TRINGGGG
Suara jam weker milik seorang gadis berbunyi nyaring sampai penghuni lantai atas menutup telinganya dengan bantal.
“AUREL BANGUNNN!” teriak Skala emosi.
Aurel bangun dari tidurnya. Ia merenggangkan pinggangnya ke kanan dan kiri. Melihat jam weker-nya sudah menunjukkan pukul 05.45, ia tersenyum, “Hari pertama sekolah. Semangat!” Ia menyemangati dirinya sendiri.
Ia melompat dari kasur dan masuk kamar mandi. Setelah ritualnya selesai, ia pun berkaca dengan seragam yang semalam ia setrika sampai licin dan harum.
Selesai pakai kaus kaki putih, Aurel keluar kamar karena sepatunya ditaruh Skala dekat pintu rumah.
“Sarapan dulu, Aurel.” Suara selain Skala membuat Aurel berhenti. Aurel memutar tubuhnya dan kegirangan karena ada Ibunya sedang menyiapkan sarapan.
“Ibu… Ibu kok gak bilang mau kesini?” Aurel memeluk Alya.
“Ini kan hari pertama kamu sekolah, jadi Ibu mau buat sarapan, biar semangat!”
Skala tersenyum tipis melihat mereka.
“Ndak biasanya kamu se-semangat ini kalau berangkat sekolah,” ucap Alya sambil mengambil nasi dan lauk untuk anaknya.
Aurel tidak percaya, “Hari ini aku malah kerasa punya kekuatan buat belajar di sekolah.” Ia tersenyum lebar.
Skala menggigit kerupuk bundarnya, “Pertahanin semangatnya.”
“Dulu kamu malah males-malesan toh, kadang aja ndak mandi, ndak sarapan.” Alya terang-terangan membuka aib Aurel sebelumnya.
Skala melotot ke arah Aurel, “Tadi kamu mandi kan?” tanyanya mengintimidasi menunjuk Aurel dengan kerupuknya.
Aurel memundurkan wajahnya karena krupuk Skala hampir kena wajahnya, “Aku mandi… wangi nih.” Ia menciumi seragamnya sendiri.
Skala menyadari kalau Aurel memang lebih wangi dari biasanya. “Baguslah.”
Alya terkekeh melihat keakraban mereka, “Nanti di sekolah, semoga kamu cepat beradaptasi ya. Kalau ada yang ganggu kamu, kasih tau Ibu.”
Skala bertanya, “Sebelumnya ada yang ganggu Aurel, Bu?”
Alya menggeleng cepat, “Ibu bilang kan kalau ada…”
“Dulu aku males berangkat sekolah, sekarang jadi semangat, ini efek amnesia ya?” Aurel ingin tahu penyebabnya.
“Mungkin.” Ia juga ragu karena belum pernah amnesia.
“Tapi kenapa aku dulu males sekolah, Bu?” Entah kenapa Aurel jadi ingin tahu banyak tentang dirinya dahulu.
Alya bingung mau jawab apa. “Umm, Ibu juga kurang tau karna kamu tertutup, jarang cerita gimana sekolah kamu.”
“Terus??”
Skala jengah, “Nabrak tembok trus kamu amnesia.”
“Bu, Skala dari kemarin bilang aku amnesia gara-gara nabrak tembok. Gak bener kan?” Aurel mengadu ke Ibunya.
Alya tertawa, “Ndak… kamu ndak nabrak tembok.”
Mulut Aurel komat-kamit, “Tuh kan bukan.”
“Dulu kamu gak pernah se-ceria ini selain sama Bintang. Kamu peluk Ibu kayak tadi aja baru hari ini.” Alya mencoba menggali ingatan anaknya perlahan melalui kebiasaannya.
“Bintang?” gumam Aurel. “yang jenguk aku sama Nabila?”
Alya mengangguk, “He’em. Mungkin nanti kamu di sekolah ketemu lagi.”
Sasaran Skala jadi ada dua orang sekarang setelah Alya menyebut nama Bintang. Kira-kira kapan waktu yang tepat untuk mewawancarai mereka?
***
“Skala, ngapain ikut?”
“Lah? Aku yang daftarin kamu, ya terserah aku.” Skala akhirnya meninggalkan Aurel dengan pertanyaan bodohnya.
Skala merasa bingung saat siswa sepanjang koridor depan menatap Aurel tidak biasa, serasa mencekam. Ia menoleh dan mendapatinya sedang pakai earphone, lagi.
Tidak tahan dengan tatapan itu, Skala akhirnya berjalan disamping Aurel sambil menggandeng tangannya.
“Tumben.” Aurel tidak menolak Skala yang menautkan jemarinya.
“Aurel jalan sama om-om?”
“Gila.. ganteng banget.”
“Gue liat mereka dateng pake mobil.”
“Aurel amnesia? Gak inget apa-apa dong?”
“Itu cowoknya Aurel? Kalah telak pacarnya Nabila. HAHA.”
“Iya, masih gantengan pacarnya Aurel, tajir melintir.”
“Dia kan Presdir-nya Bina Atlas.”
“APAAA?!”
“Iya, bokap gue pernah nunjukin fotonya ke gue.”
“GILAAA!”
Skala makin tidak nyaman berada diantara perempuan penggila pria tajir. Apalagi ia bersama dengan Aurel, gadis konyol yang masih hilang ingatan. Tidak tahu apa-apa dan Skala juga tidak mau ambil resiko jika ada hal aneh yang terjadi.
Siapa tau, mereka iri pada Aurel lalu berbuat yang tidak baik, kan?
“Pak Skala, terima kasih atas kedatangannya di sekolah kami. Kami akan menjaga Aurel dengan baik disini, dengan teman-temannya juga,” ujar Kepala Sekolah yang duduk diseberang Skala dan Aurel.
“Mohon maaf, Pak. Begini, karna Aurel masih hilang ingatan, saya mohon, jaga dia baik-baik. Dan kalau ada acara apapun nanti, izinkan saya berpartisipasi.”
Skala mencondongkan tubuhnya dan berbisik pada Kepala Sekolah, “Karna dia nyeremin kalau lagi marah.”
“Skala, aku gak pernah marah,” tegur Aurel yang ternyata dengar ucapannya.
“Jangan percaya, Skala, Pak. Saya gak pernah marah kalau orangnya baik ke saya.”
“Iya, iya, Bapak percaya sama kamu, Aurel.”
Skala mendecih, “Pastikan kamu baik-baik aja disini, kalau ada yang ganggu kamu, telfon aku. 24 jam online.”
“Siap, Pak, Customer Service,” ledek Aurel sambil hormat.
“Kalian punya hubungan spesial?” tanya Kepala Sekolah.
“Nggak,” jawab Aurel.
“Dalam perjalanan,” kata Skala.
Mereka menjawab bersamaan, tapi tidak kompak.
“Maksudnya saya dalam perjalanan ke kantor sekarang. Jadi saya tidak bisa lama-lama.” Skala izin sebelum beranjak.
Sebelum Aurel diantar Kepala Sekolah ke kelas barunya, Skala bilang, “Belajar yang tekun.”
“Siap, Pak Skala.” Aurel tertawa kalau memanggil Skala dengan embel-embel Pak.
“Saya ragu mau bilang ini. Ck, gini, kalo kamu ngerasa gak nyaman sekolah disini, kamu bisa pindah.”
“Kenapa?”
“Karna…” Skala menggantungkan ucapannya. “ya kalo gak betah ngapain dipaksain.”
Aurel kira ada apa, benar-benar tidak memuaskan jawaban itu. “Yaudah lah, aku masuk dulu.”
“Sana.”
Setelah Skala lihat Aurel masuk kelas duduk di kursinya. Ia pun membenarkan headset bluetooth-nya, “Tolong diawasi, Pak.” Sesudah itu, Skala pergi ke kantornya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Isti Komah
namanya aja dunia novel ya,mna ada ddunia nyata,terlalu baik dgn orang asing.Skala1:1jt😅
2020-11-25
1
Tika
wah... di kasih mata2 khusus buat aurel dong... mantap skala. jangan sampai kelewat!!
2020-08-17
1