4 Anak Aneh

Bel tanda istirahat pertama berbunyi. Kaki Tito yang hampir pegal akhirnya di selamatkan. Beitu juga para

siswa yang hampir pingsan menghadapi satu soal dari bu Tatum. Kepala mereka benar-benar kepanasan. Jika di tahan lebih lama lagi akan ada ledakan dengan otak berceceran d lantai.

“Minggu depan ulangi lagi ya.” Pesan bu Tatum. Menutup pelajarannya. Kemudian mata guru senior ini beralih ke Tito yang berdiri canggung. “Jangan ulangi lagi ya!”

“Ya buk, maaf!” angguk Tito.

Bu Tatum meninggalkan kelas. Anak anak merasa lepas seratus persen.

“Gua jadi kangen Mikha.” Fitri merebahkan kepalanya diatas tumpukan buku.

“Gua lapar.” Rengek Karin.

“Sama!!” Tito mndekati mereka.

“Yuk lah! Arin yuk!” ajak Fitri menoleh arah Arinda. Bola mata Arinda meirik ke arah anak yang duduk di

sampingnya. Merri, ia masih duduk kaku di sampingnya. Merasa di berikan kode, Fitri menepuk pundak Merri.

“Heh!” Merri kaget, begitu juga Fitri dan kemudian Arinda. Hal itu membuat Karin dan Tito memperhatikan mereka.

“Kamu gampang kagetan ya?” tanyamFitri.

Urusan hubungan sosial, Fitri jagonya sih. Wajah bulat anak ini biasanya membuat siapa saja bisa akrab dengannya.

“Aku Fitri.” Fitri mengulurkan tangannya.

Merri memperhatikan, dia terlihat ragu. Uluran tangan itu membuatnya sedikit terbebani. Dia berniat tidak ingin berteman dengan siapa-siapa sejak masuk di sekolah ini. menjadi tak terihat, itu tujuannya, agar tidak ada yang tau siapa dirinya.

Tidak ada sambutan dari tangannya, Fitri merasa kikuk sekaligus malu. Dia menarik tangannya. Kecanggungan terjadi. Karin melihat Merri dengan tampang tidak suka. Sikap Merri yang kaku membuatnya terkesan aneh di mata keempat remaja ini.

Merri kembali menundukkan kepala, ia merasa bersalah sekaligus bingung. Rencananya berjalan tidak baik.

“Kantin aja yuk!” ajak Arinda menghilangkan kecanggungan antara teman-temannya dengan si anak baru.

“Lo mau ikut ga?” tanya Karin agak ketus ke Merri.

Merri menoleh ke Karin yang sudah bertolak pinggang.

“Aku dikelas saja.” Jawab Merri dengan suara pelannya. Seketika dia merasa takut dengan Karin dengan tampang juteknya.

“Apa? Gua ga dengar.” Ketus Karin.

Merri menelan air ludah. Dia mendapat masalah dihari pertama sekolah. Dia mengulang kisah lama. Seharusnya dia duduk di paling belakang aja. Lagian mereka kenapa harus repot-repot mengajaknya? Disaat itu juga Merri menyesal tidak membalas sambutan tangan Fitri.

Pasti itulah akal permasalahannya. Merri menepok jidatnya dengan pelan. Tanpa ia sadari, sedari ia berfikir dan merenung, keempar remaja di depannya sedang memperhatikannya.

“Dia aneh.” Bisik Fitri ke Arinda.

Suara itu membuat Merri tersadar. Dia kembali menundukkan kepalanya dan tidak berani menatap orang-orang di depannya. Melihatnya bertingkah lemah dan tak berdaya Karin merasa gemas.

“Udahlah, kalau dia ga mau, udah kenyang kali. Atau dia bawa bekal kali.” Tito menarik lengan Karin yang semakin kesal.

“Soalnya tuh anak pindahan ga tau sopan santun.” Dumel Karin. Arinda tidak mau ikut campur jika Karin sudah mulai emosi.

Dia pindah posisi memberikan wewenang penuh kepada Karin untuk bertindak semaunya. Pembulian di tahun dua ribu, masih hal wajar, karena saat itu belum ada yang peduli.

“Gwuuuuuuuuttttt!!!” suara aneh itu membuat mereka terdiam. Suara apakah itu? itulah yang terlintas di benak

mereka. Tapi yang jelas, suara itu tertuju pada satu sumber.

Merri menahan perutnya. Kemudian membuat keempat remaja yang berdiri dihadapannya itu saling tukar pandang. Suara perut Merry menorekan senyum lebar yang kemudian secara otomatis berubah menjadi tawa lepas. Diantara mereka, suara tawa Karin yang paling keras.

“Hahaha...!!” tangan Karin lansung melayang dan kemudian mendarat di pundak Merri.

Satu tepukan yang tidak menyakitkan, tapi tetap saja membuat Merri kaget. “Yuk lah ke kantin, jangan takut sama kita-kita. Kita berempat anaknya baik-baik semua, bukan anak bar-bar kok!!” Karin tanpa peduli isi hati

Merri, segera menariknya. Tubuh kecil itu hanya bisa mengukuti tarikan dan langkah kaki keempat remaja yang belum ia kenali.

Sekali lagi Merri hanya memasang wajah cemas. Semua ini di luar rencananya. Bahkan ia sudah berjanji tidak akan jajan di kantin agar tidak kenali orang-orang. Sungguh, Merri tidak ingin memiliki teman lagi.

.

.

.

Tapi siapa yang bisa menyangka, tubuh kecil yang terlihat lemas dan tidak berdaya itu adalah sebuah mesin penyedot segalanya. Entah belum makan sejak semalam, atau porsi makanannya memang selalu sebanyak ini, Merri telah berhasil menghabiskan tiga mangkok bakso dan lima gorengan. Ia menyedot teh botol. Keempat remaja yang duduk di hadapannya hanya tediam. Bahkan Tito takjub, baru kai ini melihat pertunjukan

makan cepat secara lansung.

“Lu lapar?” tanya Karin.

Merri melihat karin dari sudut atas matanya. Ia kembali bersikap seperti biasa, yaitu kalem dan pemalu. Tapi dimata orang-orang dia terlihat creepy. Dia berpikir, bahwa dirinya kembali melakukan kesalahan, yaitu mencari perhatian dengan sikapnya yang tidak wajar.

Kerasukan yang ia alami semalam memang menguras energinya. Maka tak heran, setelah mengalami hal-hal seperti berinteraksi dengan makhluk halus, ia akan kehilangan banyak energi yang membuatnya lapar ataupun lemas.

“Makan aja kalau masih lapar.” Suruh Fitri. “Karin hanya iri, dia tidak bisa makan banyak soalnya tipe kulit badannya tipekal yang gampang melar.” Jelas Fitri yang membuat Karin jengkel.

“Tepat sekali.” Tito menyetujui dan kemudian Fitro dan Tito tos dengan kompak di depan Karin.

“Kalian memang bosan hidup ya.” Ancam Karin.

Merri hanya mengangguk kemudian menunduk. Ia belum terbiasa dengan sikap orang-orang di depannya. Ia berharap kedepannya mereka tidak usah akrab, cukup sekali ini saja. Ketika ketiga remaja berisik itu tengah berdebat, mata Merri tertuju kepada Arinda yang lebih banyak diam dari tadi, sangat kontras dengan ketiga temannya.

“Kosong!” ucap Merri tiba-tiba, ia menatap Arinda yang membuat Arinda menoleh kepadanya. Entah kenapa Arinda terpanggil saat Merri berseru.

“Kosong? Apanya yang kosong?” tanya Karin.

Merri menutup mulutnya. Dia kembali menundukkan kepala dan memperhatikan mangkok baksonya yang mengering.

“Jadi apa yang kosong?”tanya Fitri dan Karin juga penasaran.

“Noh, mangkoknya kosong.” Tunjuk Tito ke mangkok Merri.

“Gua benar-benar iri dengan perut lo, anak baru!” gumam Karin.

Arinda hanya menggeleng, kemudian ia melanjutkan makan siangnya yang tidak berselera. Masalah semalam masih berkutat di otaknya.

.

.

.

Jam pelajaran hari itu berakhir dengan cepat, tapi tidak bagi Arinda. Ia merasa agak risih dengan kehadiran Merri di sampingnya. Bukan seperti anak-anak kelas pada umumnya. Merri lebih terkesan pendiam dan agak menakutkan. Diamnya Merri seperti diam orang mati. Dia hanya duduk, menunduk, sesekali memegangi kalungnya dan kemudian berbisik sendiri.

Mungkin itu hanya kesan pertama. Arinda berusaha meyakinkan itu.

“Anak itu aneh tau!” ucap Tito yang buka suara. Sembari menyetir mobil, Tito ternyata memikirkan hal yang

sama.

“Maksud lo?”tanya Karin yang duduk di belakang Tito penasaran. “Makannya memang banyak sih, tapi badannya ga gendut sama sekali, lemes, kurus, ceking, tidak berdaya. Sumpah gua ga suka tipe yang seperti itu.” Karin malah ngomel tidak jelas.

“Ada hal lain selain makan.” Potong Tito. Arinda menoleh ke Tito, ia penasaran.

“Seharian tadi gua perhatiin dia. Si Merri itu. Dia ga pernah perhatiin guru, nunduk aja. Dia ketiduran ya?” tanya Tito kemudian.

“Dia ga tidur.” Jawab Arinda. “Dia cuma megangi kalungnya sambil ngomong sendiri.” Jelas Arinda. “Bisa jadi itu kalung ibunya, atau pemberian dari orang yang dia sayang. Trus orang itu tiba-tiba pergi, dan dia masih sedih.”Arinda melihat keluar kaca mobil.

“Tapi bagaimanapun dia aneh sih, dia ga mau salaman sama aku.” Fitri angkat suara.

“Yang jelas makannya ga normal.” Karin masih kesal.

“Kakinya putih pucat.” Tambah Tito.

Otomatis semua batang leher langsung berputar.Ekspresi aneh sekaligus jijik terpasang di wajah Arinda, Karin dan Fitri.

“Lu liat kaki cewe?” tanya Fitri,

“Ga sopan banget!!” Fitri mengomeli Tito.

“Otak mesum, tetap aja otak mesum. Gigolo...!!!” ledek Karin. Mereka mulai ribut kembali.

Arinda geleng-geleng kepala dengan kegesrekan Tito yang kadang di luar nalar. Ia memilih menyandarkan badannya dan membiarkan dirinya terlelap di dalam mobil yang penuh kebisingan ini. Setidaknya suara teman-temannya lebih enak di dengar di bandingkan perdebatan antara ayah dan ibunya yang selalu terjadi tiap malam.

Terpopuler

Comments

atmaranii

atmaranii

klo Dy brsikap bgtu mlh mngundNg prhatian...n lbh trksan aneh...knp GK brsikap normal aj

2021-10-26

1

Atok Adryan

Atok Adryan

ini anak asking indigonya sampe anti social loh.. ngerihh bngt dah...

2021-01-20

1

Atok Adryan

Atok Adryan

halaman yg ini bkannya nyeremin tapi lama2 ngeselin bkin emosi tau nggk.. soalnya knapa gitu si merri gak yg tingkahnya biasa2 aja gak perlu canggung atau sampai khwatir sampai segitunya jga.. ini anak mikirnya gimana sih...

2021-01-20

1

lihat semua
Episodes
1 PERTIKAIAN
2 2 Salam
3 3 Anak Baru
4 4 Anak Aneh
5 5 Kiriman
6 6 Kematian Mikha
7 7 Beauty Dream
8 8 The Cranberries
9 9 Sebuah rencana dan Persiapan
10 10 Dua Anugrah dan Malapetaka
11 Pesta Jailangkug Pertama
12 Hukuman dan Ancaman serta Malapetaka #1
13 Hukuman dan Ancaman serta Malapetaka #2
14 Hukuman dan Ancaman serta Malapetaka #3
15 15 Mencari Jawaban
16 16 Tanah Pusara
17 17 Pertengkaran Rohi dan Merri dalam dua hari
18 18 Layar Monokrom
19 19 Misi Karin dan Rahasia Arinda (1)
20 20 Misi Karin dan Rahasia Arinda (2)
21 21 Misi Karin dan Rahasia Arinda (3)
22 22 Misi Karin dan Rahasia Arinda (4)
23 23 Kenangan Merri dan Keinginan Rohi
24 24 Buku Petunjuk Mbah Uti
25 25 Indigo
26 26 Sebuah Fakta dan Cerita
27 27 Gosip dan Ghost Sip
28 28 Alisya (01)
29 29. Alisya (2)
30 30 Kesurupan
31 31 Pesan dari Neraka
32 32 Permainan Setan
33 33 Lengkingan
34 34 Penuntasan
35 35 Kebohongan Dari Sebuah Kebenaran
36 36 Kerasukan
37 37 Pertarungan Dua Iblis dan Manusia
38 38 Kesalahan Masa Lalu
39 39 Kebohongan Pertama Merri
40 40. Persiapan Boneka Jailangkung
41 41. Gelas Aluminium dan Lusinan pensil warna
42 42. Tantangan Karin untuk Merri
43 43. Kesurupan Massal
44 44. Kelas Terkutuk
45 45 mozaik dari masa lalu
46 46 Makan Besar dan Kejujuran Sahabat
47 47 Kilas Balik Pesta Jailangkung jilid 1
48 48 Jebakan Ombak
49 49 Empat Serangkai
50 50 Menangkap si Pencuri
51 51 Boys no Cry
52 52 Pria Tua Malang
53 53 Akhir Hidup Pria Tua Malang
54 54 Pesta Jailangkung Kembali
55 55 Pesta jailangkung is Back
56 56. Sampai Bertemu August
57 57 mBAH uTI kEMBaLi (?)
58 58 Kilas Balik Permainan Jailangkung
59 Persimpangan Mbah Uti dan Merri
60 Permata Hitam
61 DONE
62 Pasien Sebelah Itu
63 Pesan-Pesan
64 EPILOG
Episodes

Updated 64 Episodes

1
PERTIKAIAN
2
2 Salam
3
3 Anak Baru
4
4 Anak Aneh
5
5 Kiriman
6
6 Kematian Mikha
7
7 Beauty Dream
8
8 The Cranberries
9
9 Sebuah rencana dan Persiapan
10
10 Dua Anugrah dan Malapetaka
11
Pesta Jailangkug Pertama
12
Hukuman dan Ancaman serta Malapetaka #1
13
Hukuman dan Ancaman serta Malapetaka #2
14
Hukuman dan Ancaman serta Malapetaka #3
15
15 Mencari Jawaban
16
16 Tanah Pusara
17
17 Pertengkaran Rohi dan Merri dalam dua hari
18
18 Layar Monokrom
19
19 Misi Karin dan Rahasia Arinda (1)
20
20 Misi Karin dan Rahasia Arinda (2)
21
21 Misi Karin dan Rahasia Arinda (3)
22
22 Misi Karin dan Rahasia Arinda (4)
23
23 Kenangan Merri dan Keinginan Rohi
24
24 Buku Petunjuk Mbah Uti
25
25 Indigo
26
26 Sebuah Fakta dan Cerita
27
27 Gosip dan Ghost Sip
28
28 Alisya (01)
29
29. Alisya (2)
30
30 Kesurupan
31
31 Pesan dari Neraka
32
32 Permainan Setan
33
33 Lengkingan
34
34 Penuntasan
35
35 Kebohongan Dari Sebuah Kebenaran
36
36 Kerasukan
37
37 Pertarungan Dua Iblis dan Manusia
38
38 Kesalahan Masa Lalu
39
39 Kebohongan Pertama Merri
40
40. Persiapan Boneka Jailangkung
41
41. Gelas Aluminium dan Lusinan pensil warna
42
42. Tantangan Karin untuk Merri
43
43. Kesurupan Massal
44
44. Kelas Terkutuk
45
45 mozaik dari masa lalu
46
46 Makan Besar dan Kejujuran Sahabat
47
47 Kilas Balik Pesta Jailangkung jilid 1
48
48 Jebakan Ombak
49
49 Empat Serangkai
50
50 Menangkap si Pencuri
51
51 Boys no Cry
52
52 Pria Tua Malang
53
53 Akhir Hidup Pria Tua Malang
54
54 Pesta Jailangkung Kembali
55
55 Pesta jailangkung is Back
56
56. Sampai Bertemu August
57
57 mBAH uTI kEMBaLi (?)
58
58 Kilas Balik Permainan Jailangkung
59
Persimpangan Mbah Uti dan Merri
60
Permata Hitam
61
DONE
62
Pasien Sebelah Itu
63
Pesan-Pesan
64
EPILOG

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!