Episode 3.Tak menyangka semua telah sirna

Widia pun bergegas pergi ke sebuah gedung perkantoran yang gak jauh dari rumah Lukman. Ia naik ke lantai tujuh dan hendak melompat.

"Percumah aku hidup juga, jika Ibu mertuaku sudah gak sayang lagi sama aku. Mending aku melompat aja dari gedung perkantoran ini," teriak Widia sambil meneteskan air matanya.

"Apa?! Baik, terima kasih, Pak. Lukman segera ke sana," ujar Lukman bergegas pergi menuju gedung perkantoran itu setelah dapat informasi dari ayahnya.

Ayahnya dapat informasi dari tetangganya yang kebetulan lewat gedung perkantoran itu. Tetangganya itu pun mengawasi gerak-gerik Widia dan segera melaporkannya pada Ayah Lukman.

"Mbak, turun! Apa yang mau kamu lakukan? Jangan nekad ,Mbak!" teriak salah seorang karyawan kantor itu.

Di atas gedung pun ada seorang sekurity dan beberapa orang yang berteriak.

"Mbak, jangan nekad! Ayo, turun dan hentikan niat burukmu! Kasihan keluargamu, Mbak!" ujar seorang sekurity sambil hendak mendekat ke arah Widia.

"Pergi! Jangan mendekat!" teriak Widia sambil terus maju mendekati pinggir gedung itu.

Widia pun bisa melihat dengan jelas betapa tingginya gedung itu. Tiba-tiba nyalinya pun ciut. Tak lama Lukman pun datang.

"Sayang, kemarilah! Apa yang mau kamu lakukan!" teriak Lukman bergegas menghampiri Widia.

"Ngapain kamu ke sini? Menjauhlah! Sebaiknya aku mati saja! Sudah gak ada orang yang peduli juga denganku!" teriak Widia sambil terus maju ke pinggir gedung itu.

"Sayang, siapa yang bilang gak ada yang peduli lagi dengan kamu? Aku, Mamah, Papah, semuanya peduli dengan kamu! Ayo, ikutlah pulang denganku!" bujuk Lukman dengan mata berkaca-kaca.

"Hadeh! Bikin malu aja tuh cewek labil. Ibu semakin gak suka dengan dia! Lihat aja, Ibu akan suruh mereka bercerai!" ujar ibunya Lukman sambil mendengus kesal.

"Sabar, Bu. Emangnya apa yang sebenarnya sudah terjadi sih, Bu?" tanya ayahnya Lukman sambil menatap tajam mata istrinya.

Mereka melihat Widia dari bawah berada di sekeliling orang yang berkerumun juga melihat Widia yang masih berada di atas gedung perkantoran itu.

"Tadi ada laki-laki yang mengaku pernah jadi tamunya saat Widia jadi PSK. Ibu merasa jijik punya menantu seperti itu. Makanya Ibu usir aja dia, Pak," sahut ibunya Lukman membuat ayahnya Lukman tercengang.

"Aku gak peduli apapun tanggapan orang, Sayang. Ayo, ikutlah pulang denganku! Aku akan selalu ada di sampingmu! Siapa pun yang berani mengganggumu atau menyakitimu, dia akan berurusan denganku!" bujuk Lukman sambil memegang erat tangan Widia.

Widia pun memeluk erat tubuh Lukman sambil menangis terisak-isak. Akhirnya, mereka pun pulang ke rumah. Ibu dan Ayah Widia cuma menghela nafas beratnya dan mengeluarkannya dengan berat. Terutama Ibu Widia yang terlihat sangat jijik dengan Widia setelah mengetahui masa lalu Widia dari Remon.

"Lukman, Ibu mau kamu menceraikan wanita penipu itu! Dia sudah membohongi kami dan kamu. Dia ternyata pernah jadi PSK. Pasti kamu belum tahu kan soal itu. Ibu jijik banget punya mantu mantan PSK seperti itu. Pokoknya Ibu gak mau tahu, kamu harus segera menceraikan dia!" ujar Ibu Lukman sewot.

"Lukman sudah tahu masa lalu Widia, Mah. Namun, Lukman gak peduli asal usul Widia. Lukman benar-benar sangat mencintai Widia. Dia juga berjanji akan meninggalkan masa lalunya. Lantas siapa yang sudah memberi tahu Mamah soal masa lalu Widia?" ujar Lukman lirih.

"Ya salah satu orang yang pernah jadi tamunya saat dia jadi PSK. Kamu sepertinya sudah di guna-guna sama wanita itu. Sadarlah Lukman, masih banyak wanita yang jauh lebih baik dari pada dia. Ceraikan dia sekarang juga! Mamah gak mau tahu!" gertak ibunya Lukman membuat Widia menangis terisak-isak.

"Ibu, tolong maafkan Widia! Dia sudah berubah. Setiap orang pasti punya masa lalu. Entah masa lalu yang kelam sekali pun, Lukman yakin Widia sudah berubah, Bu," ujar Lukman lirih.

Namun ibunya tetap bersikukuh tidak mau menerima Widia kembali di rumahnya. Akhirnya, Widia pun bergegas masuk ke dalam kamarnya dan diam-diam pergi dari rumah lewat jendela. Beberapa menit kemudian, Lukman pun mengetahui kepergian Widia saat hendak masuk ke kamarnya yang di kunci. Ketika di ketuk-ketuk gak kunjung ada jawaban.

"Widia, buka pintunya sebentar dong! Mas mau bicara!" ujar Lukman mulai panik.

Saking paniknya takut terjadi sesuatu dengan istrinya, Lukman pun mendobrak pintu kamar Widia.

"Widia, kamu di mana?" teriak Lukman sambil celingak-celinguk melihat keadaan sekitar kamar itu.

Saat melihat jendela kamar itu terbuka lebar, terus ia mengecek lemari baju Widia kosong, Lukman pun bergegas pergi meninggalkan rumah untuk mencari Widia.

"Lukman, Mau kemana kamu?" tanya ibunya.

"Widia kabur gara-gara Mamah. Lukman harus mencarinya," sahut Lukman sambil bergegas pergi meninggalkan mereka.

"Biarkan saja Lukman. Itu bukan salah kamu," imbuh ayahnya Lukman.

Namun Lukman gak menghiraukannya. Ibu dan ayahnya cuma menghela nafas beratnya dan mengeluarkannya dengan berat dengan sikap Lukman yang bersikeras untuk mencari Widia.

Di tengah perjalanan saat sedang mengendarai mobilnya, Lukman di pepet motor Remon.

"Hallo Brow, apakah kau masih waras setelah di tinggal istri tercintamu? Buruan cari dia sebelum di kerubuti para laki-laki hidung belang di luaran sana! Hahahaha," teriak Remon sambil bergegas melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.

"Kurang ajar! Apakah dia orang yang sudah membocorkan masa lalu Widia di depan orang tuaku? Aku harus kejar dia!" ujar Lukman sambil bergegas melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi untuk mengejar Remon dan memberikan pelajaran.

Akhirnya terjadilah kejar-kejaran antara mobil Lukman dan motor Remon. Remon gak mau kalah gesit, ia lebih mempercepat laju motornya. Namun naas ia malah terjatuh karena kaget ada kucing yang hendak menyebrang.

"Aaaaa!"

Bruk!

Lukman pun menghentikan laju mobilnya dan bergegas menghampiri Remon. Lukman membantu Remon bangun dan menariknya ke pinggir jalan.

"Ikut saya!" gertak Lukman.

"Lepasin!" ujar Remon sambil mengibaskan tangan Lukman.

"Apakah kamu orang yang sudah membocorkan masa lalu istri saya pada kedua orang tua saya, hah?" tanya Lukman dengan mata melotot.

"Kalau iya lho mau apa?" sahut Remon sambil mendengus kesal.

"Untuk apa kamu lakukan itu?" tanya Lukman sambil mengepalkan tangannya.

"Ya saya gak suka lihat istrimu yang telah menghinaku hidup bahagia!"

"Apa yang telah istri saya lakukan padamu?"

"Saat saya jadi tamu dia, dia telah menghina saya laki-laki kere, bau, dan lemah. Saya sangat sakit hati dan sudah berjanji akan membalas dendam."

"Saya setuju dengan pendapat istri saya. Jadi seharusnya kamu ngaca ya, bukan malah bikin rumah tangga orang berantakan!" gertak Lukman sambil memberikan bogeman pada Remon.

BUGH!

"AW! Kurang ajar!"

Akhirnya, terjadilah pertarungan sengit antara mereka. Saling bogem, saling tinju perut.

Bahkan saling sikut punggung sampai sama-sama terkapar. Kekuatan mereka benar-benar seimbang.

"Hah, Lukman sedang berantem sama siapa tuh?" ujar Riko yang kebetulan lewat dengan mengendarai motornya.

"Lukman, hentikan! Ada apa ini?" ujar Riko sambil melerai pertengkaran mereka.

"Gak usah ikut campur! Dia yang sudah buat Widia pergi dari rumah! Masa lalu Widia sudah di bocorkan pada kedua orang tuaku! Aku harus habisi dia!" gertak Lukman sambil kembali memberikan bogeman pada Remon.

Akhirnya mereka kembali melanjutkan pertarungan. Riko cuma menggaruk-garuk kepalanya sendiri yang tidak gatal. Tangannya pun merasa gatal. Akhirnya, ia pun membantu menghajar Remon. Kini Remon pun berhasil di lumpuhkan.

"Cukup Lukman!" teriak Riko menahan tubuh Lukman yang mau menginjak perut Remon.

"Lepaskan aku! Orang seperti dia emang pantas mati!" gertak Lukman.

"Kalau dia mati, kamu masuk penjara, apakah kamu bisa bertemu lagi dengan Widia? Sudahlah, kamu jangan konyol! Ayo, mending kita cari Widia sama-sama!" ajak Riko.

Akhirnya, Lukman dan Riko pun bergegas pergi meninggalkan Remon yang sudah tak berdaya untuk mencari Widia. Sehari dua hari mereka mencari Widia, tapi belum kunjung membuahkan hasil.

Akhirnya, Lukman gak masuk kerja dalam beberapa hari. Gak mau melihat anaknya lama-lama terpuruk, kedua orang tuanya pun menjodohkan Lukman dengan salah satu anak dari fathner bisnisnya, Lisna.

Awalnya Lisna tidak punya perasaan apa-apa dengan Lukman. Namun seiring berjalannya waktu, Lisna pun akhirnya jatuh cinta juga dengan Lukman.

"Kalau di lihat-lihat, Lukman ganteng juga ternyata. Orangnya baik, kalem. Tipe aku banget itu. Gimana caranya ya supaya dia bisa jatuh cinta denganku? Sepertinya dia masih belum bisa lepas dari mantan istrinya itu. Ibunya bilang dia masih proses perceraian dengan istrinya," batin Lisna sambil menatap wajah tampan Lukman yang sedang duduk berdua di depan teras rumahnya.

Sudah hampir 30 menit mereka duduk berdua. Namun mereka lebih banyak diam dari pada berkomunikasi.

Tanpa sepengetahuan mereka, ternyata Herman sedang mengawasi gerak-gerik mereka.

"Dasar laki-laki buaya, siapa wanita itu? Kemana Widia? Aku sudah gak sabar mau ketemu dia untuk menanyakan soal anakku yang sebentar lagi akan lahir," batin Herman sambil mengepalkan tangannya.

Terpopuler

Comments

Dehan

Dehan

2 iklan mendarat,..
mampir dan dukung balik karyaku ya kak

2023-08-15

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!