Marah, kecewa, sedih, bercampur menjadi satu. Rasanya ingin mengamuk saja demi melampiaskan kekesalannya kepada bajingan yang ia temui dengan kurun waktu kurang dari 24 jam. Kerja kerasnya selama 5 tahun terakhir, terbuang sia-sia hanya karena penolakannya kepada seorang pria penggila lubang wanita.
“Lu-Lucia, aku minta maaf. Aku tidak bisa berbuat apa-apa..” lirih penuh penyesalasan Richard berucap dihadapan wanita yang menyandang status sebagai sahabat sekaligus karyawannya. Tanpa tahu apa kesalahan Lucia, sang pemilik restaurant meminta untuk memberhentikan karyawan terbaiknya ini. Satu yang pasti, jika ini semua ada sangkut pautnya dengan Javier Luz.
Lucia yang tengah dikuasai perasaan kecewa, memilih terdiam sembari sibuk mengemasi barang-barangnya. Jangan tanyakan apakah gadis ini tak menangis, sebab lantai dibawah sana sudah basah oleh air matanya. Beberapa saat setelah meninggalkan ruangan Javier, dirinya sudah tahu hal ini pasti akan terjadi.
“Richard, aku pamit” serak, tenggorokan Lucia hampir mengering. Tanpa mau menatap sang manager, Lucia melangkah dengan paper bag besar di tangannya. Bukanlah ia marah kepada Richard, sebab Lucia tahu jika ini bukan kehendaknya. Lucia hanya tak ingin semakin bersedih jika harus berbicara lebih banyak kepada semua orang. Jadilah dirinya memilih untuk pergi tanpa berpamitan kepada siapapun terkecuali Richard, Itupun hanya sekedar.
Lesu ia melangkah menuju pintu keluar, langsung saja mencari taxi karena khusus malam ini sangat malas jika harus berdesakan di dalam bus. Belum lagi merasa malu dengan mata sembabnya yang sulit untuk disembunyikan.
•
•
Begitu lega pun sedikit terangkat kesedihannya ketika Lucia selesai membersihkan diri. Tak lupa membuat segelas coklat hangat, berharap agar ia kembali bersemangat. Terduduk melamun memandangi gelapnya malam tanpa dihiasi bintang pada balkon sunyi, menerawang jauh berusaha melupakan kesialan hari ini. Tak terasa jatuh kembali cairan bening di atas pipi mulusnya, meratapi kembali pada pekerjaannya yang hilang dalam hitungan jam. Mengutuk murka pada sosok pria angkuh dengan segala kuasa di atas tumpukan uangnya, begitu tega melakukan ini padanya.
Tersentak kaget begitu ponsel yang tergeletak di atas meja, bergetar menandakan seseorang mencoba untuk menghubunginya. Buyar sudah semua bayangan kelamnya. Sejenak ia lirik benda kotak itu, tertera nama seseorang yang begitu familiar dilayar.
“Daddy?” Rasanya begitu malas menerima panggilan dari pria tua yang dalam hidupnya hanya ada uang dan uang, tanpa perduli keadaan keluarganya sendiri. Namun kembali lagi, perasaan tidak tega selalu menggerogoti hati serta pikiran Lucia, sehingga mau tidak mau ia menjawab panggilan itu.
“Ada apa dad?” Tanya Lucia dengan ketusnya.
📞: Lu-Lucia..
Dahi lucia mengkerut kala mendengar nada gemetar sang ayah tiri “Dad?”
📞: Tolong daddy...
Spontan Lucia beranjak dari tempatnya dengan perasaan khawatir “Kenapa? Katakan ada apa!”
📞: Monkey Bar.. tolong datanglah kemari dan selamatkan daddy.
Sambungan telepun terputus dengan kalimat menggantung sang ayah tanpa penjelasan yang lebih detail.
“Dad, Hallo! Dad..” panggil Lucia beberapa kali, sayangnya tak membuahkan apapun.
“Cckk, apalagi yang diperbuat bajingan tua ini” gerutu Lucia, sangat paham dengan apa yang terjadi kala mendengar sebuah nama tempat yang begitu familiar itu. Pastinya berhubungan dengan uang.
Siapa yang tidak tahu Monkey Bar, club malam dengan berbagai permainan licik serta menguras isi dompet para pengunjungnya. Berkali-kali Lucia ingatkan kepada sang ayah, agar jangan menginjakkan kaki ditempat terlarang itu. Namun nyatanya tak pernah sekalipun digubris.
Berlari kencang hingga ke tepian jalan raya besar, berharap masih ada kendaraan umum yang melintas. Melambai ribut dengan wajah paniknya kala sebuah mobil taxi melaju ke arahnya. Cepat-cepat masuk ke dalam sana, begitu mobil berhenti tepat dihadapannya.
“Monkey Bar..” pintanya dengan nafas tersengal-sengal. Dibawa melaju kencang oleh sang supir taxi mobil berwarna hitam pekatnya, memecah jalanan ibukota yang nampak senggang.
*******
Tidak butuh waktu lama, Lucia sudah berdiri tepat didepan satu-satunya bangunan yang masih aktif ketika malam tiba. Silau matanya memandang ke depan sana, tak menyangka jika dalam hidupnya akan menginjakkan kaki ditempat ini. Tanpa keraguan, masuk ia dengan mata siaga pun penuh kewaspadaan.
“Selamat malam nona, perlihatkan kartu akses anda” seseorang dengan tubuh besar pun kekar menghadang langkahnya. Berhenti tanpa gentar nya ia menatap penjaga ditempat ini.
“Aku tidak punya” jawab Lucia, tidak ada tatapan takut dimata gadis ini.
“Maka anda tidak diijinkan untuk masuk” tolak sang penjaga dengan wajah dingin pun tegas ucapannya.
“Ayahku, Debora ada didalam sana dan memintaku datang” jelas Lucia singkat, mengundang senyum remeh dari pria dihadapannya.
“Oh, jadi kau putri si pecundang itu. Masuklah, ayahmu sedang meminta pengampunan didalam. Lurus dan carilah ruangan yang terletak paling ujung,m.” bergeser tubuh tegapnya guna memberi akses kepada Lucia setelah melontarkan kalimat ejekan.
Terserah, Lucia tak akan marah dengan kalimat penghinaan yang ditujukan kepada sang ayah, karena apa yang dikatakan oleh pria ini memang benar adanya. Tidak mau memikirkan apapun lagi, melangkah ia menuju ruangan yang dimaksud, melewati manusia-manusia penikmat surga dunia yang sesekali menggonggong memanggilnya. Sial, Lucia benar-benar benci dengan tempat ini. Bau alkohol bercampur keringat para pendosa, menusuk Indra penciumannya.
Langkahnya yang cepat pun terburu-buru berhasil membawa Lucia pada ruangan yang dituju, berhenti sejenak dirinya sembari menghirup nafas dalam-dalam sebelum masuk ke dalam sana. Perlahan namun pasti ia buka pintu itu, terpampang jelas sosok yang Lucia cari keberadaannya di sana.
Kaget, melotot tak percaya ia dengan apa yang dilihat bahkan sempat membuat tubuhnya membeku. Bukan karena sosok tua yang sudah babak belur tergeletak dilantai, melainkan seseorang yang duduk dengan senyum liciknya. Sorot mata penuh kesombongan pun angkuh tertuju ke arah Lucia.
“Bajingan ini” geram Lucia, terkepal kuat telapak tangannya dengan perasaan marah yang kembali menguasai.
“Hallo nona Lucia, kita bertemu lagi” sapa seorang pria, yang tak lain adalah Javier Luz.
“Miguel, persilakan pada tamu kita untuk duduk” sambung Javier, masih santai ia walaupun tengah ditatap galak oleh Lucia.
Sedangkan Lucia, gadis itu benar-benar marah pun muak melihat wajah pria yang menyebabkan dirinya kehilangan pekerjaan. Senyum lebar Javier membangkitkan kebencian teramat dalam, bahkan jika ia memilik pisau, ingin rasanya merobek bibir yang selalu tersenyum penuh kelicikan itu.
“Kau ingin meminum sesuatu nona? Aku akan meminta Miguel menyiapkannya untukmu” Javier kembali berbicara, melihat tak ada respon apapun dari wanita dihadapannya bahkan ketika diberikan sebuah kursi untuk duduk.
“Hentikan omong kosongmu itu tuan Javier dan bebaskan ayahku!” Balas Lucia geram, semakin ia tilik tajam Javier yang nampak tak terpengaruh.
Javier memasang wajah terkejut, lebih tepatnya pura-pura dengan fakta yang dikatakan oleh Lucia “Wah, pria tua ini ayahmu? Maaf karena tidak berlaku sopan padanya”
Wanita galak, berjiwa pemberani serta keras kepala seperti Lucia sungguh membuat Jiwa penakluk Javier meronta. Bukan hanya karena parasnya, Javier juga tertarik dengan sifat Lucia.
“Rasanya ingin ku cabik-cabik wajah bajingan ini” batin Lucia dalam hati.
“Dad, jelaskan apa yang terjadi” alih-alih menjawab pertanyaan Javier yang tidak penting itu, Lucia kini menatap jengah ke arah sang ayah yang sudah lemas tak berdaya dibawah sana.
Debora, sosok ayah tiri yang senang berjudi serta mabuk-mabukkan itu, menatap nanar ke arah putrinya “Ayah ti-tidak mampu membayar hutang....”
“Ayahmu tercinta berhutang padaku dan tak mau membayarnya. Padahal aku sudah berbaik hati memberinya waktu” potong Javier.
Lucia menghela nafas berat, lagi dan lagi ayahnya berhutang padahal terakhir kali sudah ia selesaikan.
“Katakan, berapa hutang ayahku?” pinta Lucia, tatapannya tak pernah berubah untuk Javier, tetaplah marah diselingi kebencian terdalam.
Javier tersenyum licik, sudah ia tunggu kalimat ini keluar dari mulut Lucia “30 ribu dollar”
“30 ribu dollar?” Pekik Lucia dalam hati, terkejut bukan main kala mendengar nominal yang disebutkan oleh Javier.
“Dad..” Lucia tak percaya dengan mulut Javier, sehingga ia memutuskan untuk bertanya kepada ayah.
Debora mengangguk lemah, tak bisa mengelak dengan nominal yang disebutkan oleh Javier. Jika bukan dihadapan pria yang ia benci, sudah dipastikan Lucia akan terduduk lemas. Nominal itu cukup tinggi untuk dirinya yang hidup penuh perjuangan.
Sesaat Lucia terdiam, pikirannya berkecamuk “Nominal itu cukup tinggi. Jika aku membayarnya sekarang, tabunganku pastinya habis dan bagaimana dengan biaya rumah sakit Ellio. Belum lagi aku tidak bekerja sekarang” batinnya.
Javier menegakkan kepalanya penuh kemenangan, yakin jika gadis ini tak akan sanggup membayar nominal itu. Seperti sebuah keberuntungan untuknya, Debora merupakan ayah dari gadis yang ingin ia miliki. Jadilah, Javier tak sulit untuk menyusun rencana agar Lucia jatuh ke dalam pelukannya.
“Tidak perlu berpikir keras nona. Aku adalah sosok yang baik hati kepada siapapun. Jika kau tak sanggup membayarnya, katakan saja padaku. Dengan senang hati aku akan membantumu, asalkan...”
“Berikan nomer rekeningmu! Aku akan mentransfernya malam ini juga” potong Lucia cepat-cepat, bahkan segala pertimbangan tadi ia singkirkan.
Masalah biaya rumah sakit sang adik akan ia pikirkan nanti, terpenting dirinya dapat terlepas dari bajingan ini. Sedari awal Lucia sangat mengerti dan paham akan maksud Javier. Pria dengan segala kekuasaannya, pastilah mengandalkan berbagai cara untuk menjerat mangsanya. Dan Lucia, ia tidak akan mau jatuh ke dalam jebakan itu.
Lebih baik ia berjuang mencari lembaran-lembaran uang nantinya, dibandingkan harus menjadi peliharaan pria mesum ini, pikir Lucia.
Bersambung..uu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
ryye🌾
tata bahasa ny bagus,..suka aj klo ketemu novel yg tata bahasa ny pas.❤
2024-02-14
3
Wiwik Murniati
ayah tiri seperti itu di buang saja untuk apa di urusi
2024-01-20
1
Kenzi Kenzi
lepas urusan sang dady...ganti adiknya yg terancam....dady tiri mah cuekin wae neng
2023-10-29
0