Ilana dan Kalingga sudah berada di kamar pengantin mereka. Ilana merasa sangat tegang karena menyadari bahwa malam itu adalah malam pertama mereka. Ia sudah mengganti gaun pernikahannya dengan piyama, sembari menunggu Kalingga yang tengah membersihkan diri di kamar mandi hotel, tempat mereka menginap malam itu.
Pintu kamar mandi terbuka yang membuat Ilana gelagapan. Ia berpura-pura duduk dengan santai sembari melihat ponselnya.
"Aku udah kelar, kamu juga mandi gih!" ujar Kalingga santai yang membuat Ilana mengangguk pelan. Ia tak mampu melihat terlalu lama ke arah Kalingga, karena penampakan dada Kalingga yang terlihat dari balik bathrobe yang dikenakannya, mengguncang ketenangan Ilana.
Jaga mata, Ilana! Jaga mata! batin Ilana sembari melewati Kalingga dan masuk ke kamar mandi secepat kilat.
Ilana sengaja berlama-lama di kamar mandi, karena bingung harus bersikap bagaimana di depan Kalingga. Kalingga yang merasa Ilana terlalu lama di kamar mandi, dengan segera mengetuk pintu kamar mandi yang membuat sang istri terkejut.
"Ilana, kamu engga kenapa-napa, kan? Ada yang bisa aku bantu?" tanya Kalingga dari balik pintu.
Ilana segera menjawab pertanyaan dari Kalingga tanpa berpikir panjang, yang membuat ia menyesali perkataannya.
"Maaf Kak, perut aku sakit! Jadi pup dulu!" Jawaban dari Ilana itu membuat Kalingga tersenyum geli, sementara Ilana merutuki dirinya karena telah mempermalukan diri sendiri.
Tak lama, Ilana keluar dari kamar mandi dan melihat Kalingga sudah sibuk dengan laptop yang ada di pangkuannya. Kalingga menatap Ilana dan tersenyum geli ke arah sang istri. Ilana menatap bingung ke arah Kalingga, karena melihat kilatan geli yang terpancar dari mata lelaki yang telah menjadi suaminya itu.
Ilana melihat ke arah piyama yang dikenakannya dan merasa tak ada yang salah dengan penampilannnya.
"Tembem, perasaan itu piyama, bukannya piyama kamu waktu SMP, kan? Kamu engga tumbuh besar ya, makanya piyama kecil kamu masih muat!" goda Kalingga yang membuat Ilana memelototi suaminya itu.
"Om, mata kamu rabun ya? Pake kacamata deh, biar matanya bisa ngeliat jelas! Lagian Kak Lingga tau dari mana kalo waktu SMP, aku punya piyama yang motifnya mirip kayak gini?" tanya Ilana bingung sembari menatap suaminya itu dengan tajam karena merasa dirinya tak pernah memakai piyama yang mirip dengan piyama yang dikenakannya saat itu, di hadapan sang suami.
"Berarti kamu lupa!" ujar Kalingga lirih yang tak terdengar oleh Ilana. Tiba-tiba Kalingga berdeham yang membuat Ilana kembali merasa tegang. Suasana ruangan itu tiba-tiba menjadi canggung karena kedua insan itu menyadari situasi mereka. Kalingga berinisiatif mengajak Ilana untuk duduk dan berbincang serius terkait pernikahannya mereka.
"Ehmmm, Ilana karena sebelum menikah kita sama sekali belum pernah dekat, bahkan berteman pun tidak, gimana kalo kita mulai hubungan kita dengan pertemanan dulu?" tanya Kalingga yang langsung mendapat persetujuan dari Ilana melalui anggukan kepalanya. Kalingga bisa merasakan ketegangan yang Ilana rasakan, yang membuat lelaki itu tertawa kecil.
"Tembem, tenang aja aku engga akan nerkam kamu kok! Kita akan lakukan "hal itu" kalo kamu udah merasa siap!" ujar Kalingga yang membuat Ilana tanpa sadar menghela nafas lega yang membuat Kalingga tergelak. Ia selalu merasa reaksi spontan yang Ilana tunjukkan selama ini, terlihat menggemaskan. Wajah Ilana memanas karena malu. Ia merasa sifat usil Kalingga sama sekali tak hilang, sekali pun mereka sudah menikah.
"Dari kamu, ada yang mau kamu bilang engga?" tanya Kalingga yang lagi-lagi membuat Ilana mengangguk kepalanya.
"Bi..., bisakah pernikahan kita ini dirahasiakan sampai aku lulus kuliahh, Kak?! Perkataan Ilana membuat, Kalingga menatap dirinya dengan lekat. Ilana segera memberikan alasan yang masuk akal agar Kalingga bisa menyetujui permintaannya itu. Sesuai dengan tebakan Ilana, sang suami pada akhirnya mengiyakan permintaan Ilana yang membuat gadis itu merasa tenang.
****
"Ihhh Lanang, kamu kemana aja sih? Kok tega banget ninggalin kita selama seminggu tanpa kabar berita?! Kenapa tak kau titipkan kabar melalui desau angin, atau rumput yang bergoyang?!" ujar Bhuvi yang membuat Ilana terkikik.
"Aku udah titip pesan ke sekuriti kampus, emang kamu engga terima?" canda Ilana yang membuat Bhuvi memutar bola matanya karena kesal. Bhuvi terus mendesak Ilana untuk mengatakan perihal ketidakhadirannya di kampus mereka, tetapi Ilana berusaha berkelit dengan mengatakan ia dan keluarganya mengunjungi nenek Ilana yang berada di Yogkarta.
Maaf ya, ndut! Nanti aku pasti jujur ke kalian! batin Ilana yang merasa bersalah karena tidak bisa bersikap jujur kepada sahabatnya itu.
Tak jauh dari mereka, seorang lelaki terlihat sedang menatap Ilana dengan lekat. Ia tersenyum tatkala melihat Ilana tersenyum atau tertawa. Ia merasa tak pernah jemu, melihat wajah cantik teman sekelas sekaligus gadis yang ia sukai itu.
Bhuvi tanpa sengaja melihat lelaki yang sedang menatap ke arah mereka itu. Bhuvi langsung memasang senyum termanisnya, bukannya membalas senyum Bhuvi, lelaki muda itu malah terlihat bergidik dan melengos pergi.
Bhuvi yang melihat kelakuan lelaki yang sepertinya tertarik dengan Ilana itu, langsung mengumpat dalam hati.
K*mpretooo! Sok kecakepan banget sih! Gua kepret langsung kelepek-kelepek loe! batin Bhuvi yang bertekad akan menaklukkan lelaki yang selalu mengabaikan keberadaannya itu.
****
Ilana kembali ke apartemen milik Kalingga yang merupakan rumah baru bagi dirinya. Ia membuka pintu apartemen itu dan langsung merasa kesepian. Biasanya sang ibu akan selalu menyambut dirinya kala ia pulang dari kampus, tetapi sekarang ia harus membiasakan diri untuk menerima perasaan sepi itu.
Kali ini, ialah yang akan menyambut kedatangan Kalingga, setiap kali lelaki itu pulang dari kantor. Ilana juga harus mulai membiasakan diri untuk berbelanja bahan makanan untuk ia masak, padahal dulu sang ibulah yang menyiapkan santapan buat mereka sekeluarga.
Tiba-tiba Ilana merasa nelangsa, ternyata ia belum siap untuk menjalani kehidupan barunya. Apartemen yang luas dan terasa begitu hening itu, malah membuat dirinya merasa sangat kesepian. Kesunyian itu terasa begitu mencekam dan membuat dirinya merasa sesak.
Ilana tak mampu menahan tangisannya. Ia berjongkok di dapur, dan mulai terisak. Ia menangkup wajahnya dengan kedua tangannya.
"Mama, Papa, Kak Kara!" ujarnya lirih di tengah tangisannya. Gadis muda itu sangat merindukan keluarganya. Walau mereka tinggal di satu kota, tetapi Ilana mengetahui bahwa semuanya tak akan bisa seperti dulu lagi. Ia sudah menjadi seorang istri, dan ia mempunyai tanggung jawab baru yang harus diembannya.
Ilana menarik nafas panjang, sebelum akhirnya menegakkan tubuhnya. Ia bangkit berdiri sembari menatap ke sekelilingnya. Apartemen yang baru ia tempati selama dua hari itu, terasa begitu asing baginya. Ia bisa mencium sisa wangi parfum milik Kalingga yang tercium samar di ruangan itu.
Ia melihat jam yang ada di dinding dan terkejut karena tak lama lagi sang suami akan tiba di kediaman mereka. Ilana menyegarkan diri dengan membasuh wajahnya dengan air. Ia kembali fokus dengan semua bahan makanan yang sudah disiapkannya.
Saat masakannya hampir selesai, suara bel apartemen terdengar. Ilana segera membuka apron yang dikenakannya dan bergegas menuju pintu. Ia mengintip terlebih dahulu untuk memastikan siapa yang datang, lalu membuka pintu.
"Aku pulang," ujar Kalingga.
" Selamat datang," balas Ilana sembari merapikan sepatu Kalingga dan meletakkannya di rak sepatu.
Kalingga tersenyum melihat Ilana yang terlihat berusaha menjadi istri yang baik. Kalingga tertawa kecil dan menatap wajah cantik sang istri yang membuatnya menyadari sesuatu.
"Tembem, kamu habis nangis ya?"
Deg!!!
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments