Aisyah duduk terdiam di atas ranjangnya, dia menatap ranjang yang berada yang di sampingnya dengan lekat. Ingin sekali dia melihat suaminya berbaring di sampingnya selayaknya seorang suami yang semestinya. Namun, jangankan melihat itu terjadi, membayangkannya saja wanita itu tidak berani. Sehina itukah dirinya? sehingga suaminya sendiri tidak sudi untuk menyentuhnya.
Sedikit demi sedikit, bayangan pada malam itu kembali melintas di dalam ingatannya. Perlahan tubuhnya bergetar ketika mengingat kejadian itu. Dia memeluk lututnya sambil menitikkan air matanya, wajahnya berubah menjadi pucat kerena ketakutan. Setiap malam kejadian itu selalu terjadi kepadanya, dia akan ketakutan tidak jelas jika seorang diri di rumah. Sedangkan Andre akan pulang larut malam, bahkan tidak jarang pria itu pulang dalam keadaan mabuk dan menyakiti istrinya itu.
"Ya, Allah! apakah hamba sekuat itu? sehingga kau mempercayakan beban seberat ini di pundak hamba. Sepercaya itukah engkau kepada hamba? sehingga engkau terus memberikan ujian silih berganti kepada hamba. Padahal hamba sendiri tidak yakin jika hamba bisa melewati semua cobaan yang kau berikan. Jika engkau memang yakin jika hamba bisa melewatinya, maka berikanlah hamba kekuatan dan juga keikhlasan. Sehingga hamba bisa menjalani semua takdir yang kau berikan dengan ikhlas. Tanpa ada sedikitpun rasa mengeluh muncul di hati hamba," batin Aisyah sambil menatap langit-langit kamarnya.
Air matanya terus mengalir dengan derasnya. Dia terus berjuang untuk melawan rasa takut yang terus menghantui dirinya. Karena dia tau, obat yang paling ampuh untuk mengobati traumanya hanyalah dirinya sendiri. Saat dia sibuk dengan pikirannya, tiba-tiba dia mendengar suara hentakan kaki yang mendekatk kamarnya.
Dengan cepat wanita itu menghapus air matanya, lalu menarik napasnya pelan. Dia berusaha mengontrol dirinya agar terlihat baik-baik saja di depan suaminya. Dia tidak mau terlihat lemah di depan suaminya itu, dia harus kuat. Dia tidak boleh lemah, karena jika suaminya tau jika dia lemah, maka suaminya itu akan semakin bertindak sesuka hatinya saja kepadanya.
"Kakak sudah pulang?" tanya Aisyah menyambut kedatangan suaminya itu.
Bahkan kini tidak ada sedikitpun rasa takut lagi yang terpancar di wajah gadis itu. Padahal tadi dia sampai gemetar hebat ketika mengingat kejadian pada malam itu. Namun, sekarang dia terlihat baik-baik saja seperti tidak terjadi apapun.
"Kenapa kau bertanya? apa kau tidak lihat jika aku sudah pulang?" tanya Andre ketus sambil berjalan melewati Aisyah.
Dia langsung membuka sepatunya dan meletakkan tasnya ke sembarang tempat. Setelah itu, dia langsung pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Melihat sikap suaminya itu, Aisyah hanya membuang napasnya pelan. Dia dengan penuh kesabaran memungut sepatu dan tas suaminya itu dan meletakkannya pada tempatnya.
Setelah itu, dia menyiapkan pakaian suaminya dan meletakkannya di atas ranjang. Walaupun Andre tidak pernah bersikap manis kepadanya lagi, tetapi Aisyah tetap melakukan kewajibannya sebagai seorang istri dengan penuh ketulusan. Dia menyiapkan semua kebutuhan suaminya itu dengan baik dan penuh keikhlasan.
Setelah selesai membersihkan dirinya, Andre keluar dengan mengunakan handuk yang melilit di pinggangnya. Melihat itu, Aisyah hanya terdiam sambil menatap tubuh kekar suaminya itu. Rambutnya masih basah, bahkan airnya menetes mengalir di dada bidangnya. Sadar dirinya sedang di perhatikan, Andre langsung menatap ke arah istrinya itu. Melihat Andre menatapnya, Aisyah dengan cepat menundukkan kepalanya karena takut jika suaminya itu akan memarahinya.
"Apa kakak sudah makan? jika belum aku akan memanaskan makanannya terlebih dulu," ucap Aisyah membuka suara.
"Hem!" dehem Andre lalu kembali ke kamar mandi sambil membawa pakaian yang telah di siapkan oleh istrinya itu.
Setelah mendapatkan izin dari suaminya, Aisyah langsung keluar dari kamar menuju ke dapur. Dengan penuh ketulusan dia memanaskan masakan yang telah dia siapkan untuk suaminya. Setelah selesai, dia langsung menata makanan itu di atas meja dengan begitu rapi. Tidak menunggu lama, dia melihat suaminya telah turun dan berjalan menuju ruang makan.
Dengan cepat Aisyah menarik kursi untuk suaminya itu dan mempersilahkannya untuk duduk. Tidak lupa, dia juga mengisi piring suaminya beserta air minumnya. Setelah semua keperluan suaminya itu selesai, barulah dia duduk dan mengisi piringnya sendiri. Melihat perlakuan istrinya itu, Andre hanya bisa terdiam lalu menyantap makanan yang ada di depannya.
Memang dia mengakui jika Aisyah adalah istri yang sempurna. Istri yang selalu melayaninya dengan begitu baik, tanpa pernah mengeluh sedikitpun. Namun, hatinya telah di butakan oleh rasa kekecewaan, sehingga dia tidak bisa melihat ketulusan hati istrinya itu. Dia hanya memikirkan balas dendamnya atas kekecewaannya terhadap Aisyah. Wanita yang telah dia nikahi itu.
Mereka makan dengan keadaan hening, tidak ada salah satupun dari mereka yang membuka suara. Melihat keheningan itu, Aisyah hanya bisa diam. Dia tidak mau membuat suasana hati suaminya itu semakin memburuk. Hingga akhirnya mereka selesai melakukan makan malam. Tanpa banyak bicara, Andre langsung bangkit dari duduknya lalu kembali menuju kamarnya.
Aisyah yang melihat itu hanya bisa diam, dia mengambil piring bekas Andre lalu membersihkan. Saat menaiki anak tangga, Andre menghentikan langkahnya. Dia menatap punggung Aisyah yang sedang membelakanginya dengan tatapan yang tidak bisa di artikan. Tidak bisa di pungkiri, jika dia masih sangat mencintai wanita itu. Namun, egonya sedikit tinggi, sehingga dia merasa malu untuk mengungkapkannya.
"Seandainya kau tidak menghianatiku, mungkin rumah ini akan di penuhi dengan canda tawa kita berdua. Tapi justru sebaliknya, kau menghianatiku, bahkan kau memberikan hakku kepada orang lain. Sehingga membuat pernikahan yang seharusnya membawa kebahagiaan untuk kita, malah menjadi pernikahan yang membawa begitu banyak luka. Aku mencintaimu, tapi penghianatanmu telah mengubur semua rasa cintaku kepadamu," batin Andre menatap nanar punggung Aisyah, lalu kembali melangkahkan kakinya.
Setelah selesai mengerjakan tugasnya, Aisyah langsung kembali ke kamarnya. Saat membuka pintu, dia langsung di sambut penampakan di mana Andre telah tertidur lelap di atas sofa. Melihat itu, Aisyah hanya membuang napasnya pelan. Dia berusaha untuk bersabar menghadapi sikap suaminya itu.
Dengan penuh kelembutan, dia berjalan mendekati suaminya dan merapikan selimut suaminya itu yang telah berantakan. Dia menatap teduh wajah sang suami yang telah tertidur sambil berdoa agar Allah bisa mengembalikan suaminya itu kembali seperti sosok yang dulu. Setelah puas memandangi wajah tampan sang suami Aisyah melangkahkan kakinya menuju kasurnya.
Dia membaringkan tubuhnya dengan cara membelakangi suaminya itu. Dia menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong. Tubuhnya terasa lelah, dan juga ngantuk, tetapi matanya seperti tidak ingin terpejam. Tangannya terasa dingin, banyangan malam itu kembali terbayang di ingatannya. Dia terus berusaha melawan rasa takutnya, sehingga tubuhnya menjadi bergetar hebat.
Andre yang sebenarnya belum tidur, menatap punggung Aisyah dengan tatapan yang tidak bisa di artikan. Ingin sekali dia mendekati wanita itu dan memeluknya dengan erat. Namun, dia langsung menepis semua pikirannya dan membulatkan keputusannya. Yaitu membalas penghianatan istrinya itu.
Bersambung.......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Yusria Mumba
sabar,
2024-06-30
1
nuraeinieni
dari pada hidup dlm rasa kecewa dan balas dendam andre mending km lepas aisyah.
2023-08-10
2
Deriana Satali
Kamu salah Andre, Aisyah tidak menghianati km tp dia korban pemerkosaan kalo km berniat balas dendam sm Aisyah dgn berselingkuh km akan kehilangan Aisyah
2023-08-10
1