Bayangan rembulan semakin terlihat nyata. Ia berdiri kokoh diatas langit ibu kota. Diantara lampu-lampu jalan yang satu-persatu mulai padam, rembulan menampakkannya keindahannya.
Bentuknya yang bulat penuh sangat melihatkan secara nyata betapa ia sangat congkak malam ini.
Sedangkan di bawahnya, para pencakar langit tidak mau kalah.
Mereka terlihat mewah dan elegan dengan hiasan lampu yang semakin membuat
malam semakin bewarna. Setidaknya lampu-lampu itu membuat manusia terhibur
untuk sesaat. Membuat mereka merasa nyaman untuk sejenak, dan lupa akan satu hal yang tidak bisa di tepiskan keberadaannya.
Diatas daratan berselimut aspal beton, seribu satu manusia lalu lalang. Mereka dengan dua langkah kakinya. Mereka dengan sepasang sepatu mengkilapnya. Mereka dengan isi pikirannya. Dengan keinginannya. Nafsu sebagai makhluk serakahnya. Dengan jiwa malamnya yang liar. Seolah merekalah sang
penguasa siang dan malam dari planet bumi ini dan mereka adalah para manusia.
Sedangkan disisi lain, beberapa pasang mata hanya melihat, mengawasi, menguntit bahkan mengikuti para manusia tersebut. Memang tidak ada yang tau, bahkan kebanyakan dari manusia tidak menyadarinya. Mereka makhluk tak kasat mata.
Tapi beberapa manusia bisa menyadarinya, mungkin dengan merasakan, mendengar, dari aroma dan juga melihat. Terkadang, ada manusia terlahir dengan satu kelebihan, dimana semua indranya menyadari keharidan makhluk-makhluk ini.
Seperti yang dialami gadis ini.
Ya, seorang gadis remaja, bisa dikatakan masih SMA, usia yang cukup labil dalam menyikapi masa depan. Usia dimana tugas utamanya adalah belajar dan mencari jati diri. Tapi untuk usia yang sangat belia dan
bercahaya, ia mengutuki dirinya. "Gadis sial." begitulah ia menyebut dirinya.
Dengan hoodi yang menutup kepala hingga separuh wajahnya. Ia duduk mematung di dalam mobil sedan bewarna merah maroon. Ia bukannya tertidur, melainkan berdoa. Di malam yang semakin larut, ia pasti tidak akan pernah mau mengosongkan pikirannya. Terlebih lagi dalam kondisi seperti saat ini, yakni menunggu sang ibu yang sedang menangani salah satu pasiennya.
“GYAAAAAAAAA....AMPUUUUUNNNNN!!!” teriakan itu membuatnya kaget.
Bulu kuduknya berdiri. Ia tau, itu teriakan dari pasien ibunya. Kenapa berteriak? Karena penyakitnya tidak wajar. Bukan penyakit yang bisa di tangani oleh tim medis. Ya, Sebut saja penyakit tidak wajar. ketempelan atau ksurupan, sejenis itu.
“GYAAAAAAAAA.....!!!!!!” suara itu terdengar makin keras dan mengganggu pendengarannya. Ia segera menutup telinganya.
Bagi orang awam, itu mungkin teriakan seorang wanita. Sedangkan bagi gendang telinganya, ia menangkap tiga warna suara. Satu warna suara dari seorang wanita pada umumnya. Suara kedua adalah suara nenek tua yang melengking sangat tajam hingga memekakkan telinga dan yang ketiga suara besar yang berat. Suara itu tidak
berteriak, melainkan mengaum. Entah itu harimau atau sejenisnya, tapi hal itu membuat bulu kuduknya merinding.
Di tambah lagi, lengkingan suara itu menarik perhatian warga sekitar. Mereka meihat namun tidak berani mendekat. Para tetangga memberi jarak aman dan cukup jauh. Mereka memperhatikan dalam bentuk kelompok. diantara mereka juga berbisik-bisik.
"Itu pasti kesurupan!"
"Memangnya siapa?"
"Si Uli, Pembantunya Pak Ricko. Ini mah udah ketiga kalinya dalam bulan ini. Kasihan."
Begitulah diskusi warga sekitar. Selain mereka, para penghuni batang pohon pisang pun tidak mau ketinggalan. Jeritan itu membuat mereka terpanggil. Satu persatu dari mereka keluar. Hal ini lah yang membuat gadis ini semakin semakin ketakutan. Dia dapat dengan jelas melihat wajah para pocong yang sangat penasaran itu satu persatu. Sialya satu dari sekian pocong itu menyadari kemampuannya. Ia di perhatikan.
Gadis itu segera menuju ke dalam mobil yang terpakir di halaman rumah besar ini. Ibunya sengaja memakirkan didepan pagar rumah untuk sebuah alasan. Ia pun duduk di samping bangku pengemudi. mengunci semua pintu dan kaca mobil. menyetel lagu agar bisa mengalihkan semua rasa takutnya.
Akan tetapi.....
TUK TUK TUK TUK
Pintu sedan tiba-tiba di ketuk. Ia melirik kejendela. Tidak ada siapa-siapa.
“Orang iseng?” pikirnya. Ia bahkan berharap itu memang orang iseng.
Tapi tidak ada siapa-siapa. Orang-orang yang penasaran itu memang ada, berdiri. Tapi mereka berkumpul dan memilih jarak aman. Bahkan beberapa dari mereka ada yang memilih untuk pergi saja. terlebih lagi sekarang menunjukkan pukul dua belas malam.
Melihat keadaan yang sebenarnya, ia semakin gelisah. Disekitarnya tidak ada orang. Tidak ada manusia. Hanya satu Pocong yang berdiri di samping pintu sedannya. Bulu kuduknya berdiri. Dia mengeluarkan kalung leontin yang disembunyikan di balik hoodinya. Ia menunduk semakin dalam.
“Saya tidak lihat apapun. Saya tidak dengar apapun.” Ia berbisik dengan suara gemetar dan jantungnya berdegup kencang. “Saya tidak lihat apapun.... saya tidak dengar apapun.”
Penasaran, ia mencoba melirik, berharap setan dengan terbungkus kain kafan itu tidak berdiri lagi disana. Namun apa yang ia tangkap: makhluk itu masih berdiri disana.
TUK TUK TUK
Pintu mobil kembali di ketuk, membuatnya semakin kuat memincingkan mata dan menggenggam erat
liontinnya. volume suara radio semakin ia kencangkan.
Tapi keputusan untuk mendengar radio jam 12 malam adalah pilihan yang buruk. Chanel nya berubah sendiri, menimbulkan suara berisik dan kemudian terhenti pada satu chanel yang tidak ia kenal.
"JANGAN AMBIL TUMBAL KUUUU!!!!" terial suara dari radio denga warna suara mekutkan seperti nenek sihir.
“GYAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!” jerit wanita yang berada di dalam rumah besar itu. Jeritan itu membuat
suasana semakin mencekam. Tinggi melengking dan kemudian berhenti.
Gadis itu mendengarnya. Bulu kuduknya juga berdiri. Ia bahkan tidak berani melihat keadaan di luar. terlebih dengan aroma busuk yang mengaduk perutnya. Terparahnya, sumber dari aroma itu juga berada di dekatnya. Sumber dari aroma itu saat ini duduk di sebelahnya. Entah bagaimana ia bisa masuk. Yang pasti saat Ia membuka sedikit matanya, ia melihat bayanngan putih kotor dan lusuh itu duduk disampingnya dan menatapnya.
“Dia milikku dan dia sudah di persembahkan untuk tuanku..!!!” sosok itu berbisik di telinganya. Membuat bulu kuduknya bergidik.
Demi apapun ia tidak akan mau membukakan kedua matanya. Ia tidak mau melihat sosok itu. Ia
tidak ingin sosok itu juga mengetahui jika ia bisa menyadari keberadaan mereka. Jika itu terjadi, maka tidak ada hari yang indah baginya.
Terakhir kali, satu bulan yang lalu, sesosok hantu perempuan menyadari kemampuannya, maka yang terjadi, ia kesurupan saat mengisi jawaban soal-soal ujian. Alhasil satu kelas ketakutan dan ia di keluarkan dari sekolah karena bisa memberikan efek tidak baik bagi siswa lainnya.
Pintu mobil di buka. Ia kaget dan spontan membuka matanya. Segera ia melihat kesamping. Ibunya terlihat berkeringat duduk dengan tenang di sampingnya.
“Ibu...!” ia memastikan itu benar-benar ibunya atau bukan.
Ibunya hanya melihatnya sekilas. Wanita kepala empat itu segera mengambil rokok dan pemantik. Ia mengisap satu batang rokok dan menyembulnya keluar kaca mobilnya.
Melihat tingkah wanita itu, ia sedikit merasa lega. Kali ini benar, bukan hantu atau apapun yang masuk ke sedan tua ini.
“Sudah selesai, bu?” tanyanya. Wajahnya terlihat pucat.
“Ya!” jawab wanita itu sekenanya. Ibunya membuang puntung rokok yang belum habis terbakar. Ituah kebiasaan ibunya. Ia tidak merokok, ia hanya meninggalkan jejak, untuk menyempurnakan ritualnya.
Kemudian wanita itu menaroh benda aneh, sebuah papan yang di lingkari dengan huruf alfabet dan angka nol hingga sembilan. Kemudian satu jangka yang di ujungnya di lilit beberapa utas rambut.
“Ibu tidak menyangka jika permainan jalangkung bisa di lakukan dengan benda konyol ini. Bukankah ini untuk membuat lingkaran untuk pelajaran menggambar?” tanya ibunya.
Tidak ada tanggapan. Ibunya melirik ke samping, melihat anaknya yang duduk kaku.
“Merri.” Panggilnya, ia menggoncang tubuh kecil gadis itu. Kepalanya tertunduk dan hooding menghalangi pandangannya.
“Merri, kau tidak apa-apa, nak?” ibunya membangunkan. Saat ia menggenggam tangan putrinya,
ia merasakan dingin. Bak es, tangan itu juga terlihat pucat dan kuku tangan gadis bernama Merri itu juga menghitam.
Ini pertanda tidak baik. Gadis itu, Merry dalam bahaya.
Benar saja, saat ibunya mencoba menarik hoodi dari kepalanya, ia meliat pemandangan paling tidak
diinginkan. Kedua bola mata Merry memutih, kedua pupilnya tertarik keatas. Bibir gadis itu juga membiru dan mulut itu bergerak terbata-bata. Seolah ada pergulatan di dalam badannya dan ia berusaha berteriak minta tolong.
Pastinya untuk masalah satu ini, Merry akan kalah, dan benar saja, wajah kaku itu seketika memperlihatkan gurat senyum yang sangat menakutkan.
“KAU MENILAIKU RENDAH, KUSUMA? KAU PIKIR AKU MUDAH DI LENYAPKAN?”
“Hmm beraninya kau memasuki tubuh anakku. Apa kau cari mati, makhluk sialan.”
Lansung saja, dengan sikapnya sebagai paranormal yang terbiasa melakukan hal ini, Kusuma dengan sikap tenang, mengambil liontin yang menggantung di leher Merri. Ia menatap mata putih itu. Ia tidak akan takut, apalagi jika sudah berurusan dengan anaknya.
“Kau tau kenapa aku tidak takut?” tanya Kusuma dengan tatapannya yang dingin bagaikan es.
“Kau hanya masuk kedalam tubuh anakku, tapi kau tidak akan pernah bisa menguasainya. Hal
ini adalah kesempatanku untuk melenyapkan makhluk sialan seperti kau.” Kusuma menarohkan liontin itu di dahi Merry. Mulut kusuma bergerak cepat, ia melafaskan beberapa mantra yang hanya ia pahami.
“GYYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA.....!!!!” asap putih keluar dari dahi Merry. Ia berteriak. Hantu itu merintih kesakitan, tapi ia tidak bisa keluar dengan keadaan selamat. Tubuhnya yang tak kasat mata lama-kelamaan lumer menjadi asap putih kemerahan dan lenyap begitu saja.
Suasana kembali hening. Merry tertidur lemah. Ia kelelahan. Mungkin di dalam tubuhnya ia juga berusaha melawan. Kusuma mengelus wajah Merry. Ia melihatkan mimik iba. Ada perasaan keibuan yang tidak tega melihat jika Merry memiliki bakat yang sama dengannya. Atau mungkin lebih hebat dibandigkan dirinya dan para leluhur terdahulu. Bakat yang luar biasa hebat sekaligus menakutkan, yang bisa saja mengintai nyawanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Bunda Israh Wahyuni Yuni
yuhuuuu thor... keren y alurny.. aku jd terbawa ne.. btw aw,,kekny aku g berani ne bc karyamu mpe mlm2.. takut. 🤭🤭
2021-12-28
1
MiRa HeMi
Mau baca dulu lah. Mang rada2 gak nyambung sich bab1 sm bab 2 tp mngkin selanjutnya ada kejutan
2021-04-23
0
Leipzia Yoga
sampai tahan napas bacanya...seruuu...
2021-03-25
1