"Pak Cepat, kejar motor itu."
"Sabar Tuan, lalu lintas sedang padat."
Ujar pak Supir sambil terus fokus untuk mengejar motor yang cukup jauh dari jarak mereka.
"Sungguh menyusahkan!
lama-lama aku bisa mati muda karena ulah Tuan Muda yang terus saja membuat masalah.
Apa sih susah nya nurut?" Assisten Erik terus menggerutu untuk mengeluarkan amarah yang sekian lama di pendam agar bisa mempertahankan pekerjaan ini demi biaya hidup di kota yang sungguh keras.
"Aduhh gawat, mereka sudah jauh sekali, Ayo pak kejar sampai dapat!"
Bapak Tukang ojek memacu motornya dengan kencang saat jalanan mulai lancar.
*
Di tempat yang berbeda terdengar keributan di sudut ruangan sebuah rumah sederhana di pinggir kota.
"Ma, kenapa kamu tega mengkhianati papa? apa kurangnya aku!" teriak seorang pria dewasa kepada istrinya.
"Dan, apa ini? kenapa kamu mengemasi pakaian mu." Marahnya melihat wanita yang dia cintai tidak merespon dan malah terus memasukkan semua pakaiannya ke dalam koper.
"Aku sudah nggak kuat hidup sama kamu lagi, aku minta cerai, aku akan pergi dari sini," ujar seorang wanita cantik yang sekarang tepat berdiri di hadapan pria yang berteriak tadi.
Bukannya menyelesaikan masalah wanita itu malah meminta cerai dan meninggalkan sang suami.
"Tidak, tak akan pernah papa biarkan."
Pria itu masih bisa memaafkan dan mencegat wanita itu untuk tidak berpisah darinya walaupun sudah di khianati karena masih ada satu orang yang dia pikirkan jika istrinya pergi.
"Aku nggak peduli, pokoknya aku akan pergi dari sini, kamu itu cuma pria miskin yang hanya akan memberiku kehidupan yang sengsara, aku bosan hidup seperti ini, kamu tidak pernah memberikan ku kebahagiaan.
Lihatlah pacarku dia adalah pria kaya yang sebentar lagi akan segera melamar ku, maaf aku akan lebih memilih pacarku itu."
"Papa bisa berkerja lebih giat lagi supaya kita mendapatkan kehidupan yang lebih mewah lagi, Papa janji, pikiran kan lah perasaan Bintang anak kita, bagaimana hancurnya perasaan anak kita yang masih kecil, dia masih butuh kasih sayang mu."
Pria itu memohon mencakup kan tangan di depan hadapan istrinya walaupun sebenarnya istrinya itu lah yang harus meminta maaf karena telah menduakan cinta.
Wanita itu hanya diam sambil mengemasi semua barang tanpa peduli permohonan dari lelaki yang masih berstatus suaminya itu.
Tanpa mereka sadari ada anak kecil perempuan berambut panjang yang di kepang dua dengan seragam sekolah yang masih terbalut di tubuhnya sedang mendengarkan percakapan meraka di depan pintu kamar yang sedikit terbuka itu.
Air mata Anak yang sudah berusia 7 tahun itu seketika luruh begitu saja tanpa suara saat mendengar pertengkaran orang tuan yang sangat dia sayangi.
Walaupun dia tidak tahu arti seluruh percakapan itu tapi dia paham ibunya ingin pergi meninggalkan rumah. "Kenapa Mama ingin pergi?" lirihnya pelan.
Setelah mengemasi semua barangnya wanita itu menarik kopernya siap pergi sedangkan sang suami terus memohon tanpa henti.
"Ma, jangan pergi, apa yang harus papa katakan pada Bintang jika Mama pergi? Tetap lah tinggal disini jangan tinggalkan kami, Papa janji akan mencarikan Mama banyak uang."
Wanita itu kembali tak menghiraukan sama sekali dia malah terus berjalan sambil menarik koper yang sudah terisi penuh.
"Lepaskan!" pekik Wanita itu saat suaminya menarik tangannya dengan kasar.
"Ma, sekali lagi mohon percaya dengan Papa," lirihnya.
"Maaf aku nggak bisa percaya lagi dengan mu, aku sudah bosan mendengar janji-janji mu yang tak pasti, sudah 8 tahun aku menunggu tapi hanya omong kosong yang kau tunjukkan.
Masalah Bintang untuk saat ini kau yang menjaganya jika aku sudah memiliki rumah sendiri baru aku akan menjemputnya."
"Kenapa Mama begitu egois? Apa sudah tidak ada cinta lagi di hati Mama untuk papa?"
Hanya hal itu yang bisa dia pertanyakan untuk terakhir kalinya.
Pria itu sudah kehabisan alasan, dia menggunakan anaknya untuk menghentikan wanita itu tapi tidak mempan lagi.
"Sudah tak ada lagi cinta di hatiku, jadi aku mohon lepaskan lah aku dari pernikahan ini daripada kita terus saling menyakiti satu sama lain." ujarnya dengan mata sayu memohon, terlihat wanita itu sudah sangat lelah menjalani kehidupan dengan sang suami.
Setelah 8 tahun menikah cinta itu perlahan menghilang begitu saja karena ketidak cocokan satu sama lain.
Dengan pasrah pria itu melepaskan tangan istrinya, tak ada yang bisa dia lakukan selain melepaskan, dia juga tidak bisa memaksa wanita itu untuk terus mencintai nya.
Kalau sudah tidak ada cinta mau gimana lagi, jika terus di paksakan pasti ujung-ujungnya akan berakhir juga.
"Terimakasih atas semuanya, maaf Papa nggak bisa menjadi suami yang baik selama kita bersama," ujarnya yang kali ini lebih ikhlas di tinggalkan istrinya yang akan sebentar lagi menjadi manta istri.
Wanita itu hanya mengangguk pelan lalu berlalu dari sana.
Tapi Langkah kaki wanita itu terhenti saat melihat anak perempuannya yang sudah berderai air mata di depan sana.
"Hikss, Kenapa Mama pergi? Bintang janji tidak akan nakal lagi tapi Mama jangan pergi" lirihnya dengan air mata yang terus keluar tidak mau berhenti.
Dia mengenggam tangan Mamanya dengan erat takut di tinggalkan.
"Ma, jangan tinggalin Bintang dan Papa," Bintang menatap Mamanya dengan tatapan sendu dan memohon.
Wanita itu berusaha menahan air matanya melihat anaknya yang memohon dengan tatapan tak berdaya. "Kuatkan dirimu, jangan terpengaruh dengan Bintang, kamu harus pergi dan mencari kehidupan yang lebih layak, ini juga demi masa depan Bintang."
"Maaf, Mama harus pergi, Mama akan kembali untuk menjemput mu suatu saat ini."
Dia melepaskan genggaman erat tangan mungil anaknya dengan paksa hingga terhempas.
Lalu berjalan begitu saja keluar rumah meninggalkan anak dan suaminya yg sedang merana di tinggalkan oleh yang meraka sayang.
"Hikss,Hiksss," tangis Bintang pecah melihat punggung Mamanya yang mulai menjauh. "Kenapa Mama tega ninggalin aku Pa?" isaknya sedih.
"Sabar sayang, masih ada Papa disini," ujar sang Papa berlutut dan menghapus air mata putri satu-satunya.
Air mata pria itu seketika terjatuh melihat kesedihan sang anak, dia bisa menahan jika hanya dirinya yang tersakiti tapi jika itu menyangkut anak perempuannya pastilah sang ayah akan lemah melihat air mata putrinya yang harus jatuh karena dia gagal menjadi seorang suami. "Maafin Papa, semua ini terjadi karena Papa yang nggak becus mencari uang yang banyak.
kamu kehilangan Mama mu karena Papa."
Dia memeluk putrinya untuk memberikan kekuatan, hatinya sebagai seorang Ayah sangat sakit melihat isak tangis putrinya.
Happy Reading ♥️😘😘🙏
I LOVE YOU 3000♥️🥰😘♥️♥️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Mampir thor,Semoga seru..
2024-09-04
0
Qaisaa Nazarudin
Besok2 Suami/Mantan suami kamu lebih kaya dari pacar kamu,Kamu jangan ngemis2 dan sok tersakiti ya,Awas aja..
2024-09-04
1