahat, kenapa polisi tidak menangkap mereka? Dan kenapa malah bisa mendirikan perusahaan dengan mudahnya?"
Aila semakin penasaran. Arnold malah merasa Aila lebih baik tetap tinggal di pesantren. Gadis sepertinya akan dalam bahaya jika dibiarkan lepas di dunia yang hiruk pikuk ini.
"Itu karena mafia hidup di bagian belahan dunia yang tidak ada hukum di sana. Tidak ada polisi, tidak ada pengadilan. Mereka menciptakan hukum mereka sendiri. Mata dibalas mata, nyawa dibalas nyawa."
Itu Adrian. Dia memberikan jawaban yang tepat, berdasarkan dari novel yang selalu di bacanya. Mendengar jawaban Adrian, bukan membuat Aila merasa takut atau ngeri, tapi malah semakin penasaran. Dan Cakra meminta mereka berhenti membahas hal itu dan melanjutkan makan siang mereka. Aila yang masih sangat penasaranpun hanya bisa diam patuh pada perintah kakeknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
epifania rendo
apakah arnol juga adanrahasia
2023-12-19
1
Denzo_sian_alfoenzo
mungkin arnold jga seorang mafia knp dy sprt memnyembunyikan sesuatu
2023-12-04
1
Tjutjun Bambang
aila anak yg cerdas dan pintar lanjut thor
2023-12-03
0