KAMULAH HIDUPKU

"Sayang, aku mohon jangan menangis lagi, aku sedih setiap kali melihatmu menangis seperti ini," bujuk Devin dengan mengelus lembut kepala Niken.

"Mas… bagaimana jika Mas betulan menikah lagi? Membayangkan nya saja aku sudah tidak sanggup, hiks.. hiks," Niken semakin menangis sehingga membuat Diven menghentikan mobilnya di pinggir jalan agar dia bisa memeluk dan menenangkan istri tercintanya itu.

"Sayang, sampai kapanpun aku akan tetap mencintaimu dan hanya kamulah istriku satu-satunya di dunia dan di akhirat kelak," ucap Devin tulus.

"Mas, aku juga sangat mencintaimu dan aku berjanji tidak akan pernah meninggalkanmu dan aku akan selalu mendampingimu apapun yang terjadi nanti," ucap Niken sesegukan.

"Iya sayang, aku akan berusaha mencari cara untuk mengatasi masalah perusahaan saat ini, karena aku juga tidak ingin menikah lagi, cukup hanya kamu satu-satunya istriku selama hidupku," ujar Devin.

"Tapi Mas, aku tahu bagaimana sifat kakek dan juga Papa, mereka pasti akan melakukan segala cara agar Mas mau menuruti semua keinginannya," kata Niken pilu.

"Sayang, aku mohon berjanjilah padaku, apapun yang akan terjadi nanti, kita akan melewatinya bersama-sama dan selalu saling percaya satu sama lain, karena hanya kamulah satu-satunya penyemangat hidupku, jadi kumohon tetaplah disisiku," pinta Devin karena dia juga merasa sulit untuk bisa melawan kehendak Kakek dan juga kedua orang tuanya.

"Iya Mas, apapun yang akan terjadi nanti, aku janji tidak akan pernah meninggalkanmu, kecuali kematianlah yang memisahkan kita," janji Niken sambil memeluk erat tubuh Devin. Mereka cukup lama berpelukan hingga Niken sudah mulai merasa tenang dan Devin kembali melajukan mobilnya menuju rumah mereka.

Sesampainya di rumah, mereka segera membersihkan diri sebelum tidur.

"Sayang, aku mau tanya sesuatu, tapi Mas janji harus jawab dengan jujur ya!" Kata Niken saat mereka sudah ditempat tidur.

"Iya sayang, mau nanya apa?" Ucap Devin sambil memeluk erat tubuh Niken.

"Apa Mas ingin memiliki anak?" Tanya Niken pelan.

"Sayang, tidak ada seorangpun pasangan suami istri yang tidak menginginkan kehadiran buah hatinya," jawab Devin.

"Lalu bagaimana jika aku tidak bisa memberikanmu anak?" Tanya Niken sendu.

"Bukannya tidak bisa sayang, memang belum waktunya saja kita diberi rezeki oleh yang Maha Pencipta, dan kalaupun kita tidak bisa memilikinya, maka aku akan tetap mencintaimu," ujar Devin.

"Mas, seandainya ada orang yang bisa memberikanmu anak, apakah Mas mau?" Tanya Niken gugup.

"Sayang ngomong apa sih, aku itu hanya ingin anak kita, bukan anakku dengan orang lain dan sampai kapanpun aku tidak akan pernah menduakanmu atau berpaling darimu, apakah kamu masih memikirkan ucapan Papa?" Tanya Devin.

"Aku takut jika Mas kesepian tanpa kehadiran seorang anak," lirih Niken.

"Aku akan lebih kesepian jika tanpa dirimu sayang, dan jika disuruh untuk memilih antara kamu dan seorang anak, maka aku akan tetap memilihmu, karena kamulah hidupku," ucap Devin lembut dan mengecup kening Niken.

"Maafkan aku ya sayang, karena bertanya hal itu padamu," kata Niken.

"Tidak apa-apa sayang, tapi sebagai gantinya aku ingin melakukannya sekarang," ucap Devin mengecup sekilas bibir Niken.

"Melakukan apa Mas…?" Niken tersenyum malu mengetahui maksud dari suaminya itu.

"Melakukan sesuatu yang bisa menghasilkan anak sayang," goda Diven tersenyum bahagia dengan menautkan bibir mereka, sebagai pemanasan agar membangkitkan hasrat percintaan diantara mereka.

Niken memejamkan matanya menikmati setiap sentuhan lembut yang Devin berikan.

Mereka saling menyentuh dan memuja, mereguk kenikmatan dengan melakukan berbagai macam gaya percintaan, melupakan semua permasalahan yang sedang mereka hadapi saat ini.

Hingga akhirnya mereka berdua merasa lelah dan puas atas percintaan mereka. Akibat kelelahan dan juga menangis seharian, membuat Niken tertidur pulas lebih awal daripada Devin.

"Sayang, terima kasih karena sudah sabar menghadapi keluargaku dan tetap bertahan disisiku," Devin mengecup kening Niken dan mengelus pipinya dengan lembut.

"Tanpa kamu, hidupku tidak berarti apa-apa, kamulah satu-satunya alasan aku hidup, mungkin kamu sudah melupakannya, namun aku tidak akan pernah melupakannya, dimana Allah mengirimkan seorang gadis kecil untuk menolongku, disaat aku tidak memiliki kekuatan untuk hidup, bahkan keluargaku pun tidak ada yang datang saat aku membutuhkannya, disaat itulah aku berdoa kepada yang Maha Kuasa agar kelak kita dipersatukan dan saat itu aku pun berjanji akan selalu mencintaimu sampai akhir hayatku" lirih Devin.

"Maafkan aku sayang, jika aku tidak jujur padamu dan mengatakan semuanya padamu, karena aku tidak ingin jika kamu beranggapan kalau aku menikahimu karena alasan itu, jadi akan aku simpan kenangan itu dalam dalam sampai kamu menyadarinya sendiri,"

* * * * *

"Plak.. Dasar anak tidak berguna, pergi pagi pulang pagi, memangnya kamu tidak punya rumah?" Sarah menampar pipi Stella.

"Aw.. Sakit Ma," teriak Stella.

"Stella, apa saja yang kamu lakukan semalam diluar sana dan kamu nginap dimana?" Tanya Sarah emosi tanpa menghiraukan teriakan Stella. Karena semalam tanpa Stella sadari Sarah sudah menyuruh seseorang untuk mengikutinya sehingga Sarah mengetahui jika Stella menginap di hotel dengan seorang lelaki.

"Ada apa ini, pagi-pagi kok sudah ribut," tanya Dimana yang sudah siap akan berangkat ke perusahaannya.

"Pa, lihat pipi Stella ditampar oleh Mama," adu Stella.

"Apa yang kamu lakukan Sarah? bagaimana bisa kamu menampar anakmu sendiri?" Tanya Diman sambil mengelus pipi Stella yang merah akibat tamparan Sarah.

"Pa, bagaimana Mama tidak menamparnya, jika anak gadis kita satu satunya kerjanya hanya berkeliaran tidak jelas di luar sana," jawab Sarah kesal.

"Tapi Ma, tidak harus sampai menamparnya, kan bisa Mama kasih tau secara baik baik," saran Diman.

"Sudah sering Mama menasehatinya secara baik-baik Pa, bahkan hampir setiap hari Mama memberitahunya jika pergaulannya selama ini itu salah, tapi apa hasilnya, dia malah terus saja melakukannya sampai sampai membohongi kita Pa, katanya nginap di rumah teman tapi ternyata nginap di hotel," jelas Sarah penuh emosi.

"Hentikan Ma, dari mana Mama tahu semua hal itu? Jangan asal menuduh anak kita Ma, itu tidak baik," bela Diman.

"Papa yang berhenti, Papa yang selama ini tahu bagaimana pergaulan anak kita di luar sana, akan tapi Papa hanya diam dan membiarkannya, Papa yang terlalu memanjakannya dan menuruti semua keinginannya itu tanpa Papa sadari jika itu bisa menghancurkan masa depan anak kita Pa, apa Papa tidak takut jika terjadi sesuatu kepada anak kita?" Tangis Sarah pecah, emosi dan rasa sedih kini meliputi hatinya.

"Ma, tolong jangan berkata seperti itu, tidak akan terjadi apa apa kepada anak kita," Diman mencoba menenangkan Sarah dengan menyentuh bahunya, namun Sarah langsung menepis tangan Diman lalu berjalan menuju kamarnya, meninggalkan Stella dan Diman di ruang tamu.

"Pa, maafin Stella ya, karena sikap Stella sehingga mama dan papa jadi berantem," ucap Stella sendu.

"Tidak apa apa sayang, tapi Papa mohon lain kali jangan mengulanginya lagi ya, karena Papa tidak ingin hubunganmu dengan Mama semakin renggang dan Papa tidak mau itu terjadi," Diman menasehati Stella.

Terpopuler

Comments

Hanipah Fitri

Hanipah Fitri

masih menyimak

2024-06-10

0

Zhari25

Zhari25

Gak berasa capek.

2023-08-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!