Bintang tersenyum manis untuk menenangkan Leo.
"Tuhan bunuh saja aku.
Kenapa anak ini begitu manis dan menggemaskan.
Wajahnya juga sangat cantik.
Jantung oh jantung kenapa kau terus berdegup kencang. Hentikan senyuman mu itu aku bisa mati jika melihatnya, Tuhan tidak mungkin kan aku ada gangguan menyimpang karena menyukai anak kecil, Sungguh berdosa diri ini jika itu benar."
"Dasar gila, Apa yang kau pikirkan Leo. Ya tidak mungkin lah kau ada gangguan seperti itu, kau itu cuma kagum dengan anak perempuan yang menggemaskan ini."
"Ada apa sih dengan kakak ini? dari tadi geleng-geleng kepala terus," gumam bintang yang sudah 2 kali melihat tingkah Leo yang seperti ini.
"Kakak baik-baik saja?" tanya Bintang sedikit mengguncang bahu Leo.
"Ehhhh, Apa?"
Dia gelagapan di kejutkan oleh Bintang.
"Apa kakak baik-baik saja?"
Terpaksa Bintang harus mengulang omongannya.
"Aku baik-baik saja.
Ooo Ya, sebelum luka mu di obati, aku akan membalut dengan saputangan." Leo mengeluarkan saputangan dari katong jasnya.
Lalu dia membalut luka Bintang dengan hati-hati.
"Sudah."
Leo merasa bangga karena untuk pertama kalinya dia bisa mengurus seseorang, biasanya dia yang di urus oleh pelayan. "Ternyata aku cukup mandiri dan dewasa." Dia senyum-senyum sendiri melihat saputangannya terlilit di lutut kecil milik Bintang.
"Ngomong-ngomong siapa namamu tadi?" Ucapan Leo berhenti sejenak.
Dia melanjutkan setelah ingat. "Owee ya Bin...tang kalau nggak salah."
"Iya, namaku Bintang, nama kakak siapa?"
Dengan sopan Bintang menjulurkan tangannya memperkenalkan diri.
Tangan Leo otomatis terulur untuk menjabat tangan kecil milik Bintang.
"Namaku Leo," ujarnya gugup.
"Kak Leo." Bintang mengulangi nama remaja tampan itu.
"Kenapa tangan kak Leo gemetar?" tanya Bintang dengan polosnya.
Jederr.
"Sial, bahkan dia bisa merasakan kegugupan ku, Leo bisakah kau untuk tenang sedikit masak sama anak kecil gugup sih."
Dengan gerakan cepat Leo langsung menarik tangannya. "Mmm, Iya, tangan ku dingin makanya gemetar."
Alis Bintang mengernyit. "Dingin?"
"Bodoh nya kau Leo walaupun dia masih kecil, dia pasti tahu kalau matahari sedang terik bahkan sampai membakar kulit, masak kau menjawab karena dingin."
"Ehh, bukan dingin maksud ku tapi karena lelah. Ya lelah, jika lelah tangan ku pasti gemetar," ujar Leo tersenyum kaku.
Bintang hanya ber oh ria menanggapi alasan Leo.
"Ayo pulang agar luka mu cepat bisa di obati, sini biar aku antar."
"Kakak benar, Tapi tunggu dulu."
"Ada apa?"
Bintang mengeluarkan gelang dengan gantungan berbentuk anjing yang lucu.
"Ini hadiah untuk Kakak karena sudah baik mau membantu Bintang, sebenarnya ini untuk Mama Bintang supaya bisa sama kayak punya Bintang tapi_" Dia berhenti berbicara.
"Tapi Apa?" Selidik Leo.
"Tidak, Bintang hanya berpikir mungkin Mama tidak akan suka karena Mama lebih suka gantungannya kucing daripada anjing," jawab Bintang tersenyum.
"Sini biar Bintang pakaikan."
Leo menyerahkan tangannya ke anak manis itu.
"Walaupun gelang ini cukup kekanakan tapi tidak masalah yang penting dia bisa tersenyum daripada menangis seperti tadi. Sepertinya aku mulai menyukai mu karena ini pertama kalinya aku mau menerima hadiah yang tidak seberapa seperti ini."
Anak perempuan di sekolahnya sering memberikan hadiah yang lebih mewah untuk Leo tapi dia membuang hadiah itu di hadapan para perempuan itu langsung.
Sungguh kejam ya Tuan muda yang satu ini.
"Karena kamu sudah memberikan hadiah, aku juga harus memberikan hadiah."
Leo melepaskan kalung yang terpasang di lehernya lalu memindahkannya ke leher Bintang.
"Terimakasih," ujar Bintang senang.
"Kamu sungguh cantik saat memakai kalung itu." Ada rasa kebahagiaan yang muncul di hati Tuan muda arogan itu saat memberikan sesuatu ke Bintang.
"Bintang!" teriak seseorang dari kejauhan memecah lamunan Leo.
"Papa!" jawab balik Bintang.
"Sayang Papa sangat khawatir, kamu kemana saja?" ujar Papanya yang dari tadi sibuk mencari Bintang.
"Maaf Pa," Bintang menunduk lesu karena menyesal.
"Siapa kamu?" tanya Papa Bintang saat melihat lelaki remaja di samping anaknya.
"Kakak ini yang membantu Bintang saat jatuh tadi Pa."
"Owee, Makasih ya Nak."
"Iya Om."
"Ayo Sayang kita pulang."
"Iya Pa."
"Maaf sudah merepotkan, kami pulang dulu,"
"Tidak masalah Om, saya senang bisa membantu."
Papa Bintang langsung menggendong Binatang lalu beranjak dari sana.
"Bye, Kakak tampan," Teriak Bintang Tersenyum sambil melambaikan tangannya di tengah gendongan sang Papa.
Blush.
Seketika pipi Leo memerah saat di panggil tampan oleh Bintang.
"Bye, Bintang kecilku."
*
*
*
16 Tahun kemudian.
Kring.
Terdengar keras suara alarm di sebuah kamar kos kecil milik anak gadis bernama Bintang.
Bukannya bangun dia malah tidur dengan lelap setelah meraba Alarm di sebelahnya untuk mematikannya.
1 jam kemudian.
Sang pemilik Alarm menggeliat di tempat tidur sambil merenggangkan badan.
"Sakitnya badan ini," keluhnya.
Uahemmm.
"Masih saja ngantuk mata ini."
Dia bangun perlahan lalu duduk sambil mengucek mata yang masih sepat akibat kurang tidur.
"Jam berapa sih ini? mataku masih sangat ngantuk banget."
Perlahan Bintang menoleh untuk melihat jam, Dan.
Jderr.
Bintang langsung melonjak dari tempat tidur saat melihat jam sudah menunjukan pukul 07.30.
"Sial, aku telat bangun lagi, dasar Alarm tidak berguna!"
Dengan gerakan cepat dia langsung mengambil handuk dan pergi mandi sambil terus menggerutu menyalahkan Alarm yang tak berdosa.
Kondisi Bintang sangat jauh berbeda dengan kondisi seorang pria dewasa di sebuah rumah mewah berdesain modern.
Terlihat seorang lelaki dewasa berbadan kekar sedang melakukan olahraga dengan di temani oleh seorang Assisten di sampingnya.
Otot-otot pria itu terlihat menonjol saat melakukan latihan angkat beban.
Melihat bosnya yang sudah selesai melakukan olahraga, Assisten yang ada di samping pria itu langsung menyerahkan handuk kecil berwarna putih.
"Silahkan Tuan Muda," ujarnya.
Pria itu langsung menerima dan mengelap badanya yang sudah bercucuran dengan keringat.
"Beni, Beritahu koki siapkan salad untuk sarapan ku," ujarnya sambil menyerahkan handuk itu ke sang Assisten.
"Baik Tuan Muda."
Tanpa banyak kata pria dewasa yang bernama Leo itu langsung beranjak dari sana untuk membersihkan diri.
Beberapa menit kemudian, Leo sudah keluar dari kamar mandi dengan jubah mandi yang melekat di tubuh besarnya.
Di walk-in closet sudah ada Beni yang menunggu Leo keluar dari kamar mandi.
Dia adalah pelayan khusus yang mengurus semua keperluan Leo di Mansion.
"Aku ingin pakai yang ini," ujar Leo yang menunjuk satu persatu pakaian yang akan dia kenakan untuk ke kantor.
Dengan sigap Beni mengambil semua hal yang di tunjuk oleh Leo.
"Tuan Muda anda ingin memakai sepatu yang ini atau yang baru anda beli di Paris?" Beni menunjukkan 2 sepatu dengan warna yang sama namun memiliki model yang sedikit berbeda.
Leo berpikir sejenak menimbang.
"Tidak keduanya, aku ingin pakai hadiah ulang tahun dari Mama."
"Baik Tuan Muda." Beni langsung mengambil sepatu yang diinginkan oleh Tuannya.
Hebat sekali Beni mengingat semua detail dari barang-barang Tuan Muda.
Happy Reading ♥️😘😘🥰🥰
I LOVE YOU 3000♥️😘🥰♥️😘🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
lama banget 16 tahun kemudian,Kenapa gak 8-9 tahun kemudian aja,ini juga Leo udah tuaan pasti 30+ kan..
2024-09-04
1
Qaisaa Nazarudin
Lama bamget 16 tahun,kenapa gak 8-9 tahun kemuddian aja..
2024-09-04
0