Episode 5.Jalani saja, meski terasa berat

Selang beberapa menit setelah bertarung hebat dengan Remon, Lukman pun bergegas melanjutkan perjalanannya. Tiba-tiba motornya di pepet oleh Herman. Lukman pun terperanjat dan menghentikan laju motornya.

"Ada apa ini?" tanya Lukman sambil menatap tajam mata Herman.

"Mana Widia?" sahut Herman sambil memalangkan motornya.

"Untuk apa kamu bertanya soal istri saya?"

"Gak usah bertele-tele. Mana Widia?"

Lukman pun turun dari motornya, begitu pun dengan Herman. Kondisi keduanya sama-sama sedang dalam keadaan emosi. Seperti api di sembur dengan minyak tanah, bukannya akan semakin padam api itu, malah akan semakin besar.

"Jawab dulu pertanyaan saya, di mana Widia?"

"Kamu siapa, hah?"

"Banyak omong ya, kamu. Tinggal jawab aja di mana Widia? Apa susahnya sih?"

"Dia hilang. Puas!"

Herman pun terperanjat mendengar perkataan Lukman. Ia pun menarik kerah baju Lukman.

"Suami macam apa kamu, hah? Istrinya hilang bukannya di cari malah selingkuh dengan wanita lain. Dasar buaya. Laki-laki gak bertanggung jawab seperti kamu memang gak pantas buat Widia. Dasar suami gak berguna, gak becus jagain istri!" ujar Herman membuat Lukman naik pitam dan refleks menendang perut Herman hingga tersungkur.

"AW!"

BRUKK!

"Kurang ajar!" gertak Herman sambil bergegas bangun dan mengepalkan tangannya, mengarah ke muka Lukman. Namun Lukman bergegas menghindari serangan Herman.

Tiba-tiba ada beberapa warga yang berteriak. "Wey, sedang apa kalian?! Pergi gak?" gertak seorang warga.

Herman pun terperanjat dan bergegas naik ke motornya sambil menatap sinis wajah Lukman.

"Ingat, urusan kita belum selesai!" ujar Herman sambil bergegas pergi meninggalkan Lukman. Lukman pun bergegas pergi juga sebelum para warga datang.

Di rumah, Lukman di sambut kedua orang tuanya dan Lisna yang sedang duduk bersama.

"Hey, Lukman. Dari mana aja sih kamu? Tiga jam aku nungguin kamu," tanya Lisna sambil mengulurkan tangannya pada Lukman. Namun Lukman gak menghiraukannya.

"Lukman, gak boleh begitu dong. Lisna dari tadi nunggu kamu, lho. Di ajak makan pun gak mau. Sengaja mau makan bareng kamu katanya," ujar ibunya lirih.

"Lukman udah kenyang. Kalau dia mau makan, Mamah aja yang temani. Lukman capek, mau istirahat dulu," pungkas Lukman sambil bergegas pergi meninggalkan mereka.

"Tunggu, Lukman kamu jangan bikin malu Mamah dong. Walau bagaimana pun, orang tua Lisna itu fathner bisnis Papah dan Mamah," ucap ibunya Lukman setengah berbisik ke telinga anaknya.

"Lukman capek, Mah," sahut Lukman sambil menggaruk-garuk kepalanya sendiri yang tidak gatal.

"Lho, ini muka kamu kenapa kok lebam gini? Kamu habis berantem ya," tanya ibunya yang baru sadar dengan luka lebam di kedua pipi anaknya.

"Lukman gak papa. Tadi kepleset di toilet."

"Kamu gak usah bohong sama Mamah, Nak."

Akhirnya, Lisna pun berpamitan pada Ibu Lukman. Ibu Lukman cuma bisa meneteskan air matanya. Sebagai sesama wanita, dia bisa merasakan apa yang Lisna rasakan.

"Maafkan sikap Lukman ya, Nak. Kamu hati-hati di jalan ya," ujar ibunya Lukman lirih.

"Gak papa, Tante. Mungkin Lukman sedang capek. Maafkan Lisna yang sudah merepotkan."

"Enggak merepotkan kok. Jangan kapok ya untuk datang ke sini lagi. Ibu akan bantu kamu untuk bisa bersanding dengan Lukman. Kamu yang sabar ya, Nak."

Setelah Lisna pergi, ibunya Lukman pun bergegas membuka pintu kamar anaknya dan duduk di samping anaknya.

"Kamu benar-benar bikin malu Mamah dan Papah ya. Bagaimana kalau kedua orang tuanya Lisna tahu kelakuan kamu? Mau di taruh di mana muka kami, hah? Sudahlah, Lukman, lupakan Widia! Dia bukan wanita yang baik untuk kamu," ucap ibunya Lukman dengan mata berkaca-kaca.

Sementara Widia, kali ini dia benar-benar mau fokus dengan pekerjaannya sebagai wanita komersial atau PSK. Walau hatinya menolak untuk menekuni profesi itu, tapi gak ada pilihan lain untuknya.

"Dari pada gue stress mikirin kehidupan rumah tangga gue yang udah gak ada harapan membaik lagi, sebaiknya gue tekuni aja pekerjaan ini deh," batin Lisna sambil meneteskan air mata, sembari melayani tamunya yang minta di pijat terlebih dahulu sebelum bermain di atas ranjang.

"Aw, sakit tapi gak berdarah ini. Pintar juga kamu pijatnya ya. Tadinya saya merasa sakit banget sekujur badan ini. Setelah kamu pijat jadi enakkan nih," ujar seorang pemuda lirih.

Namun, Widia tidak terlalu menggubris omongan laki-laki itu. Ia masih terus kepikiran soal Lukman. Di hatinya benar-benar masih tersimpan hasrat cinta untuk Lukman. Orang yang benar-benar tulus mencintainya. Namun, takdir berkata lain. Kedua orang tua Lukman sendiri yang jadi penghalang keutuhan rumah tangga mereka.

Di lain pihak, Lisna yang kecewa dengan sikap Lukman, di saat baru keluar dari rumah Lukman, ia berpapasan dengan Remon yang terlihat sedang mengawasi rumah itu.

"Permisi, anda siapa? Sedang apa mengawasi rumah Lukman?" tanya Lisna penasaran.

"Kamu sendiri siapa? Ada urusan apa dari rumah Lukman?" ujar Remon balik nanya.

"Hadeh, malah balik nanya sih. Saya habis temui calon suami saya, Lukman. Puas!"

"Apa?! Calon suami. Hahahaha. Kamu kurang minum air putih kayanya."

"Maksud kamu apa?"

"Sudahlah, lantas kenapa kamu menangis?"

"Lukman gak pernah merespon perasaan saya. Dia masih kepikiran istrinya yang akan segera jadi mantannya itu."

Remon tercengang mendengar perkataan Lisna. Namun, ia gak mau ambil pusing. Visi misinya sekarang gak mau melihat Widia bahagia.

"Oke, sepertinya kita bisa bekerja sama."

"Maksudnya kerjasama seperti apa?"

"Saya tahu di mana istrinya yang kamu bilang akan jadi mantannya itu?"

"Terus apa untungnya saya tahu dia?"

"Hadeh, gak cocok kayanya kita jadi fathner bisnis. Kamu terlalu lola. Ya sudah, saya bisa melakukannya sendiri," ujar Remon bergegas hendak pergi. Namun, Lisna menarik tangan Remon.

"Iya, saya tahu apa yang harus dilakukan? Antar saya bertemu istrinya Lukman itu," ujar Lisna lantang.

Akhirnya, mereka pun bergegas pergi menuju ke tempat kerja Widia. Sesampainya di sana, Remon malah di usir oleh Robert atas instruksi Widia.

"Pokoknya jika ada si Remon kere itu, usir aja! Kalau enggak, saya berhenti kerja di sini," ujar Widia di depan Mamih Clarisa juga.

"Lakukan itu, Robert! Ingat, Widia itu aset terbesar perusahaan kita," ujar Mamih Clarisa.

"Wey, ngapain lho ke sini?! Pergi gak! Gak ada wanita yang mau melayani lho di sini," gertak Robert dengan mata melotot.

"Biasa aja kali. Gue juga gak level main di sini. Tempatnya juga kumuh," sahut Remon ketus.

"Lho, kenapa Bapak ini di usir? Dia cuma antar saya untuk bertemu teman saya, Widia," imbuh Lisna gugup.

"Oke, tunggu sebentar. Saya sampaikan ke Widia dulu. Kalian tunggu di sini aja," ujar Robert sambil bergegas pergi meninggalkan mereka.

"Apa?! Teman perempuan. Siapa ya?" tanya Widia heran.

"Dia di antar si Remon," sahut Robert lantang.

"Gak ah, malas. Pasti wanita itu bersekongkol untuk mencelakakan saya. Suruh mereka semua pergi."

"Baik."

"Tolong saya untuk bertemu teman lamaku. Kamu sebaiknya pergi aja! Kehadiranmu gak di harapkan di sini," ujar Lisna sambil mengedipkan matanya pada Remon.

Tanpa banyak kata, Remon pun bergegas pergi meninggalkan mereka. Akhirnya, Robert pun membawa Lisna bertemu dengan Widia.

"Ini orang yang mau bertemu denganmu, Widia. Kayanya si Remon gak ada hubungannya dengan orang ini. Dia udah pergi duluan," ujar Robert lantang.

Widia pun tercengang melihat kedatangan orang yang sama sekali tidak ia kenal. Namun, dia berani mengaku sebagai teman lamanya.

"Aku harus berhati-hati dengan dia. Siapa dia pakai ngaku teman lama lagi," batin Widia sambil menatap sinis wajah Lisna.

Terpopuler

Comments

Amira Jihan Nurfaiza

Amira Jihan Nurfaiza

ah ngeselin banget mertuanya,.,bukannya tanya dulu dengan teliti,.,bertabayun sebelum memutuskan segala hal,.,si widia juga ngeselin knpa malah balik lagi ke kndang macan,.,😏

2023-11-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!