Menatap Jendra sebagai jawaban, Jendra mengusap pelan tangan Nadia, Nadia ikut menatap tangan yang saat ini sedang Jendra usap lembut.
"Boleh jangan sakiti diri sendiri?" Ucap nya dengan masih melihat tangan Nadia.
Baiklah ucapkan bodoh untuk Nadia saat ini, ia bahkan melupakan lebam di tangan nya, padahal ia selalu mati-matian menutupi nya di depan siapapun terkecuali Riri.
Hening tidak ada jawaban, hanya melihat tangan nya yang saat ini Jendra genggam.
"Lo boleh cape, Lo boleh nangis, Lo boleh diemin gue seharian, Lo boleh marah-marah, tapi engga dengan Lo nyakitin diri sendiri" ucap Jendra lagi.
Riri menepuk pundak Jendra untuk menenangkan, Riri tau persisi apa yang Jendra rasakan saat ini, matanya memerah menahan emosi, lelaki itu marah, bukan marah pada Nadia melainkan marah pada dirinya sendiri kenapa ia ceroboh seperti ini, ia bahkan tidak tau Nadia menahan semua rasa sakitnya sendirian.
"Nad, Lo tidur ya, gue temenin gue gak pulang" ucap Riri
"Kalian pulang aja gue gapapa" jawab Nadia tanpa melihat ke arah lawan bicara
Menghembuskan nafas kasar, terkadang Riri jengkel dengan sikap Nadia yang keras kepala.
"Nad"
"Terserah" jawab nya
Menatap langit yang di penuhi dengan bintang, Jendra, lelaki itu menyesap nikotin yang berada himpitan jarinya, menenangkan diri setelah melihat semua kejadian malam ini, setelah memastikan Nadia tidur dengan aman, Jendra menginjakan kakinya ke sebuah roop top di kostan Nadia.
Seseorang menepuk pundaknya beberapa kali, ia tidak menengok atau bahkan melihat ke orang itu.
"Lo tau semua ini?" Tanya Jendra
"Gue gak mau nutupin semuanya, tapi Nadia yang maksa gue buat nutupin semuanya termasuk sama lo, dia gak mau keliatan lemah di depan semua orang bang"
"Dia gak lemah Ri"
"Gue tau, tapi dia masih berfikir dia selemah itu, lo cuman ngeliat diri Nadia yang ceria kan? Selama ini dia berjuang mati-matian buat gak nyerah" menjawab ucapan Jendra, memberikan sebuah kertas yang sempat ia pegang tadi
"Seminggu sekali, gue nganter Nadia ke psikiater, tiap malem gue ngingetin dia minum obat, tiap dia hancur gue peringati dia gak nyakitin diri sendiri, gue gak cape ngebantuin Nadia, tapi gue cape sama diri gue sendiri cuman bisa bantu Nadia di tahap ini, ketika Nadia nyakitin diri lagi, gue yang di marahin habis-habisan sama dokter Andri" lanjut Riri
"Siapa?"
"Psikiater Nadia, sejak awal gue yang anter Nadia ke psikiater, Dokter Andri percaya sama gue buat bantu dia sembuhin Nadia, trauma dia di masa lalu terlalu berat buat isi pikiran nya, kalo Nadia ketahuan minum obat lebih dari dosis atau nyakitin lagi diri sendiri, gue yang di marahin sama dokter Andri, gue gak sakit hati sama dia marahin gue, gue justru marah sama diri gue, bukan dokter Andri aja yang marah sama gue tapi diri gue sendiri juga" jawab gadis itu dengan sedikit cekatan di setiap perkataan nya
"Gue tau lo hancur bang, gue tau lo sekarang sehancur apa, setelah lo tau semua yang Nadia jalanin selama ini di belakang lo, 3 kali percobaan bunuh diri udah pernah dia lakuin, semuanya gue yang gagalin, sebelum kenal lo, Nadia adalah orang yang paling susah di ajak ketawa, di ajak cerita, bahkan paling tertutup, tapi setelah adanya lo, gue ngeliat perubahan dia"
"Sejak kapan?" Potong Jendra
"Setelah beberapa bulan kenal lo, Nadia mulai terbuka sama gue, mulai bisa ketawa sama gue, dia mulai bisa mengekspresikan dirinya sendiri di depan gue, setelah beberapa kali dia cerita, gue nangkep di setiap cerita dia bahwa dia gak baik-baik aja, gue sempet beranggapan Nadia kurang iman, kurang deket sama tuhan, tapi nyatanya itu berbeda, diam-diam gue cari tau semua tentang yang terjadi sama Nadia ke temen-temen online gue, dan 95% mereka nyaranin gue buat bawa Nadia ke psikiater, gue sempet sulit buat bujuk Nadia, setelah gue berhasil bujuk dia, pertama kali datang dia di diagnosa bipolar disorder tipe 2" lanjut Riri
"Gue pikir dia cuman bakal di diagnosa itu, tapi ternyata engga, setelah beberapa kali pertemuan Nadia dapet diagnosa lagi, post traumatic stress disorder, ini yang paling unggul, dokter Andri bilang, karena semuanya muncul dari trauma, sejak pertemuan pertama, dokter Andri pengen banget bilang tentang diagnosa ini, tapi dia masih ragu dan takut bikin Nadia tambah parah, dia mau liat dulu perkembangan Nadia sampe beberapa kali pertemuan" lanjut Riri
Terdengar isakan kecil dari telinga Riri, ia menolehkan kepalanya ke samping, melihat Jendra yang saat ini sedang menundukkan kepalanya.
"Kenapa gue gak tau Ana separah ini Ri, gue bahkan gak berguna buat dia"jawab Jendra
"Baru pertama kali gue liat Lo nangis, gue tau perasaan lo sama dia beda sama perasaan lo sama gue" Riri
Hening tak ada jawaban, Riri tidak memaksa Jendra untuk menjawab, ia tau kini Jendra membutuhkan waktu untuk menenangkan diri.
Mengusap air matanya dengan kasar, Jendra menegakan kembali kepalanya.
"Gue anggap Ana adek gue, sama kaya gue ke Lo" kilah Jendra
"Gue liat lo cium kepala dia tadi, gue liat tatapan lo ke dia, gue liat selembut apa lo ke dia, bahkan lo gak mau liat dia terluka sedikitpun, Lo munafik kalo lo bilang Nadia cuman lo anggap Ade"
"Terlalu banyak rasa takut dalam diri gue"
"Apa yang lo takutin?
"Perasaan Nadia sama gue beda sama perasaan gue ke dia"
"Mau sampe kapan lo biarin bajingan itu nyakitin Nadia bang? Gue tau lo selama ini gak diem, gue tau lo bahkan nyuruh temen-temen Lo buat mata-matain bajingan itu kan? lo juga udah tau semua kebusukan bajingan itu"
"Gue takut nyakitin Ana"
"Gaada yang perlu lo takutin, justru lo yang harus bantu dia sekarang, bantu dia buat keluar dari zona ini, gue percaya sama lo, gue yakin lo bisa, tunjukin semuanya dengan cara lo sendiri"
"Apa perlu gue hilangin dia dari hadapan Nadia? Gue benci banget liat Nadia di khianati, bajingan itu bahkan gak tau gimana keadaan Nadia sekarang"
"Cukup lo hilangin dia dari hadapan Nadia, hati Nadia, sama kehidupan Nadia itu udah cukup bang, lo gak perlu hilangin nyawa dia"
"Gue denger dia punya Geng motor, cukup susah Lo buat ngilangin nyawa dia" lanjut Riri
"Lo bahkan masih ngeraguin gue Ri" ucap Jendra terkekeh
Riri ikut terkekeh dengan jawaban spontan dari Jendra
"Lo mau nutupin terus kehidupan lo yang sebenernya sama Nadia bang?"
"Gue pengen selesain semuanya satu-satu, gue gak mau gegabah, yang terpenting sekarang Nadia aman di sisi gue"
"Gue yakin lo bisa jaga Nadia sebaik mungkin bang"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments