KAMU SANGAT MENGGODA

"Ma, tolong jangan berkata seperti itu, iya deh.. nanti aku akan coba membicarakannya dengan Papa," jawab Stella pasrah sambil memakan makanan yang sudah Sarah siapkan.

"Nah, gitu dong sayang, Mama kan jadi senang dengarnya,"

"Iya Ma, Stella juga senang jika melihat Mama senang,"

"Iya sayang, sekarang habiskan makananmu," pinta Sarah.

Di salah satu perusahaan terbesarnya, terlihat Diman sedang sibuk menelpon seseorang.

"Halo.. Roni bagaimana keputusanmu?" Tanya Diman.

"Kalau aku tetap setuju Dim, namun Devin menolak untuk menikah lagi, dan dia meminta waktu selama satu minggu untuk mengatasi masalah perusahaan kami, jika dia berhasil mengatasinya, maka dia tidak ingin menikah lagi," ujar Roni diseberang telepon.

"Padahal aku sangat berharap kita bisa menjadi besan Ron," harap Diman.

"Iya Diman, aku pun berharap seperti itu, namun aku juga tidak bisa memaksa Devin untuk menikah lagi," keluh Roni.

"Baiklah Ron, kita tunggu saja hasil dari Devin, apakah dia bisa mengatasi masalah perusahaan mu saat ini," ucap Diman.

"Iya Diman, sudah dulu ya, soalnya aku mau menemui Devin di kantor," pamit Roni.

"Oke Ron," balas Diman memutuskan sambungan teleponnya.

Setelah sambungan teleponnya terputus, Diman memikirkan bagaimana cara agar bisa membuat Devin menikahi anaknya.

"Aku harus bisa menggagalkan segala usaha Devin untuk mengatasi masalah perusahaannya, agar dia mau tidak mau harus menikahi Stella," Diman tersenyum jahat.

* * * * *

"Sayang, sudah bangun?" Tanya Niken saat memasuki kamarnya.

"Kenapa tidak membangunkanku sayang?" Ucap Devin sambil merentangkan kedua tangannya. Niken seketika duduk dipangkuan Devin dan langsung memeluk suaminya itu.

"Maaf Mas, aku tidak tega membangunkanmu saat tidurmu nyenyak sekali," Ucap Niken dengan mengecup sekilas bibir Devin tanpa melepas pelukannya.

Devin tersenyum mendapatkan morning kiss dari Niken dan dia pun mencium kening serta kedua pipi Niken.

"Sekarang Mas mandi, dan aku akan mempersiapkan pakaian Mas dulu," ucap Niken menarik tangan Devin.

"Iya sayang, apa kamu sudah mandi? Kalau belum, ayo kita mandi bareng," goda Devin menahan tarikan Niken.

"Aku sudah mandi sayang, bahkan sudah siapkan sarapan untukmu, jadi sekarang Mas mandi, siap-siap, lalu kita turun untuk sarapan,"

"Ya.. gagal dong mandi barengnya," ucap Devin cemberut.

"Maaf sayang, lebih baik cepat mandi dulu, nanti bisa telat loh ke kantornya," bujuk Niken.

"Iya sayang, ini aku mandi dulu," ucap Devin beranjak dari tempat tidurnya.

Niken dengan segera mempersiapkan pakaian kantor untuk Devin.

Beberapa menit kemudian, Devin keluar dari kamar mandi.

"Sini sayang, aku bantu mengeringkan rambutnya," tawar Niken sambil menepuk kursi di depan meja rias yang ada di kamar mereka.

Diven dengan senyum bahagia mendekati Niken dan langsung duduk di kursi, Niken mengambil handuk kecil di atas meja rias untuk mengeringkan rambut Devin, seketika Devin menarik tubuh Niken dan mendudukkannya di pangkuannya.

"Sayang.. bikin kaget," ucap Niken memeluk leher Devin.

"Maaf sayang, habisnya kamu sangat menggoda di mata ku," Devin mengecup sekilas bibir Niken.

Seketika wajah Niken merah merona saat mendengar pujian dari suaminya.

"Jangan bercanda lagi sayang, sekarang diam, biar aku keringkan dulu rambutnya," pinta Niken mulai mengeringkan rambut Devin dengan handuk sebelum menggunakan hair dryer.

Niken membantu Devin bersiap siap, dan yang terakhir yaitu memasangkan dasi Devin.

"Nah selesai.." ucap Niken.

"Terima kasih sayang," Devin tersenyum dan mencium pipi kanan Niken.

"Sama-sama sayang, sekarang kita turun untuk sarapan ya," ucap Niken memeluk lengan Devin.

"Iya sayangku.." mereka berdua berjalan beriringan dengan posisi tangan Niken masih memeluk lengan Devin dengan sangat erat seolah olah takut kehilangan.

Mereka tersenyum bahagia seakan tidak terjadi apa-apa.

"Wah… senangnya lihat Tuan dan Nyonya setiap hari seperti ini, membuat saya teringat suami saya di kampung, hehe," kata Yati tersenyum.

"Bi Yati pasti rindu suaminya ya.." goda Nina.

"Pastilah Nin, apalagi setiap hari melihat kemesraan Tuan dan Nyonya," ucap Yati tersipu.

"Apalagi saya Bi, jiwa jomblo saya ini meronta ronta saat melihatnya, hehe," ujar Nina memukul dadanya.

"Makanya segera menikah Nin," saran Devin.

"Yahh.. Tuan, bagaimana mau menikah jika tidak ada yang datang melamar, masa iya.. saya yang pergi melamar," Ujar Nina tertawa membuat semuanya ikut tertawa mendengar ucapan Nina.

Bi Yati dan Nina bekerja di rumah Devin saat usia pernikahannya dengan Niken berjalan dua bulan. Sedangkan usia pernikahan mereka sekarang sudah berjalan tiga tahun.

"Semoga disegerakan ya Nin, segera dipertemukan dengan calon imam yang baik," Doa Niken untuk Nina.

"Aamiin… terima kasih ya Nyonya atas doanya, Nina jadi terharu mendapatkan perhatian dari Nyonya," ucap Nina memeluk Bi Yati karena dirinya tidak berani jika memeluk Niken.

Niken yang melihat tingkah Nina hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

"Ini minumnya Sayang," ucap Niken menyodorkan segelas air putih pada Devin.

Devin segera meminumnya dan siap berangkat kerja.

"Aku berangkat dulu ya sayang, hati-hati di rumah," Pesan Devi sambil memeluk Niken.

"Iya, Mas juga hati-hati dijalan dan jangan ngebut," ucap Niken meraih tangan kanan Devin untuk menyalami nya.

"Siap sayang," Devin mencium kening Niken sebelum berangkat.

Devin ingin mengecup bibir Niken namun tiba-tiba tukang kebun mereka lewat didepan pintu sehingga membuat Devin gagal melakukannya.

"Nyonya, baik-baik saja kan?" Tanya Yati setelah Niken kembali ke meja makan untuk makan buah.

"Saya baik-baik saja Bi, mohon doanya Bi, semoga Mas Devin bisa mengatasi masalah perusahaannya saat ini," Pinta Niken penuh harap.

"Iya, Bibi selalu berdoa agar semua masalah yang menimpa Nyonya dan juga Tuan segera teratasi. Dan semoga Tuan dan Nyonya selalu bahagia," ucap Yati tulus.

"Iya Nyonya, Nina juga akan selalu ada di pihak Nyonya dan mendukung Nyonya," ucap Nina yang tiba-tiba muncul dari arah dapur.

"Terima kasih ya Nina.. Bi.." kata Niken.

"Sama-sama Nyonya, kami akan selalu setia disini menemani Nyonya," ucap Yati karena merasa khawatir dengan keinginan keluarga Devin yang menginginkannya menikah lagi.

Yati juga mengetahui bagaimana watak dari Kakek dan kedua orang tua Devin, yang selalu ingin menang sendiri tanpa memperdulikan bagaimana perasaan orang disekitarnya.

"Emang Bi Yati tidak rindu suaminya?"

"Rindu Nya,"

"Lalu.. Apa Bibi tidak ingin pulang dulu untuk menghilangkan rasa rindunya itu?" Tanya Niken tersenyum.

"Untuk saat ini tidak Nya, kan bisa melepas rindu lewat video call," jawab Yati tertawa.

"Betul itu Nya," Nina ikut membenarkan ucapan Yati.

"Ya sudah. Bi Yati dan kamu juga Nina, kasih tahu saya ya, jika membutuhkan sesuatu, seperti kalau mau pulang atau mau pergi jalan-jalan, jangan pernah sungkan untuk mengatakannya," pinta Niken.

"Siap Nyonya," jawab Nina tersenyum penuh semangat dan gembira karena memiliki majikan yang baik hati.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!