...Selamat membaca...
...Jangan lupa like, komentar, subscribe, vote dan hadiahnya jika berkenan ☺️...
...Terima kasih...
...[•]...
“Ini nggak bisa didiemin. Gue harus ketemu sama anak begundal itu. Gue harus bisa yakinin dia, kalau perjodohan ini tidak harus diteruskan.” gumamnya resah saat melihat punggung Cello yang sedang berjalan di koridor sekolah dengan headset di telinganya. “Gue harus bisa memanipulasi isi kepala pria bodoh itu, agar mau menolak pertemuan yang akan dilakukan papi dan papanya malam ini.”
Ya, benar. Malam ini dua keluarga itu akan bertemu. Apalagi tujuannya kalau bukan untuk membahas tentang kesepakatan yang berupa sebuah ikatan pertunangan.
Mengesampingkan banyak siswa siswi di koridor, Serena meraih paksa pergelangan tangan Cello dan menariknya untuk ikut bersamanya ke roof top sekolah. Disana adalah tempat paling aman untuk membicarakan hal ini.
Cello yang terkejut, hanya bisa mengikuti langkah murid cantik berpakaian ketat itu menuju tangga penghubung dan sampai di halaman luas bagian atas sekolah.
Sesampainya disana, Cello menarik kasar lengannya, lalu menatap murid perempuan didepannya itu. Cello bahkan tidak kenal, apalagi tau namanya.
Melihat tatapan datar Cello, Serena memilih tersenyum kaku dibuat-buat. Senyuman formalitas yang selalu ia tunjukkan pada banyak siswa yang mencoba mengungkapkan perasaan kepadanya.
“Hai, Lo Cello kan?”
Tak menggubris, Cello masih bungkam.
“Gue Serena, perempuan yang bakalan jadi tumbal keluarga ... ah tidak! Gue cewek yang mau di kawinin sama lo.”
Cello menghela nafas terang-terangan. Lihat, perempuan memang merepotkan bukan? Untuk apa bicara begini saja sampai harus menaiki anak tangga dan bikin keringat? Nggak guna.
“Gini ya, Cello. Gue tuh nggak mau nikah muda, apalagi sama begundal kayak—”
“Siapa juga yang mau nikah sama cewek spek cabe kayak kamu.” sahut Cello sarkas yang berhasil mengundang delikan lebar mata Serena.
Cabe? Cabe-cabean maksudnya?
Eh, enak aja?!
“Maksud Lo?” tanya Serena dengan alis berkerut tajam hingga hampir menyatu.
Tak langsung memberikan jawaban, Cello kini menatap Serena dari ujung kaki hingga ujung kepala. Lalu, tatapan mereka bertemu, terkunci dengan durasi yang tidak terhitung.
“Lo bukan tipe gue. Jadi mending Lo bilang ke papa Lo, kalau gue nggak mau—”
“Nah ini masalahnya.”
Cello kini menatap alis Serena. Malas saja jika harus menatap lama mata indah gadis itu. Ah, maaf. Maksudnya mata belekan yang dipoles memakai pewarna hitam pada lengkungan segaris kelopaknya.
“Kita nggak saling kenal. Sama seperti yang Lo ucapin ke gue, gue rasa Lo juga bukan tipe gue.”
“Lalu?”
“Ya udah. Lo ngomong aja ke orang tua Lo, kalau elo nggak suka sama gue. Biar nanti, nggak jadi—”
“Ya Lo aja yang ngomong. Papa gue pasti mundur kalau Lo nolak.”
“Masalahnya—”
“Hidup Lo masalah Mulu, ya?” potong Cello tanpa tedeng aling-aling.
“Gue lagi serius, kampret!” umpat Serena tidak tahan dengan sikap sok yang dipertontonkan Cello didepan matanya. Serena belum pernah mendapati cowok macam Cello yang terlihat tidak tertarik sama sekali padanya. Karena, biasanya, hampir semua laki-laki bertekuk lutut pada pesona miliknya.
“Dengerin gue.” kesal Serena yang mengubah tatapan matanya menjadi sengit sarat perang. “Di pertemuan nanti, gue harap Lo mau kerja sama buat nolak perjodohan konyol ini.”
Cello membuang muka. Ia tidak sudi di kendalikan seperti ini. Siapa dia memangnya berani mencoba menekannya agar menjadi penurut?
“Kita harus kompak nolak. Biar orang tua kita yakin kalau kita memang nggak cocok.”
Cello mengernyitkan alis saat matanya menatap matahari yang teramat cerah di langit pagi.
“Kalau gue nolak ide Lo?” katanya, menentang.
Serena mendelik lebar. Kesal sekali karena Cello sepertinya akan sulit diajak bekerja sama.
“Jadi, Lo mau nikah sama cewek macam gue? Cewek spek cabe kayak yang Lo bilang tadi?” kesal Serena sedikit meninggikan suara. Ia tidak menduga jika Cello akan memberikan jawaban diluar dugaannya.
Bahu Cello mengedik singkat. Ia lantas memutar tumit hendak pergi meninggalkan Serena. Pembicaraan tidak berguna seperti ini, wajib dihindari. Membosankan. Bikin mood tambah hancur.
“Hey! Lo bakalan nyesel kalau sampai beneran nikah sama gue!” teriak Serena tak kenal kondisi. “Sialan!” umpatnya kencang, lantas mengejar Cello dan menarik bahu laki-laki itu agar kembali melihat ke arahnya.
Hal lain yang tidak disangka oleh Serena adalah, Cello yang menampik lengannya hingga dia hampir jatuh ke belakang. “Lo gila ya?!” pekik Serena marah. Ia kembali berjalan, kali ini menarik seragam Cello hingga kusut untuk menuntut permintaan maaf dari laki-laki tersebut.
“Gue hampir jatuh, dan Lo nggak mau minta maaf?” tuntut Serena tidak tinggal diam. Membiarkan pemuda menyebalkan, begundal dan congkak seperti Cello pergi begitu saja, sama saja menjatuhkan harga dirinya yang selama ini ia agungkan.
“Lo nggak jatuh, kan? Jadi gue nggak perlu minta maaf.”
Rahang Serena mengerat, telapak tangannya mengepal kuat hingga jari-jari lentiknya memutih. Cello ternyata lebih menyebalkan dari yang ia kira. Jika seperti ini, rencana yang ia susun untuk membatalkan perjodohan konyol yang disusun dua keluarga, bisa gagal total.
Tapi, bodo amat. Serena hanya tinggal hadir di acara tersebut, lalu menolak terang-terangan. Dia tidak ingin tinggal apalagi hidup bersama dengan laki-laki seperti Cello yang tidak bisa menghargai dirinya.
“Oke. Sampai jumpa nanti malam, Cello Trias Pradana yang sombong dan congkaknya bukan main?!”
***
“Seren nggak mau ikut, papi. Mami. Seren nggak mau nikah sama cowok itu.” rengek Seren di dalam mobil. Ia sama sekali tidak digubris kedua orangtuanya. Ya, sejak tadi, dia mencoba untuk menolak pertemuan malam ini. Tapi mami nya marah besar dan berhasil membuat nyali Serena ciut.
Mungkin, jika posisinya tidak bersalah, Serena bisa menjabarkan alasan realistis penolakannya terhadap rencana pernikahan ini. Tapi, Serena terlanjur cacat di mata kedua orang tuanya. Dia terlanjur melanggar aturan papinya karena malam itu, dia tidak pulang dan kabur bersama Kito sebab, papi nya menolak hubungan mereka.
“Mam,” panggil Serena yang kini, menangis.
Airmata tersebut tidak membuat hati Ine tersentuh. Dia justru semakin terbakar rasa marah atas tangisan manja putrinya sendiri.
“Sekarang, kamu menangis. Kemana Serena yang berani kabur bersama seorang laki-laki tempo hari?” teriak mamanya kesal setengah mati. Ine tidak akan termakan tangisan buaya Serena yang pasti, akan kembali berulah setelah permintaannya terkabul.
“Serena janji, mam. Serena nggak bakal kayak gitu lagi. Serena akan jadi anak baik—”
“Bullshit! Udah bener kamu nikah aja daripada nambah dosa!” lanjut Ine dengan wajah memerah sarat marah. “Bikin malu orang tua aja!”
Ineke ini memang tidak selembut Tantono. Wanita itu akan berbicara apa adanya tanpa memasang muka dua. Baginya, kejujuran akan selalu membawa kebaikan.
“Seren janji, mam.”
“Kamu, mau janji seribu janji pun, mami nggak bakalan percaya. Sudah berapa kali kamu membohongi kami, orang tuamu sendiri.”
“Udah lah, mam. Diemin aja.” sahut Tantono yang akhirnya tidak tega mendengar putrinya harus menerima kalimat-kalimat menyakitkan yang dilontarkan oleh ibunya sendiri.
“Biar didengerin ini, pap. Dia ini bandelnya minta maupun. Kamu ya, bakalan tau rasanya gimana jadinya orang tua nanti.”
“Maafin Seren, mam.” katanya tulus. Seren benar-benar tidak berbohong saat mengatakan tidak akan mengulangi perbuatannya lagi. “Seren janji setelah ini nurut sama mami, sama papi.”
“Mama bakalan percaya kamu, kalau nanti suami kamu yang bilang itu ke mami. Jadi, stop ngerengek. Senyum dan sopan didepan keluarga calon tunangan kamu.”[]
...To be continue...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Nur Yuliastuti
terimakasih up nya 🤗😍
2023-09-25
1
Kustri
😂
2023-09-16
1