Apa itu rasa kantuk dan mata berat?
Lucia tak dapat merasakan hal itu padahal dirinya belum tertidur sejak diberi kabar tentang kondisi sang adik kemarin siang. Terlampau sibuk pun fokus ia mencari bantuan kesana kemari, sampai-sampai tak memperhatikan kondisinya sendiri. Wajah lesu, kantong mata menghitam pun bibirnya kering pucat. Seingatnya hanya roti gandum dengan selai kacang, yang masuk ke dalam perutnya sejak kemarin sore. Dan pagi ini belum sempat memakan apapun, ia sudah duduk di depan gedung megah nan agung milik trah Thiago. Lalu untuk mandi, beruntung ia masih mengingatnya.
Lucia menyerah, akan ia akui kekalahannya dihadapan sang pencipta keadaan ini, jika kenyataannya benar-benar mampu menolong sang adik. Sudah ia pikirkan terlampau matang keputusannya, bahkan sebelum menginjakkan kaki dilantai perusahaan terbesar kota Milan. Tepatnya pukul 5 pagi tadi ia menghubungi sang sekretaris pemilik perusahaan ini, dibantu oleh dokter Reynald. Meminta dengan segala hormat untuk bisa bertemu dengan tuan muda Javier Luz Thiago.
Pasrah, tak mampu lagi ia melawan, seolah segala perjuangan akan terbuang sia-sia. Merenung sepanjang malam, membuatnya tersadar akan kemampuan yang dimiliki. Begitu juga pagi ini, tepukan pelan dibagian pundaknya seolah membuat Lucia tersadar dari lamunan penuh kepedihan.
“Anda baik-baik saja nona?” Seseorang dengan setelan jas licin rapi bertanya padanya, bahkan sempat memberi Lucia senyuman hangat dibalik rasa khawatirnya.
Lucia sontak berdiri setelah beberapa detik terdiam bisu seperti seorang yang linglung “Ah, aku baik-baik saja. Apakah tuan Miguel sudah datang?” Bertanya to the point
“Belum nona, sekitar 20 menit lagi beliau akan datang. Jika anda berkenan, silakan menunggu didalam.” Wajah Lucia kembali lesu mendengar jawaban salah satu karyawan ditempat ini. Kembali ia lirik benda bulat yang melingkar pada pergelangan tangannya. Mengapa waktu terasa tak berpindah, seingatnya ia sudah menunggu lama disini, namun pria itu tak kunjung datang.
Lucia mengangguk setuju, setidaknya didalam sana tak diterpa angin kencang serta bisingnya kendaraan yang melintas.
“Mari nona..” ajak sang karyawan, jelas mimik wajahnya menggambarkan rasa khawatir terhadap wanita yang nampak letih itu.
********
Setelah penantian panjang, Lucia akhirnya dipanggil untuk bertemu. Tak ingin membuang waktu lebih banyak lagi, segera ia bergegas menuju ruangan yang ditunjuk sebagai tempat pertemuan mereka. Tepatnya dilantai paling atas gedung pencakar langit ini.
“Silakan nona, tuan Miguel menunggu anda didalam”
“Hhmm, terima kasih” Lucia mengangguk dengan senyuman singkatnya.
Kini ditatap penuh makna pintu besar dihadapannya, berkali-kali ia yakinkan dirinya bahwa ini keputusan yang tepat. Tidak ada cara lain lagi untuk menyelamatkan satu-satunya harta berharga yang masih ia miliki sampai saat ini. Walaupun Lucia dan Ellio tak memiliki hubungan darah, namun ikatan diantara keduanya terjalin erat. Cukup sekali dalam seumur hidupnya mengalami kepedihan karena ditinggal sosok yang paling ia cintai keberadaannya. Biarlah ia berjuang hingga titik darah penghabisan, asal nyawa Ellio terselamatkan.
“Huftt..” dalam satu kali tarikan nafas, Lucia mengetuk pintu itu lalu membukanya perlahan. Sedikit demi sedikit hingga terbuka dengan sempurna.
Tanpa diberi jeda atau bahkan waktu untuk mengistirahatkan diri, kini ia sudah dihadapkan langsung dengan sosok pria yang Lucia benci keberadaannya sejak pertama kali bertemu. Sungguh berat kakinya melangkah maju, agar berada lebih dekat dengan dua sosok pria penunggu ruangan ini.
Lihatlah pada seseorang yang duduk dengan senyum licik penuh kemenangan itu, Lucia sangat ingin menghajarnya. Dengan keteguhan hati, ia tegakkan kepala, lurus memandang kedepan tanpa rasa takut sedikit pun.
“Selamat pagi tuan Miguel..”
“Selamat pagi tuan Javier Luz..” ditundukkan sejenak kepalanya, menunjukkan rasa hormat kepada sang aktor utama dalam drama baru kehidupannya.
Miguel membalas dengan anggukan kepala “Silakan duduk nona Lucia”
“Terima kasih, namun aku ingin langsung saja pada intinya” tolak Lucia, terkesan tidak sopan namun apa boleh buat. Selain karena waktu yang terus berjalan, ia juga tak tahan melihat ekspresi bangga Javier.
“Oh Hey, kenapa buru-buru nona..” Javier akhirnya bersuara, bahkan kini berdiri dan melangkah mendekati Lucia. Salah, ternyata ia hendak duduk pada sofa yang letaknya tepat disamping Lucia.
Dengan santai pria itu duduk disana namun pandangannya tak pernah lepas dari sosok Lucia, seolah gadis itu memiliki sesuatu yang membuatnya sulit berpaling, Javier akui itu.
“Duduklah nona, ini masihlah sangat pagi. Bagaimana jika Miguel membu..”
Lucia mencengkram erat pinggiran celananya pun rahangnya mengetat sempurna “Tidak perlu, terima kasih untuk niat baik anda. Bolehkah langsung pada intinya?” Potongnya cepat-cepat.
Mulut Javier masihlah menganga sebab kalimatnya menggantung “Baiklah, nampaknya kau sudah tidak sabar” sambung Javier
“Jadi, katakan tujuanmu datang kemari dipagi buta seperti ini?” Sengaja Javier bertanya kembali, padahal ia sendiri yang membuat skenarionya.
“Aku rasa tuan Miguel sudah memberi tahu anda..” balas Lucia dengan sabarnya.
Javier menggeleng ribut, mimik wajahnya sengaja dibuat seperti orang bodoh dan itu semakin membuat emosi Lucia ingin meledak
“Tidak, Miguel tidak mengatakan apapun padaku” bohong Javier.
“Bajingan ini..” gerutu Lucia dalam hati. Sepertinya Javier sangat ingin melihat dirinya memohon dan tentu ia akan melakukan itu.
“Demi Ellio! Kau melakukan ini demi Ellio! Bukan karena bajingan ini!” Kalimat itu yang selalu Lucia tanamkan dalam hati maupun pikirannya.
Sekejap Lucia menghela nafas lalu menatap serius ke arah Javier “Dengan segala hormat, saya ingin meminta kerendahan hati anda untuk meringankan biaya operasi adik saya atau mungkin mengijinkan saya membayar biayanya dengan cara menyicil..”
“Tunggu, aku tidak mengerti” Javier mengerutkan keningnya, seolah-olah masih tidak mengerti.
“Begini, adik saya dirawat dirumah sakit anda dan harus segera diambil tindakan operasi. Namun tindakan itu terhalang dengan biaya yang menurut saya terlalu besar. Untuk itu, saya datang kemari meminta keringanan pada anda” pinta Lucia to the point
“Kenapa aku harus melakukan itu? Jika kau tidak sanggup dengan biaya dirumah sakitku, maka bawalah adikmu ke rumah sakit lain yang biaya lebih murah” Javier memasang wajah sombongnya, menolak mentah-mentah permintaan Lucia.
“Dan bukannya kau mempunyai banyak uang?! Terakhir kau mampu membayar hutang ayahmu tanpa perlu mencicilnya.” sambung Javier, diingatkan kembali kepada Lucia tentang malam itu.
Lucia memejamkan mata untuk beberapa detik, berusaha menekan emosinya, tahu jika dirinya tengah dipermainkan oleh Javier. Sudah ia duga akan seperti ini, seseorang dengan segala kekuasaannya pasti bertindak demikian.
“Lucia, Lakukanlah! Ellio tidak bisa menunggu lebih lama lagi” batinnya.
Pada akhirnya, Lucia memilih untuk menjatuhkan tubuhnya dengan kedua lutut sebagai tumpuan, menatap dengan penuh harap ke arah Javier “Saya memohon kepada anda tuan Javier, hanya anda yang bisa menyelamatkan adik saya. Apapun akan saya lakukan, termasuk jika anda meminta saya bekerja tanpa diberi upah sekalipun, akan saya terima. Asal operasi adik saya bisa dilakukan secepatnya”
Lihat, kemenangan berpihak kepada Javier “Kau bilang apapun? Yakin akan melakukan apapun yang aku minta sebagai gantinya?” Lucia mengangguk yakin, benar-benar tidak ada keraguan sedikit pun pada sorot matanya.
Javier tersenyum, lantas mendekatkan wajahnya ke arah Lucia lalu berbisik “Bagaimana dengan menjadi j*langku?”
Seketika seluruh tubuh Lucia terasa panas seperti terbakar, bahkan wajahnya nampak merah padam dengan tangan serta rahang mengetat. Padahal sudah ia siapkan diri untuk penghinaan yang satu ini, namun tetap saja dirinya masih tidak dapat menerima.
Tanpa bisa dicegah, lolos begitu saja cairan bening di atas pipinya yang mulus. Tidak pernah terbesit dalam benaknya akan berakhir seperti ini. 25 tahun ia hidup, sekuat tenaga menjaga kesuciannya sebagai seorang wanita dengan harga diri yang tinggi, nyatanya harus jatuh ke jurang terjal. Dan hal inilah yang ia pikirkan selama satu malam penuh, sampai-sampai membuatnya enggan memejamkan mata.
Apakah ia menyesal dengan keputusannya ini? Jawabannya adalah tidak. Terserah Javier ingin memandangnya remeh, tak akan ia pedulikan. Begitu juga dengan orang lain yang akan menyayangkan keputusannya ini. Memanglah terdengar gila, namun akan lebih gila lagi jika ia bisa mendapat uang sebanyak itu dalam waktu satu malam. Ini bukan kemauannya, namun keadaan menuntut serta menekannya.
“Tentu, sudah aku katakan apapun itu!” Final Lucia lantas membalas tatapan Javier dengan mata basah pun memerah.
“Good girl! Ternyata semudah ini” Balas Javier sembari bertepuk tangan, lantas mengangkat tangan, memberi isyarat kepada Miguel untuk sesuatu hal.
Miguel melangkah maju dengan sepucuk kertas yang sudah siap ditangan “Silakan tanda tangani surat perjanjian ini nona dan harap membaca dengan teliti”
Lucia lantas bangkit, meraih kertas itu. Membaca sekilas saja setelahnya menandatangani tanpa ragu “Katakan pada mereka untuk melakukan operasi hari ini juga” pinta Lucia
“Sesuai permintaanmu nona Lucia Cataline”
Bersambung..
“Ketahuilah, seseorang yang menganggap keputusanmu adalah sesuatu hal yang gila. Nyatanya tak pernah berada dalam posisi yang sama”\~Lucia
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Susi Susiyati
😭😭😭😭😭
2024-04-08
0
🍁K3yk3y🍁
sedih😭
2024-03-06
0
Kenzi Kenzi
buat suatu saat javi akan meresa sangat kehilanganmu neng,...saat ini,semangatkah
2023-10-29
2