Walau hatinya merasa berat untuk kembali jadi PSK, tapi karena Widia merasa sudah benar-benar hancur, ia pun memberanikan diri kembali ke sarang macan itu. Di mana gak di bilang sarang macan, udah tahu Mamih Clarisa seorang Mamih atau pemimpin para PSK di daerah itu yang terkenal sangat kejam. Eh, Widia malah nekad balik ke tempat terkutuk itu.
"Widia, kamu gak salah balik lagi ke sini? Hahahaha. Pasti di jalanan kamu jadi gembel ya. Udah berapa hari kamu gak makan? Terus kamu tidur di mana? Hadeh, makanya jadi orang itu gak usah munafik ya. Hari gini gak punya kerjaan dan gak punya uang. Mau makan apa kamu? Mau tinggal di mana? Kerja di sini itu enak. Tinggal ngangkang doang. Kasih service yang memuaskan. Tinggal merem melek aja. Selesai dapat duit gede deh. Apalagi kamu itu cewek yang cantik dan masih muda. Tenaga kamu masih kuat. Banyak konsumen yang puas dengan pelayanan kamu. Gara-gara kamu pergi, tempat ini jadi sepi. Kamu itu aset berharga Mamih," ujar Mamih Clarisa sambil meminum teh manis hangat kesukaannya.
"Maafkan saya, Mih. Kemarin saya emang bodoh kabur dari sini. Jadi masih bolehkah saya kembali bekerja di tempat ini?" sahut Widia dengan mata berkaca-kaca.
Sebab di hati kecilnya dia gak mau kembali jadi PSK. Namun karena suasana hatinya yang sedang merasa hancur, ia pun terpaksa kembali ke tempat terkutuk itu.
"Tentu boleh. Tapi ingat, jangan kabur lagi. Oke, biar sama-sama enak, mulai sekarang kita buat surat perjanjian di atas materai. Kamu harus menandatangani kontrak kerja dengan saya. Jika kamu melanggarnya, akan ada konsekuensi yang harus kamu tanggung. Siap kamu ikuti peraturan baru saya? Kalau enggak, silahkan kamu angkat kaki dari sini. Mungkin kamu mau pikir-pikir dulu silahkan. Dari pada kamu menyesal nantinya."
Widia berpikir sejenak sebelum menjawab pertanyaan Mamih Clarisa.
"Oke, saya siap, Mih. Saya mau tanda tangan kontrak kerja dengan Mamih."
"Oke, Robert. Kemari!"
"Iya, Mih. Ada yang bisa saya bantu?"
"Ambilkan berkas-berkas di map warna hijau di meja kerja saya."
"Siap, Mih."
Beberapa saat kemudian, Widia pun menanda tangani surat perjanjian dengan Mamih Clarisa.
"Oke, saya anggap kamu serius mau bekerja lagi. Semua anggota saya sekarang buat surat perjanjian seperti ini. Ingat, saya gak suka di permainkan. Kamu terima sendiri akibatnya jika kamu melanggar surat perjanjian ini."
"Siap, Mih."
Tiba-tiba terdengar suara seorang laki-laki bertubuh gemuk. Mamih Clarisa pun tersenyum lebar melihat kedatangan orang itu. Dia langganan lama di tempat prostitusi itu yang baru datang lagi.
"Eh, si Om. Ke mana aja nih? Udah lama gak main ke sini. Bosen ya dengan stok lama. Nih ada stok baru. Masih seger. Di jamin bakal ketagihan," ujar Mamih Clarisa sambil menunjuk ke arah Widia yang sedang menundukkan wajahnya.
"Waw, boleh juga nih. Jadi langsung bangun nih si Ujang," celoteh laki-laki itu sambil menutupi celana bagian depan tempat senapan Laras panjangnya berdiri.
Mamih Clarisa pun tertawa terbahak-bahak melihat tingkah kocak langganannya itu.
"Ya udah, ayo cantik kita langsung ke atas," ajak laki-laki itu sambil menarik tangan Widia menuju ke lantai atas tempat khusus untuk para PSK melayani para tamunya.
Sementara Lukman ia berpapasan di persimpangan jalan dengan Remon. Saat itu Lukman sengaja sedang mengendarai motor matiknya.
"Wih, ada yang sedang kebingungan nih kayanya," ujar Remon sambil memalangkan motornya menghadang motor Lukman.
"Mau ngapain kamu menghalangi perjalanan saya? Minggir!" gertak Lukman dengan mata melotot.
"Sabar, Brow! Saya bisa beritahu kamu tentang keberadaan Widia. Asal kamu mau kasih sejumlah uang," ujar Remon membuat Lukman terperanjat.
Ia pun turun dari motornya dan menghampiri Remon. Remon pun ikut turun dari motornya.
"Di mana Widia? Pasti kamu yang telah menculiknya ya," gertak Lukman sambil menarik kerah baju Remon.
"Sabar, saya baru akan kasih tahu keberadaan Widia jika kamu sudah kasih uang buka mulut," sahut Remon membuat Lukman naik pitam.
"Dasar gak punya otak lho!"
BUGH! BUGH!
AW!
"Kurang ajar! Saya ngomong baik-baik, kenapa kamu malah kasar, hah?!"
"Saya gak mau buang-buang waktu dengan orang gak penting seperti kamu. Cepat katakan! Di mana kamu sembunyikan istri saya?" Gertak Lukman kembali menarik kerah baju Remon. Remon pun berontak.
"Aargh! Saya gak menculik Widia. Tapi saya tahu di mana dia berada? Tinggal kasih aja uang buka mulut apa susahnya sih? Kalau gak mau ya gak papa. Saya pergi," ujar Remon sambil hendak pergi.
Namun Lukman menarik tangan Remon dan meninju perutnya hingga tersungkur.
BUGH!
AW!
"Kurang ajar! Oke, kalau ini yang kamu mau. Terima ini!" teriak Remon sambil mengepalkan tangannya dan mengarahkannya ke arah muka Lukman. Namun Lukman gesit menghindarinya.
Akhirnya, mereka pun bertarung hebat. Saling sikut, saling tendang, saling tonjok. Namun kemarahan Lukman benar-benar gak bisa terkendali lagi. Hingga Remon pun terkapar gak berdaya.
"Cepat katakan! Di mana kau sembunyikan Widia?" gertak Lukman sambil mengepalkan tangannya yang siap untuk menerjang muka Remon yang sedang terkapar.
"Dia bukan saya culik. Tapi dia kembali jadi PSK. Puas!" sahut Remon sambil menendang perut Lukman hingga tersungkur dan bergegas melarikan diri.
Lukman pun nyengir kuda merasakan sakitnya tendangan Remon. Seperti di sambar petir di siang bolong, saat Lukman mendengar Widia yang kembali jadi PSK.
"Astaghfirullah, apakah benar yang dia katakan? Widia kembali jadi PSK di tempat terkutuk itu. Aku harus pastikan dulu kebenarannya. Kalau benar, aku benar-benar kecewa dengan kamu, Widia," gumam Lukman sambil bergegas bangun dan kembali melanjutkan perjalanannya menuju ke tempat Widia berada.
Sementara Widia kini sedang duduk sejenak setelah melayani tamu laki-laki gemuk tadi. Dia sedang ngobrol dengan Mita.
"Lho bodoh banget sih. Ngapain kembali ke tempat terkutuk ini? Udah susah-susah lho gue bantuin kabur dari sarang macan ini, malah balik lagi. Di mana otak lho sih? Gue di siksa habis-habisan kemarin. Di gampar Mamih berkali-kali sampai masih ada bekas memarnya. Di suruh melayani tamu tapi gue cuma di kasih makan gorengan aja. Gak dapat bagian uang sepeser pun. Mana ada tenaganya cuma makan gorengan aja. Gue benar-benar udah kaya mau sekarat kemarin. Mamih itu emang orang yang kejam. Lantas kenapa lho balik lagi sih, Widia?" ujar Mita panjang lebar dengan mata berkaca-kaca.
"Maafkan gue ya, Kak. Gara-gara gue lho yang teraniaya. Gue terpaksa balik lagi ke sini, karena merasa sakit hati dengan mertua. Mereka sudah tahu gue itu mantan PSK. Dia benar-benar anggap gue kaya sampah di keluarganya. Makanya hati ini benar-benar merasa hancur sekarang. Gue nyaris mau bunuh diri dari sebuah gedung perkantoran waktu itu. Tapi gak jadi karena suami yang sudah menenangkan gue. Akhirnya gue di ajak balik lagi ke rumahnya. Tapi gue semakin sakit hati saat dengar omongan-omongan mereka yang sangat menyakitkan. Mereka gak mau gue ada di rumah mereka. Gue di anggap gak pantas jadi istri dari anaknya. Yang lebih menyakitkan, gue dengar mereka mau menjodohkan suami dengan wanita lain. Dari pada gue mati karena sakit hati, ya sudah gue kabur aja," sahut Widia membuat Mita menghela nafas beratnya dan mengeluarkannya dengan berat.
"Lantas siapa orang yang sudah membocorkan soal masa lalu lho?" tanya Mita penasaran.
"Salah satu orang yang pernah jadi tamu gue. Gue pernah bilang dia kere, bau, dan lemah. Kayanya dia sakit hati dengan gue deh," sahut Widia sambil menggelengkan kepalanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments