2. Kecelakaan Ringan

Sebuah mobil fortuner hitam melaju dengan kecepatan maksimal membelah jalanan ibukota. Sembari fokus menatap jalanan, pengemudi laki-laki mobil tersebut turut menggerakkan bibirnya bersamaan dengan lirik lagu yang mengalun keras di telinga. Sesekali ia melirik kanan dan kiri mengamati jalanan sekitar, takut jika tempat tujuannya terlewati.

Ah, wilayah ini asing sekali untuknya. Satu-satunya petunjuk yakni membaca satu per satu nama bangunan yang dilewatinya sembari sesekali melirik peta. Hanya saja benda di depan netranya ini membuat tulisan-tulisan yang terpasang di depan bangunan tak bisa dibaca dengan mudah. Tak pikir panjang, Damian pun memilih untuk membuka kaca mata hitamnya. Tampaklah sepasang netra indah berbentuk kacang almond berwarna coklat pekat.

Mata yang begitu menyejukkan, sangat cocok dimiliki oleh seorang Damian Abiyasa Abraham yang merupakan seorang idola. Wajahnya semakin menarik tatkala dipadukan dengan hidungnya yang mancung, pipinya yang tegas, serta bibir tipis kemerahan. Apalagi tubuhnya ini dipenuhi dengan otot-otot yang kekar. Visual yang sangat sempurna hingga membuatnya disukai oleh banyak orang di semua kalangan. Damian sendiri pun tak mengelak, ia sangat mencintai dirinya.

Damian menepikan sedikit kendaran roda empatnya. Melirik ponsel yang ia letakkan di kursi sebelah, tampak ada sebuah panggilan masuk dari kontak emoticon love berwarna merah. Damian memasang earphone bluetooth di kedua telinganya dan buru-buru menggeser ikon berwarna hijau di layar ponselnya.

"Halo Sayangku, selamat malam," sapa Damian tatkala telepon tersambung.

Di seberang sana, Devanie justru mengusap telinga kanannya. Suara dari teleponnya terdengar begitu keras hingga membuat telinganya sakit. "Berisik banget sih di sana, Bee. Bisa dikurangi nggak volume musiknya?"

Damian memang tengah memutar lagu baru miliknya dengan full sound. Bahkan ini sudah ke tujuh kalinya lagu tersebut diputar ulang. Damian dengarkan sejak dirinya berangkat hingga tiba di lokasinya sekarang. Bukannya fanatik akan karyanya sendiri, hanya saja kali ini Damian merasa jatuh cinta pada lagu single ke sebelasnya yang satu ini. Perasaan senang dan bahagia berbaur bersamaan tatkala Damian mendengarkannya. Apalagi lagu barunya ini sangat slowly serta memiliki nuansa berbeda dibandingkan dengan lagu-lagunya yang lain yang biasanya memiliki power energik. Lirik dan musik pun sangat enak didengarkan, bahkan menurut Damian penyanyi lain tak ada yang memiliki lagu secantik lagu miliknya ini.

"Ah iya kenapa, Sayang?" tanya Damian sedikit berteriak.

Devanie mengelus dada pelan sembari meneguk saliva. Tak lama kemudian, ia membuang napas secara perlahan. "Kecilin volumenya!"

"Apa sih nggak kedengeran?!" ucap Damian sekali lagi. Bukannya sadar akan kelakuannya, laki-laki itu justru berbicara semakin keras.

"KECILIN VOLUMENYA...!!!" Tampak dadanya naik-turun. Tenggorokannya pun sedikit sakit karena bicara terlalu keras. Namun jika tidak begitu, semua ucapannya tak akan pernah terdengar jelas oleh kekasihnya itu.

Dan benar saja, kali ini suara Devanie berhasil didengar jelas oleh Damian. Laki-laki itu pun memutar tombol volume di dashboard mobilnya ke arah kiri.

Damian tertawa tawar sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Aduh Sayang, maafin aku."

Devanie yang tengah duduk di pinggir ranjang dalam apartemennya, lantas berdiri dan menghampiri jendela. Ditatapnya langit malam. Tak ada satupun bintang maupun cahaya rembulan. Di sana hanya ada barisan awan hitam yang mungkin tak lama lagi akan menitikkan airnya. Devanie pun bisa merasakan jika udara di luar sana terasa begitu dingin.

"Kamu mau kemana sih? Bisa-bisanya keluar padahal cuaca lagi jelek?" tanya Devanie penasaran. Seingatnya, Damian ini selalu menghindari cuaca ekstrim karena mudah terserang flu.

Damian menjalankan mobilnya perlahan. "Aku disuruh jemput nenek." Membuang napas kasar. "Tapi nenek cuma kasih alamatnya dan nggak kasih tau dimana titik lebih jelasnya."

"Emang itu alamat tempat apa?" ucap Devanie.

"Aku masih belum tau juga sih. Tapi kalo diliat dari alamatnya, kayaknya ini rumah seseorang deh, Bee." Damian kembali melirik ke kanan dan kiri. Petunjuk peta di layar dashboard mobilnya sih tertera bahwa alamat tersebut tak jauh dari posisinya sekarang. "Sekarang aku udah setengah jalan nih. Tapi, daerah sini banyak lahan kosong dan sepi banget. Aku nggak bisa numpang nanya jadinya."

"Hah?" Devanie terkejut. "Kok bisa ya nenek ada di daerah sana? Tumben banget."

Damian sendiri bingung. Baru pertama kali dirinya ke sana. Sebelumnya neneknya pun belum pernah menyinggung alamat tersebut. Di sisi lain Damian frustasi karena tak bisa menemukan tempat pastinya walau sudah berputar-putar. Alhasil Damian menggaruk acak kepalanya yang tak gatal itu karena saking kesalnya.

Akibat aksinya, earphone yang menancap di telinga kirinya terjatuh entah kemana karena tersenggol jari.

"Bentar, Sayang, earphone-nya jatuh. Jangan ngomong dulu," titahnya. Damian tak bisa jika memakai earphone hanya sebelah. Telinganya justru akan lebih fokus mendengar pada suara sekitar, dibanding pada suara yang muncul dari balik earphone.

Sembari tetap melirik pada jalanan, Damian berusaha mencari sebelah earphone yang mungkin jatuh di dekat kakinya.

"Dimana sih?" Damian putus asa karena tak ketemu juga.

Tiba-tiba saja suara keras berbunyi. Sontak Damian menginjak rem dan langsung melihat ke arah depan. Seketika bola matanya membesar dengan ekspresi wajah yang sangat terkejut.

"Astaga!" lontar Damian panik.

"Ada apa, Bee?" Samar-samar suara panik Devanie yang nyaring terdengar.

"Nanti lagi ya, Sayang. Kayaknya aku nabrak orang," ucap Damian langsung mematikan sambungan telepon.

Dengan jantung yang berdetak di atas kecepatan rata-rata, Damian keluar mobil. Memeriksa dengan penuh hati-hati apakah benar yang ditabraknya ini manusia atau bukan.

"Aduh motor listrik gue!" pekik perempuan berambut panjang dan baju berwarna putih yang kini duduk di jalanan, membuat detak jantung Damian semakin berdegup kencang.

Perempuan itu terlihat sangat syok melihat motor listrik warna hijau tosca miliknya terbaring tak berdaya, setengah badan tergeletak di kolong mobil Damian.

Damian mendekat secara perlahan. Dipanggilnya perempuan itu dengan suara pelan, "Mbak?"

Alana lantas menoleh tajam pada Damian yang masih ketakutan. Alana mengepalkan kedua tangannya keras sembari menghampiri Damian yang berusaha bersembunyi di balik mobilnya. Alana sangat kesal karena motor listriknya rusak parah, padahal benda itu dibelinya dengan tabungan selama satu tahun.

"Oh, si tukang tambah kerjaan ternyata," ujarnya setelah melihat jelas wajah si pelaku. Sungguh Alana muak melihat wajah itu. Tak cukup di kantor saja dirinya emosi, kini justru Alana harus bertemu dengan si penyanyi banyak maunya itu. Bahkan di tempat seperti ini.

Alana kemudian memukul kap mobil hitam tersebut dengan keras. "Sini lo!"

Damian celingak-celinguk ke kanan dan kiri sembari mendekat pada Alana. Saat tiba satu meter di depannya, Damian menjulurkan tangan dan mencolek pundak Alana sebanyak tiga kali.

Tak lama, laki-laki itu membuang napas lega. "Bukan setan ternyata."

Alana yang tingginya hanya sebatas dagu Damian lantas mendongak. Rahangnya mengeras hingga terdengar suara gemeretak giginya yang beradu. Alana tak terima jika dirinya disamakan dengan setan. Enak saja!

Alana kembali memukul kap mobil Damian yang ada di samping kanannya. "Heh!"

"No no no!" Damian menepis tangan Alana dari atas mobilnya dengan wajah kesal. "Bisa-bisanya ya kamu dua kali timpuk mobil saya."

Alana berjalan dan mendekatkan lagi tubuhnya pada Damian. Kini jarak keduanya hanya satu genggam. Perempuan itu kembali mendongak tinggi dan membuat netra Alana dan Damian bersatu padu dalam satu titik temu. Bahkan keduanya bisa merasakan napas satu sama lain menepis kulit wajah mereka. Aksi Alana tersebut sontak membuat Damian terkejut hingga memundurkan kepalanya beberapa sentimeter.

"Terus kenapa?" ucap Alana menantang dengan kedua netra yang melotot. "Kayak gitu doang, nggak sepadan kali sama motor listrik gue yang geprek dan nggak bisa dipake lagi."

Mendengar itu, Damian langsung menoleh pada arah yang ditunjuk Alana. Seketika netranya membulat sempurna. Bukan motor listrik perempuan itu yang menjadi perhatiannya, melainkan bodi mobil bagian depan yang ternyata rusak berat. Damian pun berjongkok dan mengusap lembut area mobilnya yang penyok.

"Oh tidak, mobil saya," rengek Damian. Napasnya seketika memburu. Emosinya menaik. Damian lantas kembali berdiri dan menatap Alana tajam. "Kamu tahu nggak mobil saya ini seminggu yang lalu baru pulang dari bengkel?"

"Terus... hubungannya sama gue apa?" tanya Alana jutek sembari membetulkan posisi kacamatanya yang miring.

Alana lantas membuang napas kasar bersamaan dengan menjatuhkan tangannya cepat. Tanpa sadar tangannya itu terkena kap mobil Damian hingga menimbulkan suara sedikit keras. Hal itu tentu membuat atensi sang pemilik mobil teralihkan seketika.

Melihat reaksi Damian yang semakin marah, Alana langsung berkata, "Maaf... nggak sengaja."

"Pokoknya kamu harus ganti rugi. Saya nggak mau tau!" tuntut Damian sembari menunjuk wajah Alana. Tatapannya pada perempuan itu tampak semakin tajam.

"Lo juga bikin motor gue rusak. Adil dong," balas Alana dengan tatapan yang tak kalah tajam.

Damian menyeringai geli sembari memutar bola mata malas. "Nggak lah. Harga baru motor kayak gitu bahkan jauh lebih murah dibanding biaya servis mobil saya."

"Nggak."

"Iya lah."

"Nggak!"

"Iya!"

"NGGAK...!!!" Alana tetap teguh pada keyakinannya.

Setelahnya, Alana langsung melirik pada lengan yang dirasa ganjil sejak tadi. Alana merasa seperti ada sesuatu yang merayap menuju pergelangan tangannya. Betapa terkejutnya Alana tatkala mengetahui bahwa ternyata siku kanannya itu terluka dan mengeluarkan darah yang cukup banyak. Dirinya yang tak tahan akan darah seketika sekujur tubuhnya lemas dan tak mampu lagi mempertahankan posisi tubuhnya.

Melihat Alana yang sempoyongan, Damian buru-buru menangkap tubuh mungil perempuan itu.

"Hey... kamu kenapa?" tanya Damian panik. Namun, tak ada reaksi dari Alana. Yang bisa dilihat Damian hanya tubuh kaku dengan mata kosong yang sedikit terbuka.

"Aduh... jangan-jangan ada arwah gentayangan masuk ke badan dia lagi," gerutu Damian. Saking takutnya, bulu-bulu kecil di lengannya pun seketika berdiri. "Ini saya harus gimana coba?"

...***...

...Bersambung!...

...Parah sih Damian. Badan aja kekar, tapi kok takut setan🙄...

^^^Like-nya dong hehe, komen juga dong yang banyak🤗^^^

...1500+ kata nih khusus bab ini🥲...

Terpopuler

Comments

Yumie Ayumia Atashi

Yumie Ayumia Atashi

ngakak sm karakter damian/Facepalm/

2023-12-13

0

si dam dam ternyata somplak🤣

2023-11-02

0

alana gak butuh pedang kan buat ngadepin si dam dam?😂

2023-11-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!