Jeep Wrangler Rubicon berwarna silver milik Arkan berhenti di depan sebuah rumah kos sederhana milik Diandra. Hati laki-laki tersebut merasa terenyuh dan semakin merasa bersalah karena telah menyia-nyiakan gadis sebaik Diandra yang pernah menjadi penyemangat hidupnya. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana susahnya Diandra harus menanggung semua penderitaan ini sendirian.
"Maafkan Abang karena telah membuat kamu hidup menderita seperti saat ini, Sayang!" ujar Arkan sambil mengusap rambut kekasihnya lembut.
"Aku tidak apa-apa, kok, Sayang. Aku turun dulu, ya. Besok aku janji akan datang ke kantor dalam keadaan segar," ujar Diandra. Gadis itu meraih tangan Arkan dan mencium punggung tangannya, sama seperti yang dulu selalu ia lakukan setiap kali mereka akan berpisah.
"Abang ke sini mengantar kamu untuk mengambil semua barang-barang dan memindahkannnya ke rumah yang sudah Abang siapkan untuk kamu, Sayang," ujar Arkan yakin.
"Maksudnya, Bang?" tanya Diandra heran.
"Abang sudah menyiapkan sebuah rumah di komplek Nirvana Residence untuk kamu. Rumah tersebut, akan menjadi istana kita, setelah kita menikah nanti," jelas Arkan.
Perumahan di komplek Nirvana Residence adalah perumahan yang terletak di kawasan elit di kota Pekanbaru. Jangankan untuk membayangkan tinggal di sana, bermimpi pun Diandra tidak berani. Perumahan di daerah situ sangat bagus dan besar-besar, dengan arsitektur eropa. Pengamanan yang sangat ketat, membuat tidak mudah bagi orang biasa untuk masuk ke sana. Diandra pernah ikut dengan Prita ke komplek perumahan tersebut beberapa kali, ia sangat terpesona melihat bagusnya lingkungan tersebut. Ia juga kagum menatap mewahnya rumah-rumah yang ada di sana, walau hanya dari luar.
"Komplek Nirvana Residence? Benarkah?" tanya Diandra tidak percaya.
"Iya, Sayang. Abang udah membeli sebuah rumah di sana satu tahun yang lalu. Namun, dulu hanya sebentar Abang ditempati. Rumah tersebut sengaja Abang beli, agar saat bertemu kamu, kita bisa menempati rumah tersebut bersama setelah kita menikah. Abang tidak pernah berhenti mencari kamu, Sayang," jelas Arkan.
Diandra terharu mendengar ucapan Arkan. Ia tidak menyangka akan bisa kembali bersama dengan laki-laki yang sangat ia cintai ini.
"Bang ... aku tidak bisa pindah sekarang. Aku makasih banget karena Abang udah perhatian sama aku. Namun, aku harus izin dulu sama Kak Prita. Aku nggak bisa main pergi-pergi aja," jelas Diandra.
"Siapa Prita?" tanya Arkan penasaran.
Diandra menceritakan kalau Prita adalah kakak tingkatnya saat kuliah dulu. Mereka juga tinggal di kos-an yang sama saat di Padang. Prita tahu semua persoalan hidup Diandra. Gadis itu juga yang mengajak Diandra untuk merantau ke Pekanbaru dan mencari pekerjaan di sini. Prita sudah bekerja di salah satu perusahaan properti di sini. Setelah Diandra wisuda, Prita mengajaknya ikut ke Pekanbaru karena gadis tersebut selalu curhat tentang perlakuan ibu tirinya yang selalu sinis dan menyindirnya. Ibu tiri Diandra tidak senang gadis itu berada di Bukittinggi bersama keluarga mereka yang sudah bahagia.
Di Bukittinggi, Diandra tinggal sendirian di rumah peninggalan bundanya, sedangkan ayah beserta keluarga barunya tinggal di rumah yang baru saja di belinya setelah mereka menikah. Ibu tiri Diandra sangat membatasi Diandra untuk dekat dengan ayahnya. Diandra hanya berhak atas jatah bulanan yang sudah ditetapkan sejak awal. Jika ada pengeluaran lain, gadis tersebut harus mengusahakannya sendiri. Beruntung, ia masih memiliki tabungan peninggalan almarhum bundanya yang memang dibuat atas namanya. Selain itu, ia juga bekerja paruh waktu sambil kuliah. Hidup gadis tersebut benar-benar keras setelah kepergian bundanya.
Diandra memanfaatkan semua itu dengan sebaik mungkin. Setelah tamat kuliah, Diandra balik ke Bukittinggi dan mencoba mencari pekerjaan di kota kelahirannya itu. Namun, sudah dua bulan di sana, ia belum mendapatkan apa-apa. Sementara, ibu tirinya setiap hari menyindir melalui status wa.
"Capek-capek jadi sarjana, kalau ujung-ujungnya jadi pengangguran, buat apa? Lebih baik ijazahnya dibakar dan abunya diseduh pakai air setengah matang, lalu diminum. Bermanfaat buat ngilangin haus." Begitu isi status dari ibu tirinya yang membuat Diandra merasa sangat terluka. Hal itulah yang membuat Diandra merantau ke Pekanbaru.
"Ayah menyesal sudah menyekolahkan kamu tinggi-tinggi kalau ujung-ujungnya jadi pengangguran." Ucapan ayahnya itu sangat menusuk hati Diandra.
"Aku menceritakan semuanya pada Kak Prita, lalu beliau mengajak aku ke sini, Bang. Aku diizinkan untuk tinggal di kamar kosnya selama dua minggu ini. Aku bahkan juga numpang makan sama dia." jelas Diandra.
"Maafkan Abang, Sayang. Ternyata hidup kamu seberat itu. Sebaiknya kamu ajak Prita untuk tinggal bareng kamu di Nirvana biar nggak kesepian. Nanti Abang juga akan carikan asisten rumah tangga untuk membantu kalian di sana," ujar Arkan sambil menggenggam tangan Diandra mesra.
Ia tidak bisa membayangkan betapa kerasnya hidup yang dijalani Diandra setelah kepergian bunda dan pernikahan laki-laki yang diharapkan untuk menjadi pelindungnya. Sejak dua tahun yang lalu Arkan sudah mencari Diandra ke rumahnya. Namun, rumah tersebut kosong. Informasi dari tetangga, keluarga mereka sudah pindah dan tidak pernah balik lagi ke rumah lama tersebut. Arkan sampai putus asa berkeliling kota Bukittinggi yang tidak besar tersebut, hanya untuk mencari Diandra.
"Nggak perlu minta maaf, Bang. Toh, semua ini sudah jalannya. Aku senang bisa ketemu Abang lagi dan masih dicintai oleh Abang. Nanti waktu Kak Prita pulang kerja, aku bakal obrolin semua ini dengan dia. Semoga dia mau ikut pindah ke Nirvana," ujar Diandra.
Ia senang bisa kembali bersama dengan Arkan. Apalagi saat ini, kekasihnya itu masih mencintainya sebesar mereka saat bersama dulu. Arkan yang dulu penyayang, sekarang masih tetap seperti itu. Menghilangnya Arkan, sepenuhnya bukan kesalahan laki-laki itu. Awal-awal mereka berpisah, mereka masih ada komunikasi. Mereka masih ada saling SMS dan BBM-an untuk bertukar kabar. Namun, setelah bundanya sakit-sakitan, semua benda berharga di rumah harus dijual untuk keperluan berobat karena ayah sudah tidak begitu peduli lagi pada mereka.
Diandra dengan ikhlas menjual ponsel satu-satunya demi menambah uang masuk kuliah karena bunda memaksanya untuk terus melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Sejak itu, ia tidak pernah lagi menghubungi Arkan. Nomor ponsel Arkan masih tetap disimpannya, agar ia bisa menghubungi laki-laki yang sangat ia cintai itu suatu saat nanti.
Setahun setelah ia menempuh pendidikan di universitas, sang bunda pergi menghadap yang kuasa. Sebelum kepergiaannya, bunda Diandra menyerahkan sejumlah tabungan dan ATM yang isinya lumayan banyak. Ternyata beliau sudah menyiapkan semuanya tanpa sepengetahuan Diandra dan suaminya. Beliau rela menanggung sakit, asal masa depan anak semata wayangnya ada jaminan.
Beberapa saat sebelum kepergian bundanya, baru diketahui Diandra kalau uang tersebut berasal dari sebagian penjualan ruko yang beliau kelola di masa sehat dulu. Sebagiannya lagi digunakan untuk berobat. Ayah Diandra yang tidak pernah peduli dengan kesehatan bundanya, sama sekali tidak mengetahui hal tersebut. Bahkan, saat bundanya meninggal pun, ayahnya tidak sedang berada di rumah. Hanya Diandra dan bibi yang bekerja di rumah melepas kepergian beliau.
Sebulan setelah bundanya meninggal, ayah Diandra menikah lagi dengan janda beranak dua. Anaknya masih duduk di bangku SMP dan SD. Sejak saat itulah, Diandra merasa hidup seorang diri, walaupun ia masih dapat jatah bulanan dari sang ayah yang jauh dari kata cukup.
Beruntung saat itu ia memiliki Prita sebagai sahabat. Gadis mungil tersebut selalu menguatkan Diandra, dan sering mengajaknya pulang ke rumah keluarga Prita jika mereka sedang libur kuliah. Ibu dan ayah Prita sudah menganggap Diandra seperti anak mereka sendiri. Tidak jarang gadis tersebut merayakan lebaran bersama keluarga Prita.
Berkat kegigihannya, Diandra mendapat pekerjaan part time menjaga toko ponsel sambil kuliah. Ia mulai bekerja jam empat sore sampai jam sebelas malam. Paginya ia kuliah seperti biasa. Pada saat itulah, ia bisa membeli ponsel baru dengan pembayaran potong gaji bulanannya.
Ia mencoba menghubungi Arkan, tetapi nomor ponsel laki-laki tersebut sudah tidak aktif lagi. Ia coba mencari melalui sosial media. Namun, gadis tersebut tidak mendapatkan hasil apa pun juga. Ia kembali terpuruk, lagi-lagi Prita menjadi pahlawan yang membuatnya bangkit, sampai bisa berhasil menamatkan pendidikan S1 tepat waktu.
Setelah tamat kuliah, ia pulang ke Bukittinggi. Namun, lagi-lagi ia seperti mendapat penolakan dari ayah dan keluarga ibu tirinya. Hanya dua bulan ia bertahan di kota kelahirannya itu. Dua minggu yang lalu, ia menerima tawaran Prita untuk merantau ke kota Pekanbaru dan kembali merepotkan teman yang sudah seperti saudara baginya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments