...Selamat membaca...
...Jangan lupa like, komentar, subscribe, vote dan hadiahnya jika berkenan ☺️...
...Terima kasih...
“Gila! Benar-benar gila!” keluh Serena pada sahabat satu-satunya yang selalu ia ajak bicara dalam suka maupun duka. “Papi, malah nyuruh gue deketin Cello. Iyuh, males banget lah gue!”
“Memangnya apa yang salah dengan Cello sih, Na. Dia kelihatannya baik kok anaknya. Kadang suka tengil aja sih emang kalau pas keganggu.”
Serena yang semula memejam kini membuka mata dan mengalihkan tatapan matanya pada Ocha yang mengerjap cepat. Sadar salah bicara, Ocha memilih diam sekarang.
“Kalau Lo ngerasa gitu, kenapa bukan lo aja sih yang dikawinin sama beruang kutub itu?”
“Ya kan gue bukan elu, do-ngo!” kesal Ocha karena cibiran Serena yang menurutnya tidak masuk akal.
Tiba-tiba saja suasana istirahat siang di kantin sekolah itu berubah senyap saat seluruh pasang mata memperhatikan langkah Cello yang mendekati meja Seren. Ocha yang sudah terlanjur memasukkan bola-bola daging ke dalam mulutnya sampai terbatuk dan memuntahkan bulatan baso tersebut hingga menggelinding di lantai.
Ruangan tersebut benar-benar sunyi, sampai suara Cello menyapa indera pendengaran Serena. Dia menoleh ke arah sumber perhatian. Lalu dia terkejut sampai bola matanya hampir melompat keluar saat mendapati Cello berdiri di belakangnya.
“Mau apa Lo kesini?” tanya Serena spontan. Dari tempatnya duduk dia bisa melihat wajah datar Cello yang terlihat di selimuti amarah. Laki-laki itu tidak pernah memiliki ekspresi yang menyenangkan ketika di pandang, menurut Serena.
“Ikut gue bentar.” titahnya tidak mau dibantah. Cello segera memutar tubuh dan berjalan meninggalkan Serena yang masih betah di tempat duduknya. Dirasa-rasa, Cello ini memang menyebalkan sekali. Dia bahkan tidak peduli dengan isi nampan makan Serena yang masih belum habis. Arogansi dan ego laki-laki macam Cello itu, terlalu tinggi.
Tak menurut, Serena tersenyum sarkas lalu berkata. “Kalau gue nggak mau, apa yang bakal Lo lakuin?”
Seketika itu juga, kaki Cello terhenti. Suasana yang sunyi membuat suara penolakan Serena terdengar begitu jelas.
Ia lantas memutar tubuhnya lagi untuk melihat presensi perempuan yang menurutnya sangat memuakkan itu. Lalu, dengan sebuah kalimat, Cello berhasil membuat pribadi Serena berdiri tanpa penolakan. “Mau gue sebar—”
“Stop! Oke, gue ikut.” sahut Serena cepat sebelum berita tentang dirinya yang macam-macam, di utarakan Cello hingga membuat harga dirinya jatuh. Tidak. Serena tidak ingin image elegan yang selama ini susah payah ia bangun di depan mata para murid, berubah buruk gara-gara seorang pemuda tidak tau diri seperti Cello.
Selain itu, Serena juga harus memenuhi ucapan papinya tempo hari untuk mendekati Cello, jika tidak ingin kehilangan fasilitas yang selama ini sudah ia nikmati.
“Sial! Kalau nggak gara-gara papi, gue nggak bakalan mau jadi kacung begundal macem Lo!” dumal Serena di balik punggung Cello yang tentu saja bisa mendengar dengan begitu jelas kalimat tersebut.
“Gue bisa denger dengan sejelas-jelasnya kalimat Lo yang nggak guna itu.” sahut Cello dingin dengan cebikan senyum mengerikan. Selama hidupnya, Cello tidak pernah bernegosiasi dengan manusia lain. Dia akan teguh pada keputusan yang ia buat sendiri. Tapi karena beberapa hal, kali ini dia terpaksa harus melakukannya. Apalagi memangnya jika tidak mau dikirim ke asrama tentara.
“Gue punya tujuan, Lo juga. Jadi bagaimana kalau gue tawarin kesepakatan buat kebaikan bersama.” tawar Cello tidak buang-buang waktu saat sampai di roof top sekolah, yang juga pernah satu kali menjadi tempat mereka bertemu.
Pintu terkatup kembali setelah Serena berhasil menginjakkan kaki di tempat yang sama dengan pemuda menyebalkan didepan matanya.
“Kesepakatan apa?” tanya Serena ketus. “Gue nggak mau, kalau kesepakatan itu cuma nguntungin elu!” lanjutnya lagi, dengan suara cukup menantang.
Merasa mendapat respon positif, Cello membalik tubuhnya untuk berhadapan dengan Serena. Satu senyuman licik ia suguhkan dari bibirnya yang seksih.
Ah, Cello memang definisi laki-laki tampan yang tidak bisa dibantah lagi oleh siapapun, termasuk Serena yang mengakui fakta tersebut dalam hati. Sayangnya, makhluk laki-laki berparas sempurna ciptaan Tuhan itu, terlalu sulit diraih. Egonya terlalu tinggi.
“Papa ancam gue mau kirim gue ke sekolah tentara kalau nggak mau sama elo. Dan gue nggak tau apa ancaman papi Lo untuk rencana perjodohan—”
“Fasilitas gue bakal di cabut, bang-sat!”
“Wow. Berani juga kamu berkata kasar kayak gitu, ya?”
“Memangnya kenapa?”
Cello memasukkan dua telapak tangannya kedalam saku celana seragam berwarna merah gelap yang ia kenakan. Bahunya ikut mengedik saat bibirnya melengkung.
“Gak masalah. Gue ajak Lo ketemu bukan buat adu bacot.” katanya sarkas. “Gue mau bikin kesepakatan yang mungkin bisa jadi jalan keluar terbaik buat Lo sama gue. Jadi intinya, kita sama-sama untung.”
Serena melipat kedua lengannya didepan dada. Sumpah demi Tuhan, ingin sekali dia meremas bibir dan mencakar wajah Cello yang menurutnya, tengil abis itu.
“Oke. Cepetan ngomong.”
Cello menarik telapak tangannya dari saku, menjatuhkannya bebas di kedua sisi tubuhnya yang tak ingin melepas tatapan dari sosok Serena.
“Kita nikah. Turuti kemauan mereka. Bikin perjanjian hitam diatas putih. Gue tunggu persyaratan dari Lo, besok!”
Cello tidak mau mengulangi ucapannya untuk kedua kalinya. Dia berjalan pergi meninggalkan Serena yang masih terpaku di tempatnya berdiri. Bibirnya yang semula menganga, kini mengatup tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar.
“Nikah? Gue? Sama dia?” keluhnya menyesal sudah mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Cello. “Iyuh, nggak banget.” []
...To be continue ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Nur Yuliastuti
terimakasih up nya 🤗🤗😍
2023-09-25
1