“Harus kemana lagi aku mencari pekerjaan. Kenapa begitu sulit..” gerutu Lucia. Setelah satu hari fokus memandangi layar laptopnya, lalu hari ini mengelilingi jalanan kota demi mencari tempat baru untuk mengais rejeki. Hasilnya masihlah sama, tidak satupun dari mereka mau menerima Lucia. Sudah ia bekali diri dengan berbagai kertas sakti, prestasi serta penghargaan yang ia dapat terdahulu seolah tidak ada artinya. Baru saja membaca namanya, mereka sudah menggeleng.
Dari sekian tempat yang ia datangi, asalan penolakan mereka sangatlah mirip bahkan terbilang sama. Tentu hal ini mengundang kecurigaan Lucia kepada pria yang telah dua kali ia tolak kehendaknya. Terlebih karena kemenangannya malam itu, yang pastinya semakin membuat Javier Luz merasa terhina. Seorang yang hidup dengan kekuasaan sepertinya, akan melakukan apapun demi membalas kekalahan. Termasuk pada dirinya yang tak kunjung mendapat pekerjaan, padahal sebelumnya ada begitu banyak yang menginginkan Lucia untuk bergabung.
“Aaaa..ini pasti ulah bajingan Javier” teriak Lucia diujung danau dekat taman kota. Berani mulutnya berucap seolah dunia ini hanya dihuni olehnya. Tak takut akan orang lain yang mendengar lalu menyampaikannya pada pria itu.
Diremat kuat dokument tebal yang sudah ia bawa berkeliling setengah hari ini “Sial!! Kenapa aku harus bertemu dengannya, Tuhan! Tidak tahukah hidupku sudah sangat sulit dan sekarang bertambah payah!”
Terpejam erat kedua matanya menahan sesak dalam dada, kilas balik tentang hidupnya yang tak pernah beruntung mulai berputar. Rasanya selalu ada masalah baru yang muncul setiap harinya, bahkan ketika umurnya beranjak dewasa. Sosok yang selalu terlihat kuat pun memiliki sikap keras itu, nyatanya begitu rapuh kala ditimpa beban bertubi-tubi.
“Kenapa aku tak mendapat kesempatan untuk menikmati kehidupanku?! Kenapa selalu aku? Kenapa tidak orang lain saja?! Kenapa bebanku terus ditambah padahal aku sedang berusaha keras menguranginya?!” Lirih Lucia berucap penuh penyesalan. Meratapi nasibnya kian memburuk saja. Tak cukupkah dengan kehilangan ibu serta hidup menyakitkan yang ia alami selama ini? Mengapa harus ada cerita pedih di setiap harinya?
Mati, kata itu sudah tertanam sejak dulu dan hampir-hampir terjadi namun tak sampai. Ellio, nama yang selalu berhasil membuat segala kegilaannya kepada dunia terhenti. Hanya nama sang adik yang mampu membuat Lucia tersadar sepenuhnya pun menjadi alasan dibalik kuatnya mental serta tubuh Lucia. Tak akan mungkin ia meninggalkan sang adik yang tengah berjuang keras melawan takdirnya seorang diri. Ellio, dia adalah jawaban atas pertanyaan mengapa Lucia masih hidup dan berjuang hingga dititik ini.
“Dokter Rey?” Nama itu muncul pada layar ponselnya, seperti sebuah kebetulan kala nama sang adik tiba-tiba berputar dalam ingatannya.
Tangannya perlahan naik, menghapus sisa air mata di ujung pipinya. Tangisnya senyap dalam hitungan detik, digantikan dengan perasaan gelisah setiap dokter ataupun pihak rumah sakit menghubunginya.
“Hallo dok”
📞: Oh Hallo Lucia, maaf jika menganggumu
“Katakan ada apa dok?” Desak Lucia, seolah paham dengan kalimat yang dikatakan sang dokter.
📞: Datanglah sekarang dan akan aku jelaskan disini
“Hhmm..”
Tak perlu bertanya lebih dalam lagi, Lucia sudah tahu jika sesuatu yang buruk tengah terjadi kepada sang adik. Dengan gerakan secepat kilat, ia pergi meninggalkan danau menuju rumah sakit yang jaraknya lumayan dekat.
•
•
THE LUZ CORE COMPANY
Duduk dengan gagah berwibawa Javier pada kursi kebesarannya, sibuk jari telunjuk serta jari tengahnya melakukan Pen Spinner. Tatapan matanya tajam lurus kedepan, fokus mendengar laporan dari sang sekretaris.
Namun didetik berikutnya ia mengangkat tangan, memberi isyarat kepada Miguel untuk berhenti. Fokusnya teralihkan dengan suara bising dari sosok pria yang duduk santainya di ujung sana, memainkan game tanpa rasa takut akan dimarahi sang atasan.
“Kels..” panggil Javier singkat, entah mengapa ia teringat akan sesuatu dan itu berhubungan dengan pria ini.
“Ya tuan..” santai-santai pria dengan rambut pirang itu menjawab tanpa berniat mengalihkan pandangannya dari layar ponsel.
Ia adalah Kels Alexus, salah satu orang terbaik yang dimiliki oleh Javier. Ialah adik dari si genius Miguel yang memiliki sifat serta kepribadian berbeda namun kecerdasannya sama persis. Pria santai dengan pergerakan yang tidak terduga, maka tak hayal musuh menganggapnya begitu sepele.
“Sudah kau dapatkan informasi itu?” Satu pertanyaan dari Javier mampu membuat Kels mengalihkan fokusnya sejenak, walaupun hanya dua detik saja.
“Ia seorang yatim piatu namun memiliki ayah tiri yang nampak seperti bajingan, kau pasti tahu itu tuan. Cckk sial!” Sempat ia mengumpat kasar disela-sela menyampaikan laporannya dan Javier tak menggubris hal itu. Sudah terlampau biasa dengan sikap Kels yang seperti ini.
“Kels..” kali ini bukanlah Javier, melainkan Miguel yang memberi peringatan kepada adiknya. Berkali-kali sudah ia ingatkan akan sikapnya agar lebih sopan lagi terhadap Javier.
Kels menghela nafas lesu, tanpa aba-aba meletakkan ponselnya sebelum menjadi sasaran sang kakak. Ya dia lebih takut dengan Miguel jika dibandingkan dengan Javier, karena Miguel tak akan berpikir dua kali untuk mengambil nyawanya detik itu juga.
“Selain memiliki ayah tiri, ia masih memiliki seorang adik tiri yang terbaring lemas diranjang salah satu rumah sakit milik anda” sambung Kels, kali ini benar-benar serius.
Javier menaikkan satu alisnya “Rumah sakit milikku?”
Kels mengangguk “Hhmm, dan sekarang pria itu tengah kritis karena tak kunjung mendapat penanganan”
“Lebih detail!” Pinta Javier, entah mengapa ini terdengar seru dan akan menyenangkan. Sial, apakah keberuntungan akan memihaknya lagi, pikir Javier.
“Namanya Ellio, umur 15 tahun. Mengidap penyakit jantung sejak kecil dan masih bertahan sampai sekarang ini setelah menjalani satu kali oprasi. Namun sayang, kondisinya semakin memburuk di lima tahun terakhir karena memaksa bekerja demi membantu sang kakak. Jadilah ia harus dirawat dirumah sakit. Lalu hari ini, kondisinya semakin memburuk karena tak kunjung menjalani oprasi yang kedua” urai Kels dengan kalimat yang sedikit berantakan.
Javier nampak tersenyum mendengar laporan itu, bukanlah senyum bahagia melainkan smrik penuh akan ide licik dikepalanya.
“Miguel..” panggil Javier yang dijawab dengan anggukan kepala oleh sang sekretaris.
“Buat dia datang serta memohon padaku!” Titahnya, tentu Miguel sudah mengerti apa yang harus ia lakukan untuk perintah itu.
“Seperti keinginan anda tuan” balas Miguel.
“Ketahuilah nona, kekuasaan raja hutan mampu membuat mangsanya datang menyerahkan diri, tanpa perlu mengejar.” batin Javier. Semakin lebar senyum diwajah dengan rahang tegas itu. Tubuh tegapnya bersandar pada kursi, rasanya tidak sabar menunggu mangsanya datang dan menyerahkan diri.
•
•
“100 rb do-dollar? Aku tidak salah dengar?” Kaget pun tergagap Lucia saat mendengar nominal yang harus ia bayarkan untuk operasi sang adik.
Sang dokter mengangguk pelan “Benar Lucia..”
“Ta-tapi, bukankah kemarin tidak sebanyak itu?” Matanya masih melotot tajam, tak percaya dengan nominal yang disebutkan oleh sang dokter.
“Pihak rumah sakit menaikkan seluruh biaya rumah sakit, termasuk biaya operasi.” Jelas Dokter bernama Reynald yang membuat Lucia terduduk lemas.
“Uang sebanyak itu, dimana aku harus mencarinya Dokter Rey” Lucia menyugar surainya ke atas, frustasi dengan keadaannya sekarang.
“Tabunganku hampir habis dan sampai sekarang belum mendapat pekerjaan. Bagaimana bisa aku memiliki uang sebanyak itu dalam beberapa hari” gumam Lucia dalam hati dengan kepala tertunduk.
“Maaf, tapi aku harus menyampaikan ini Lucia. Operasi harus segera dilakukan mengingat kondisi Ellio yang semakin menurun drastis.”
Lucia mengangkat kepalanya lesu pun mata yang sudah basah “Bisakah beri aku waktu 2 hari saja? Aku berjanji akan berusaha lebih keras untuk mendapatkan uang itu”
“Tidak ada waktu sebanyak itu Lucia. Jika kau mau, cobalah berbicara dengan pemilik rumah sakit, siapa tahu beliau bersedia memberimu keringanan, setidaknya untuk mencicil biayanya” imbuh Reynald. Jujur ia sendiri merasa kasian dengan Lucia, mengingat dirinya adalah saksi hidup bagaimana perjuangan gadis ini selama 5 tahun terakhir. Namun Reynald tak berdaya, ia tak bisa membantu Lucia lebih dari ini, mengingat nominal itu cukup besar untuknya.
Lucia sontak berdiri dengan wajah cerah kembali, seolah ide Reynald seperti angin segar ditengah polusi“Siapa? Siapa pemilik rumah sakit ini dok?”
“Tuan Javier Luz Thiago”
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Susi Susiyati
begtu dnger nm pemilik rmh skit siapa,penykit jntungnys pindah ke lucia😁🤭sumpah serapah keluar
2024-04-08
0
dw granny
ga gentle ah si jav , mafia cm bs main kotor gini d tolak cewek ...
2024-03-20
1
Bastard_🗡️
paste tawaran Javier di teeima
2024-01-16
2