BAB 5

Pagi hari itu, Calvin berjalan-jalan ke kebun yang berada di belakang panti sambil menghirup udara sejuk di pagi hari. Dia melihat Fani yang sedang duduk di dekat pohon besar kemudian dia menghampirinya.

"Kak Calvin, sudah sarapan?" tanya Fani sambil menatap Calvin yang kini duduk di sampingnya.

"Sudah, kamu sudah siap-siap? Nanti siang kita berangkat agar tidak terlalu malam di jalan."

"Sudah, Kak. Aku gak menyangka bisa bekerja dengan Kak Calvin dan akhirnya aku juga akan bertemu Rifki."

Calvin hanya menatap Fani yang sedang tersenyum. Seandainya Fani tahu bahwa Rifki sudah tidak ada, pasti senyuman itu akan lenyap dari bibir Fani.

"Kamu dan Rifki itu sepasang kekasih?" tanya Calvin. Mumpung arwah Rifki juga tidak ada di sampingnya dia ingin tahu jawaban Fani.

Fani menggelengkan kepalanya. "Kita sudah bersama sejak kecil. Ya, kita memang saling menyayangi dan berjanji untuk bersama tapi kita juga tidak tahu rencana Tuhan itu seperti apa. Entah kelak kita memang berjodoh atau tidak."

"Kalau kamu bukan jodohnya?"

"Ya, semoga aja jodohnya Kak Calvin," canda Fani.

Seketika detak jantung Calvin semakin cepat. Dia melihat sekelilingnya, masih tidak terlihat adanya arwah Rifki. Mengapa dadanya berdebar hanya karena mendengar Fani ingin berjodoh dengannya.

"Maaf, bercanda Kak. Aku sadar diri siapa aku. Jelas gak pantas kalau sama Kak Calvin."

"Semua manusia itu sama saja. Kita tidak dibedakan dengan status sosial."

"Kak Calvin ternyata baik banget." Setelah puas menatap Calvin, Fani menyentuh ukiran namanya dan Rifki.

Seketika Rifki muncul di dekat Calvin. "Sudah sepuluh tahun lebih tapi ukiran nama itu masih ada. Nama aku sudah samar, itu tandanya aku sudah tidak ada lagi di dunia ini."

"Nanti setelah sampai Jakarta, aku mau cepat-cepat bertemu Rifki," kata Fani.

Calvin hanya menatap Rifki, lalu bagaimana dia menjelaskan tentang keberadaan Rifki. "Fani, kita belanja makanan dulu yuk, buat anak panti dan sekalian dibawa ke Jakarta. Mereka juga butuh apa? Sekalian aku belikan," ajak Calvin. Dia berusaha mengalihkan pikiran Fani tentang Rifki.

Senyum Fani semakin mengembang. "Ayo, kebetulan sekali mereka akan kenaikan kelas. Tapi gak papa kan kalau Kak Calvin berikan mereka peralatan sekolah."

"Oke. Sebentar aku mau menyamar dulu biar gak dikejar fans." Kemudian mereka masuk ke dalam panti dan bersiap-siap untuk keluar.

...***...

Setelah puas berbelanja, mereka berdua pulang ke panti. Anak-anak panti menyambut pemberian Calvin dengan suka cita.

"Yee, aku punya tas baru."

"Aku punya sepatu baru."

"Wah, kotak pensilnya bagus banget. Buku dan bulpoin sudah tidak takut kehabisan lagi."

Calvin tersenyum melihat kebahagiaan mereka semua. Tentu saja apa yang telah Calvin beli tidak seberapa baginya tapi sangat berharga bagi mereka. Rasanya sudah lama dia tidak berbagi semenjak sakit. Semua keuangannya juga di-handle oleh Mamanya.

"Makasih ya Kak Calvin," kata mereka semua dengan serempak.

"Iya, sama-sama."

"Kak Fani juga mau bekerja sama Kak Calvin. Nanti kalau Kak Fani sudah gajian, Kak Fani akan belikan kebutuhan kalian," kata Fani. Baru kali ini dia akan meninggalkan panti dan adik-adik pantinya dalam waktu yang tidak diketahui sampai kapan. Rasanya sangat berat, tapi dia harus melalui ini.

"Tapi Kak Fani pasti pulang ke panti kan?"

"Iya, pasti." Kemudian mereka semua memeluk Fani. Mereka sayang pada Fani. Fani sudah seperti kakak bagi mereka. Fani yang selalu mengajari mereka segala hal.

Setelah itu Calvin dan Fani bersiap untuk berangkat saat hari sudah sore.

"Hati-hati ya di jalan. Meskipun hari sudah sore tapi tidak perlu mengebut," kata Bu Rahma.

"Iya, Bu. Kalau ada apa-apa Bu Rahma langsung hubungi Fani ya." Fani memeluk Bu Rahma sesaat.

"Iya. Kamu juga harus hubungi Ibu kalau ada apa-apa."

Fani menganggukkan kepalanya lalu dia masuk ke dalam mobil Calvin.

Calvin juga berpamitan pada Bu Rahma.

"Tolong jaga Fani ya..."

Calvin hanya menganggukkan kepalanya, kemudian dia masuk ke dalam mobil.

Fani tersenyum kaku mendengar perkataan Bu Rahma. "Harusnya aku yang jagain Kak Calvin, bukan Kak Calvin yang jagain aku. Kan aku yang kerja sama Kak Calvin."

"Gak papa, sama saja. Pak, jalan, jangan terlalu mengebut."

"Baik, Tuan."

Beberapa saat kemudian mobil itu mulai melaju. Ada perasaan sedih ketika harus jauh meninggalkan panti dalam waktu yang lama, tapi ini harus Fani lakukan demi masa depannya.

Sepanjang perjalanan tak banyak yang mereka bicarakan. Beberapa kali Fani menguap panjang lalu dia tertidur.

Meskipun Calvin juga merasa capek, tapi dia tidak tega melihat Fani yang tidur menyandarkan kepalanya di kaca mobil. Akhirnya dia meraih kepala Fani dan menyandarkan di bahunya.

Dia tersenyum melihat paras cantik Fani yang sedang tertidur. Cantik! Iya, cantik alami yang sangat Calvin sukai.

Setelah lima jam perjalanan, akhirnya mereka sampai di depan apartemen. Perlahan dia membangunkan Fani karena tidak mungkin dia menggendong Fani sampai lantai lima belas.

"Sudah sampai?" Fani membuka kedua matanya yang merah. Dia melihat sekarang ada di tempat parkir yang luas. "Hmm, sekarang dimana?"

"Di apartemen. Kamu akan tinggal sama aku di apartemen aku." Calvin membuka pintu mobil lalu keluar.

"Apartemen? Kita hanya tinggal berdua? Aku kira tinggal di rumah Kak Calvin." Fani juga keluar dari mobil lalu membawa kopernya yang baru saja dikeluarkan oleh sopir.

"Iya, aku memang tinggal terpisah dengan kedua orang tua aku, biar aku bisa hidup bebas."

Seketika Fani melebarkan kedua matanya. "Hidup bebas? Kak Calvin aku wanita baik-baik, aku gak mau..."

"Sssttt." Calvin menutup bibir Fani dengan telunjuknya. "Jangan berpikir yang bukan-bukan. Aku bukan buaya." Kemudian mereka berdua berjalan menuju lift.

Fani hanya mengikuti Calvin sambil tersenyum kecil. Jelaslah bukan buaya, Calvin kan manusia. Akhirnya mereka sampai di apartemen Calvin.

Fani melebarkan kedua matanya saat melihat apartemen Calvin yang sangat mewah. "Wow, keren."

"Ini kamar kamu." Calvin membuka kamar yang cukup luas itu untuk Fani tempati.

Fani masih saja berdecak kagum. Dia masuk ke dalam kamar dan meletakkan kopernya lalu duduk di atas ranjang yang empuk itu. "Nggak nyangka seorang aspri juga tidur di kamar mewah seperti ini."

Calvin hanya tersenyum lalu dia keluar dan menutup pintu kamar Fani.

Fani merebahkan dirinya di atas ranjang. Niat hati hanya ingin mencoba ranjang empuk tapi ternyata dia justru tertidur hingga tengah malam.

Di tengah malam itu, dia terbangun karena ingin buang air. Dia berjalan keluar kamar dan memakai kamar mandi yang berada di dekat dapur. Setelah itu dia kembali ke kamar sambil menguap panjang dengan mata yang setengah terbuka.

Setelah masuk ke dalam kamar, dia tidak menyadari jika kamar yang dia masuki itu adalah kamar Calvin. Dia naik ke atas ranjang dan memeluk Calvin.

Calvin sangat terkejut dan menatap Fani yang sekarang memeluknya.

Fani...

Terpopuler

Comments

ELESTAMEN HD

ELESTAMEN HD

jangan ceroboh Fani hati"itu laki laki baru di kenal, untung Calvin baik, coba kalau yang lain udah habis kamu

2023-08-10

1

Asri Anna

Asri Anna

aduh duuuu fani kok kamu salah masuk kamar sih ,,bisa bahaya🤣🤣

2023-08-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!