MEMBUTUHKANKU

"Iya Pa, Stella janji tidak akan mengulanginya lagi," ucap Stella sambil memeluk Diman.

"Dan jangan lupa untuk meminta maaf sama Mama, Papa ingin setelah pulang kerja kalian berdua sudah berbaikan," pinta Diman.

"Tapi Pa, Stella takut sama Mama, takut jika Mama menampar Stella lagi," keluh Stella dengan manja.

"Tidak akan sayang, nanti saat Papa sudah sampai di kantor, Papa akan coba menelpon Mama dan membujuknya agar mau memaafkanmu, jadi sekarang kamu kembali ke kamar soalnya Papa juga mau berangkat ke kantor," Diman mengecup kening Stella.

"Baik Pa, hati hati dijalan ya Pa!" balas Stella.

"Iya sayang," Diman berjalan keluar menuju mobilnya yang sejak tadi sudah disiapkan oleh supir pribadinya.

Setelah Stella sampai di kamar, "Dari mana Mama tahu jika aku nginap di hotel? Apa Mama sedang memata mataiku?" Batin Stella curiga.

"Aku harus lebih berhati-hati," ucapnya sebelum masuk kamar mandi untuk membersihkan diri.

Sedangkan di kamar Sarah, dirinya masih saja menangis mengingat bagaimana kelakuan Stella di luar sana.

"Ya Allah.. ampunilah segala dosa dan kesalahan anak hamba, tolong berikanlah hidayah untuknya, agar segera bertobat dan meninggalkan segala perbuatan buruknya selama ini, tolong ampuni hamba yang tidak bisa mendidiknya dengan baik," tangis Sarah pilu.

Tiba-tiba ponsel Sarah berdering sehingga dia pun meraih ponselnya dan melihat jika Diman suaminya yang sedang menelpon dirinya.

"Halo.." ucap Sarah sambil mengusap air matanya.

"Ma.. Mama baik-baik saja kan," tanya Diman merasa bersalah karena sempat berdebat dengan istrinya sebelum berangkat kerja.

"Aku baik-baik saja,"

"Ma, Papa minta maaf jika sikap Papa tadi telah menyakiti hati Mama dan Papa juga mohon, maafkan juga Stella, beri dia kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya," pinta Diman.

"Jika dia memang ingin merubah kelakuannya itu, maka Mama akan memaafkannya, tapi jika tidak, jangan harap mama mau memaafkannya," ucap salah kesal.

"Tapi Ma, dia anak kita satu-satunya, kalau bukan kita yang menasehatinya siapa lagi," ujar Diman.

"Bukan kita Pa, tapi hanya mama, Mama lah yang selalu menasehatinya, sedangkan yang Papa lakukan selama ini hanya mengikuti semua keinginannya dan tidak pernah melarangnya sehingga dia bersikap semaunya dan tidak mendengarkan apapun yang Mama katakan," ucap Sarah dengan penuh emosi.

"Papa melakukan semua itu karena Papa tidak ingin Stella merasa tidak disayangi Ma, jika kita selalu melarang apa yang dia inginkan dan lakukan," bela Diman.

"Justru itu yang salah Pa, lihatlah sekarang, hasil dari Papa yang selalu memanjakannya, kita tidak bisa menasehatinya lagi, apa Papa tahu bagaimana pergaulannya di luar sana? Apakah Papa tahu kalau semalam dia nginap di hotel bersama laki-laki?"

"Cukup Ma, dari mana Mama tahu semua itu, jangan asal tuduh anak kita,"

"Sudahlah sampai kapanpun Papa tidak akan pernah mempercayai ucapan Mama,"

"Bukan seperti itu Ma, sudah dulu ya Ma, nanti kita bahas lagi dirumah, Papa mau meeting dulu," ucap Diman mengakhiri sambungan teleponnya.

"Anak dan Papanya sama saja, tidak bisa diberitahu," Kesal Sarah.

Di kamar Stella terlihat dirinya baru selesai mandi dan sedang mengganti baju, setelah itu dia segera mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.

"Halo, untuk saat-saat ini aku tidak bisa menemuimu, soalnya Mamaku sudah mulai curiga dan mungkin saja dia sedang memata mataiku," ucap Stella.

"Lalu bagaimana denganku sayang? aku akan sangat merindukanmu," ucap seorang lelaki di seberang telepon.

"Aku juga pasti sangat merindukanmu, tapi mau gimana lagi aku tidak ingin Papa mengetahui hubungan kita," jelas Stella.

"Baiklah sayang, aku akan selalu menunggumu, jadi kabari aku jika kamu sudah punya waktu luang dan membutuhkanku," kata lelaki itu.

"Baiklah sayang, udah dulu ya, bye.." ucap Stella mengakhiri panggilannya.

Baru beberapa detik Stella memutuskan sambungan teleponnya, ponselnya kembali berdering dan seketika Stella menjawab panggilan tersebut.

"Halo.." ucap Stella

"Kamu dimana? kenapa tidak jadi menemuiku?" terdengar suara laki-laki lagi di seberang telepon.

"Oh iya.. maaf, aku lupa mengabari jika aku tidak bisa menemuimu dan beberapa hari kemudian," jelas Stella.

"Mengapa Stel? Apakah kamu sudah tidak membutuhkanku lagi?" ucap lelaki itu.

"Bukan seperti itu, tapi untuk saat ini aku belum bisa meninggalkan rumah, soalnya Mamaku sedang marah dan aku tidak ingin Papa juga mengetahui hubungan kita," kata Stella.

"Lalu sampai kapan aku menunggumu?" tanya lelaki itu.

"Bersabarlah sebentar, setelah kondisi aman aku akan segera menghubungimu kok," ucap Stella meyakinkan.

"Baiklah, aku akan menunggumu sayang bye.." lelaki itu memutuskan sambungan teleponnya.

Ini semua gara-gara Mama, jadinya aku tidak bisa bersenang-senang. Setelah Stella telponan, dia segera ke kamar orang tuanya untuk menemui Mamanya dan meminta maaf sesuai dengan permintaan Papanya.

"Ma.." panggil Stella di luar kamar.

"Apakah aku boleh masuk," tanya Stella gugup.

"Masuk saja, tidak dikunci kok," jawab Sarah ketus di dalam kamar dan Stella pun masuk ke dalam kamar orang tuanya itu.

"Ma, aku minta maaf, karena telah menyakiti hati Mama, aku janji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi dan aku juga akan berusaha merubah kebiasaan buruk ku yang selalu keluyuran seperti kata Mama," ucap Stella menggenggam tangan Sarah.

Sarah masih saja diam sebab dia masih marah kepada Stella anak satu-satunya itu.

"Ma, tolong maafin aku. Aku janji akan mengikuti semua yang Mama katakan," Ucap Stella meyakinkan Sarah.

"Apa betul kamu akan mengikuti semua perkataan Mama? dan tidak akan melakukan hal buruk di luar sana lagi?" Tanya Sarah.

"Iya Ma, aku janji tidak akan menentang apa yang Mama katakan, dan aku akan berusaha merubah kebiasaan buruk ku,"

"Baiklah, Mama akan memaafkanmu dan Mama harap kamu menepati janjimu," ucap Sarah.

"Iya Ma, terima kasih ya.. sudah memaafkan ku,"

"Iya sayang," ucap Sarah tulus sambil mengelus lembut pucuk kepala Stella.

"Sekarang ayo kita turun, Mama akan membuatkan makanan kesukaanmu," ajak Sarah.

"Baik Ma, terima kasih ya," ucap Stella memeluk lengan Sarah.

Beberapa menit kemudian, Sarah sudah menyajikan makanan kesukaan Stella di atas meja yang siap disantap oleh Stella.

"Sayang apakah kamu tidak ingin bekerja di perusahaan Papa?" tanya Sarah.

"Tapi aku tidak pandai dalam urusan bisnis Ma,"

"Iya Mama tahu, tapi kan kamu bisa belajar dari Papa mu, toh itu kan juga perusahaan kita, jadi tidak ada yang akan mempersulitmu," ujar Sarah.

"Tapi aku tidak ingin menyusahkan Papa di perusahaan Ma,"

"Tidak mungkin Papa merasa disusahkan sayang, kalau bukan kamu siapa lagi yang akan menggantikan Papa nanti, kan hanya kamu satu-satunya anak Mama dan Papa. Apakah kamu akan selamanya hidup seperti ini? tidak ingin bekerja, lalu siapa nanti yang akan membiayai hidupmu? sayang, Mama dan juga Papa tidak selamanya ada di sampingmu," jelas Sarah menasehati Stella.

Terpopuler

Comments

Hanipah Fitri

Hanipah Fitri

drama dimulai

2024-06-10

0

Masiah Cia

Masiah Cia

perempuan sprt ini mau di jodohkan dh Davin

2023-08-25

0

Amelia Quil

Amelia Quil

Gokil abis pokoknya, thor!

2023-08-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!