Part 05

Seperti biasa, setelah selesai sholat subuh Aisyah akan pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan dan juga bekal untuk suaminya. Dia menyiapkan sarapan untuk suaminya dengan penuh ketulusan. Walaupun suaminya itu tidak pernah menganggapnya, tetapi dia berusaha tetap sabar. Dia berusaha sabar untuk menghadapi ujian yang sedang menerpa rumah tangganya yang baru seumur jagung itu.

Namun, saat melihat kulkas, dia melihat ada beberapa bahan masakan yang telah habis. Dia perlahan melangkahkan kakinya halaman depan, dan melihat tukang sayur sedang mangkal di depan rumahnya. Dia juga melihat beberapa ibu-ibu yang sedang berbelanja di sana. Mau tidak mau, akhirnya Aisyah melangkahkan kakinya mendekati gerombolan ibu-ibu itu.

"Assalamualaikum," ucap Aisyah menyapa para ibu-ibu itu.

"Waalaikumsalam," ucap semuanya menatap kearah Aisyah.

Melihat kedatangan Aisyah, ada yang memuji wanita itu karena kecantikan dan juga ke sholehahannya. Namun, ada juga yang nyinyir menatap tidak suka kepadanya. Andre adalah pria yang mapan dan juga ramah, jadi wajar saja banyak ibu-ibu komplek yang menginginkannya sebagai menantu mereka. Jadi ketika mendengar Andre telah menikah, tentu saja ada yang tidak menyukainya. Namun, ada juga yang penasaran siapa wanita yang berhasil memikat hati pria itu.

"Eh! Bunda Aisyah. Bunda tinggal di sini?" tanya Alissa menyapa Aisyah.

"Ia, Bu! saya tinggal di rumah ini," ucap Aisyah menunjuk ke kediamannya.

"Wah! ternyata kita bertetangga ya. Pantas saja Bryan selalu mengatakan jika Bunda tinggal di sini juga. Tapi aku tidak pernah melihat ibu, sih," ucap Alissa tersenyum ramah.

"Jadi nama eneng Aisyah! cantik ya, sama seperti namanya. Pantas saja Nak Andre jatuh cinta," ucap para ibu-ibu menatap kagum kecantikan Aisyah.

Mendengar pujian ibu-ibu itu, Aisyah hanya tersenyum kecil sambil memilih perlengkapan yang harus dia beli. Dia tidak mau berlama-lama bergabung dengan para ibu-ibu itu, takut suaminya melihat dan memarahinya. Namun, di saat Aisyah sibuk memilih keperluan yang harus dia beli, tiba-tiba sebuah mobil mewah berhenti di dekat mereka. Terlihat seorang pemuda tampan turun dari mobil itu lalu berjalan mendekatinya.

"Alissa! dimana Bryan?" tanya Askara menatap adik iparnya itu sambil berdiri di samping Aisyah.

Melihat pemuda itu berdiri di sampingnya, Aisyah langsung menundukkan kepalanya. Dia berusaha untuk menjaga jaraknya dengan pemuda itu, akan tetapi dia tidak bisa bergerak kemanapun lagi. Melihat itu, Askara hanya tersenyum kecil. Dia terus melirik ke arah Aisyah dengan perasaan yang tidak menentu.

"Kakak mau ngapain di sini? masuk ke rumah sana, apa kakak mau bergabung dengan kami para ibu-ibu," ucap Alissa menatap sang kakak dengan tatapan penuh selidik.

Setelah beberapa enam tahun menjalin rumah tangga dengan suaminya, tentu saja dia sudah mengetahui sifat kakak iparnya itu. Terlebih lagi hubungan mereka sangat dekat, sehingga membuat Alissa langsung mengenal kakak iparnya itu dengan baik.

"Tidak masalah! mana tau di antara mereka ada yang ingin menjadikanku sebagai menantu," ucap Askara tersenyum kecil, sehingga membuat keadaan semakin heboh.

Tentu saja para ibu-ibu langsung menyambung ucapan Askara dengan baik. Bahkan mereka dengan senang hati menyebutkan putri mereka. Siapa yang tidak ingin menjadikan Askara sebagai calon menantunya, selain tampan, tetapi pemuda itu juga tajir melintir. Sehingga membuatnya menjadi menantu idaman para emak-emak.

"Kakak ini paling suka bikin heboh. Cepat masuk sana," ucap Alissa kesal melihat kelakuan kakak iparnya itu.

Melihat para keadaan semakin heboh, Aisyah mulai merasa tidak nyaman. Dia langsung membayar belanjaannya lalu berpamitan kepada ibu-ibu itu. Melihat itu, Askara hanya diam sambil terus memperhatikan wanita itu. Namun, saat melangkahkan kakinya, Aisyah langsung dihadapkan dengan penampakan suaminya yang berdiri menatap dirinya.

"Ka... kakak sudah bangun?" tanya Aisyah menatap suaminya itu dengan tatapan yang tidak bisa di artikan.

Tangannya langsung mengeluarkan keringat, bahkan tubuhnya sedikit bergetar. Walaupun tidak terlihat dengan jelas, tetapi Askara bisa melihat getaran pada tubuh wanita itu.

"Kau sedang apa? apa stok belanjaan kita sudah habis?" tanya Andre tersenyum kecil berusaha menyembunyikan sisi kekejamannya di depan para ibu-ibu komplek.

"Maaf, Kak! beberapa keperluan dapur telah habis. Jadi aku harus membelinya untuk masak pagi ini," ucap Aisyah menunduk.

"Eh, Nak Andre. Ternyata istrimu itu pendiam ya. Dia tidak mau bergaul dengan para tetangga," ucap salah satu ibu-ibu itu.

"Ia, Buk! Istri saya memang pendiam. Dia lebih suka di rumah," ucap Andre tersenyum sambil merangkul pinggang istrinya itu.

"Kalau begitu kami permisi dulu ya. Istri saya harus memasak bekal untuk saya. Lagi pula sebentar lagi kami harus pergi bekerja," ucap Andre pamit lalu melangkahkan kakinya sambil merangkul pinggang Aisyah meninggalkan para kerumunan ibu-ibu itu.

Melihat kepergian Aisyah dan Andre, Askara hanya terdiam sambil menatap tanggan Andre yang melingkar di pundak Aisyah. Askara dapat melihat jika Andre sedang mencengkram lengan Aisyah, sehingga membuat wanita itu berusaha menahan sakit.

"Apa yang telah dilakukan istrimu? sehingga kau sekejam itu kepadanya. Asal kau tau, sebesar apapun kesalahannya kau tidak bisa berbuat seperti itu. Jika kau tidak bisa menerimanya dengan baik, maka jangan salahkan aku merebutnya darimu. Karena wanita diciptakan bukan sebagai alat pelampiasan," batin Askara menatap punggung Aisyah dengan lekat.

...----------------...

Aisyah menerangkan mata pelajaran di depan kelas. Para anak-anak mendengarkannya dengan begitu serius. Aisyah adalah guru yang sangat sabar dan juga penyayang. Jadi tidak heran jika para murid menyukainya. Namun, Tiba-tiba kepala Aisyah terasa pusing. Dia juga merasa mual pada perutnya.

"Bunda kenapa?" tanya Bryan melihat wajah Aisyah yang pucat.

"Bunda tidak apa-apa." Aisyah hanya bisa memegangi kepalanya sambil menatap ruangan itu yang terlihat semakin gelap.

Awalnya dia masih bisa menahan, akan tetapi tiba-tiba kepalanya semakin pusing, sehingga membuat wanita itu hilang kesadaran dan jatuh tersungkur di lantai.

"Bunda! bunda kenapa?" tanya para murid Aisyah berlarian mendekati Aisyah. Ada juga yang berlari keluar untuk meminta pertolongan.

Mendengar Aisyah yang pingsan, kepala sekolah dan guru yang lainnya langsung berlarian melihatnya. Mereka langsung membawa Aisyah ke rumah sakit terdekat. Fitri sahabat Aisyah langsung menghubungi Andre untuk memberitahu keadaan istrinya itu.

"Hallo, Kak! Aisyah pingsan. Dia berada di rumah sakit dekat sekolah sekarang," ucap Fitri dari sambunggan telepon.

"Apa! kenapa bisa?" tanya Andre panik.

"Aku tidak tau, Kak! tadi saat dia mengajar tiba-tiba dia pingsan," jelas Fitri.

"Baiklah! aku akan segera ke sana," ucap Andre mematikan sambungan teleponnya lalu pergi menuju rumah sakit dengan terburu-buru.

Bersambung.....

Terpopuler

Comments

Evy

Evy

Kalo sampai Aisyah hamil...wah...bisa runyam tuh...

2025-04-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!