BAB 3

Setelah satu bulan masa penyembuhan, Calvin memutuskan untuk pergi ke panti asuhan bersama sopirnya karena letak panti asuhan itu berada jauh diluar kota. Perjalanan yang mereka tempuh lewat jalan tol saja hampir lima jam. Dia sudah berjanji pada Rifki, bahkan hampir setiap hari Rifki menyuruhnya untuk segera berangkat.

Tak lupa Calvin memakai kacamata hitam dan masker hitamnya agar tidak ada yang tahu jika dia adalah seorang aktor. Selama satu bulan lebih dia vakum sementara dari dunia hiburan dan belum ada waktu klarifikasi ke media atas berita tentang dirinya yang menyebar, bahkan dia sempat dikabarkan meninggal dunia karena sakit parah.

Di samping Calvin, ada Rifki yang sedari tadi duduk sambil melipat tangannya.

"Bisa gak kamu ke belakang aja. Aku mau rebahan, capek."

"Maaf, maksud tuan?" sahut sopir keluarga Calvin yang sedang mengemudi itu.

"Nggak ada apa-apa. Aku cuma capek aja mau tiduran. Jangan kencang-kencang," kata Calvin.

"Iya, Tuan."

Rifki akhirnya berpindah ke samping sopir dan Calvin pun meluruskan kakinya. Dia kini menatap ponselnya dan melihat foto Fani yang berada di media sosial yang diberitahu Rifki.

Cantik juga nih cewek. Cantiknya natural, gak seperti cewek-cewek yang pernah aku temui.

Tiba-tiba saja Rifki berada di dekatnya yang membuat Calvin terkejut. "Jangan buat aku terkejut lagi, bisa gak!" Hampir saja ponselnya jatuh dari tangannya.

Kali ini si sopir hanya melirik tuannya dari rear spion. Setelah operasi, Calvin seringkali berbicara sendiri. Mereka menganggap Calvin masih dalam pengaruh obat bius yang membuat Calvin memiliki halusinasi yang tinggi.

"Cantik kan Fani? Aslinya juga sangat cantik. Kalau aku sih rela dia sama kamu. Dia pasti senang punya pacar seorang aktor."

Calvin tersenyum miring lalu memasukkan ponselnya ke dalam saku lagi. Dia melipat kedua tangannya dan memejamkan mata agar Rifki tidak mengganggunya lagi.

Calvin berusaha untuk tidur tapi ternyata dia masih saja tidak bisa tidur. Hingga akhirnya dia sampai di depan gang panti asuhan. Terpaksa dia turun dari mobil dan berjalan di gang perkampungan menuju panti asuhan.

Calvin memakai topinya agar tidak ada orang yang mengenalinya karena di jalan yang berpaving itu banyak orang yang sedang mengobrol.

Kenapa Rifki gak bilang kalau harus jalan lewat gang gini. Merusak pamor aku aja.

Calvin terus menggerutu dalam hatinya. Tiba-tiba langkahnya berhenti saat ada ibu-ibu yang mengobrol di tengah jalan. "Maaf, permisi Ibu."

Ibu-ibu itu menatapnya. "Kok rasanya aku gak asing sama suara ini. Wah, Calvin Prayoga ya, yang main di Titipan Cinta."

Seketika Calvin melebarkan matanya. Dia sudah memakai kacamata dan masker hitam beserta topi tapi ibu-ibu itu masih mengenalinya. Sepertinya ibu-ibu itu sering memakan wortel hingga penglihatannya sangat jeli.

"Bu-bukan. Ibu salah orang." Calvin segera mengambil langkah seribu karena ibu-ibu itu semakin mengejarnya. Dia berlari sambil memegang dadanya. Lariannya juga melambat karena tenaganya belum pulih sepenuhnya. Jam di pergelangan tangannya juga sudah berbunyi seiring detak jantungnya yang kian meningkat.

Untunglah ada seseorang yang menariknya dan membawanya masuk ke dalam panti lewat belakang lalu menutup pintu itu.

Seketika Calvin terduduk dengan lemas sambil memegang dadanya. Napasnya juga tidak teratur.

"Kalau sesak, dilepas dulu maskernya." Fani melepas masker Calvin lalu kacamatanya. Seketika mereka berdua saling bertatapan. Wajah tampan itu jelas Fani tahu. Hidung mancung, alis tebal, tatapan mata yang tegas serta bibir sexy yang sedikit tebal di bagian bawahnya, jelaslah jika dia adalah Calvin Prayoga.

"Calvin Prayoga? Iya?" Fani mencubit kedua pipi Calvin.

Rifki yang sedari tadi mengikuti Calvin hanya tersenyum melihat Fani. Ternyata dia sebahagia itu melihat Calvin saat ini.

"I-iya. Aku boleh minta minum?"

"Tentu saja." Fani mengambil segelas air minum dan diberikan pada Calvin.

Calvin segera meminum air putih itu sampai habis. Sesekali dia mengusap dadanya pelan karena detak jantungnya masih belum stabil. Alarm pengingat detak jantung di pergelangan tangannya yang berbentuk jam itu juga masih berbunyi.

"Alarm kamu bunyi terus."

Calvin melepas jam tangannya lalu menarik napas panjang dan mengembuskannya.

"Udah lama gak main sinetron. Aku dengar dari infotainment katanya Kak Calvin sakit?" Fani kini duduk di dekat Calvin.

"Iya, aku baru saja operasi. Ini masih pemulihan." Sesekali Calvin masih mengusap dadanya. "Detak jantung aku kenapa cepat banget gini?"

"Itu karena kamu dekat dengan Fani," sahut Rifki.

"Kak Calvin kenapa? Istirahat dulu gak papa," kata Fani. Tanpa sengaja dia memegang tangan Calvin yang terasa dingin. "Tangan Kak Calvin dingin banget."

"Gak papa. Aku hanya butuh istirahat saja. Izinkan aku duduk sebentar di sini."

"Tapi ngomong-ngomong Kak Calvin ada perlu apa ke sini? Jumpa fans? Atau syuting?" tanya Fani.

"Aku mau bertemu dengan Fani. Kamu yang namanya Fani kan?" tanya Calvin berbasa-basi karena sebenarnya dia sudah hafal dengan paras cantik yang telah dia lihat fotonya di media sosial.

"Iya, darimana Kak Calvin tahu?" Fani semakin tersenyum bahagia. Dia tidak menyangka seorang aktor terkenal mengenal dirinya.

"Aku teman Rifki."

Seketika senyum di bibir Fani menghilang. "Rifki, Kak Calvin teman Rifki?"

Calvin menganggukkan kepalanya. "Aku ke sini untuk menyampaikan permintaan maaf dari Rifki karena dia tidak bisa menemui kamu. Dia ada pekerjaan di luar kota."

Fani menundukkan pandangannya. Dia sangat kecewa. "Iya, aku tahu dia sibuk. Bahkan untuk memberi kabar pada aku saja dia tidak sempat."

"Calvin, bilang sama Fani. Aku gak seperti itu. Bilang saja hp aku hilang, aku bisa memberi kabar kamu setelah sampai di Jakarta dan sekarang masih ada pekerjaan penting," kata Rifki.

"Fani, hp Rifki hilang. Sebenarnya dia mau ke sini juga sama aku, tapi dia ada pekerjaan penting. Jadi cuma aku yang ke sini." Sebenarnya Calvin tidak pandai berbohong. Ini dia lakukan untuk Rifki, lagi-lagi dia merasa berhutang budi dengan jantung yang sekarang berdetak di tubuhnya.

"Jadi sekarang dia sudah ada di Jakarta? Aku ingin bertemu Rifki. Boleh yah aku ikut Kak Calvin?" pinta Fani.

Calvin hanya terdiam. Satu kebohongan dibuat maka akan berlanjut dengan kebohongan lainnya.

.

💕💕💕

Like dan komen ya...

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

jujur saja Calvin.....

2024-01-26

0

Asri Anna

Asri Anna

mantap ceritanya kk 👍,, jgn lama2 bohong nya kasian fani masih mengharap rifky terus ...lanjut..

2023-08-08

0

ELESTAMEN HD

ELESTAMEN HD

kasian Rifki apa penyebab kematian dia

2023-08-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!