Arjuna Pemilik Hati Ilana

Arjuna Pemilik Hati Ilana

APHI - 01

"Maaf..., tapi aku tak bisa mencintai kamu, tembem," ujar seorang pria yang membuat seorang gadis menangis sambil meraung.

"La..., Lana bangun sayang!" ujar seorang wanita paruh baya kepada sang putri yang sejak tadi mengingau dalam tidurnya. Gadis itu tersentak bangun setelah mendapat tepukan di pipi dari sang ibu.

"Mama! Kok mama bisa di kamar Lana?" tanya gadis yang bernama Ilana Afreen itu.

"Kamu loh ngigau kenceng banget sampe ke rumah tetangga kayaknya, pakai acara nyebut nama seseorang lagi!" gurau Paradina, sang ibu.

"Na..., nama seseorang? Ahhh, mama boong, kan? Ma..., mana mungkin Lana ngigau nama seseorang, orang Lana mimpi dikejar pocong kok!" ujar Ilana tergagap yang membuat Paradina memandang sang putri dengan tatapan geli.

"Mandi sana! Kamu engga mau telat ngampus kan?!" Perkataan sang ibu, langsung menyadarkan Ilana. Ia melihat ke arah jam yang ada dinding kamarnya, dan mengerang dengan keras sembari lari ke arah kamar mandi yang ada di kamarnya.

Sialll! Gara-gara mimpiin dia, aku jadi telat ngampus! ujar Ilana dalam hati untuk mengantisipasi kemungkinan sang ibu masih berada dikamarnya.

****

Flash back....

"Hei tembem, jangan suka makan yang manis-manis nanti pipi kamu ini makin bulat kayak bakpau!" ujar seseorang yang sedang mencubit pipi gadis kecil. Mulut gadis itu penuh dengan makanan. Mulut serta pipinya terlihat kotor karena remah makanan yang menempel. Hal itu membuat sang gadis kecil terlihat menggemaskan.

"Kak Kara!!! Kak Lingga gangguin Lana!" seru gadis kecil itu nyaring hingga biskuit yang ada di mulutnya berhamburan keluar. Sang kakak segera mendekati adik kecilnya yang terlihat cemberut itu.

"Lingga, kamu bisa engga sehari aja, engga usah gangguin Ilana? Liat tuh makanannya berhamburan semua!" tegur Omkara, kakak sang gadis kecil yang bernama Ilana tadi. Wajah Ilana tiba-tiba memerah dan matanya mulai berair. Omkara menghela nafas kesal dan menatap sahabatnya sejak kecilnya itu dengan tajam. Entah mengapa sejak kecil, Kalingga selalu mencari kesempatan untuk mengganggu Ilana.

"Iya deh, maaf Lana sayang. Coklat?!" ujar Kalingga sembari menunjukkan sebatang coklat yang memang khusus dibelikannya untuk adik sahabatnya itu. Kalingga memang selalu menghadiahi Ilana coklat atau permen setiap kali habis menggoda gadis manis berpipi tembem itu.

Derai air mata yang hampir tertumpah tadi, berganti dengan tawa riang karena mendapatkan hadiah dari Kalingga, yang membuat Kalingga maupun Omkara tertawa geli. Wajah bahagia dan binar indah dari bola mata dengan pupil hitam yang membulat sempurna, serta lesung pipi yang menghiasi pipi tembem itu, membuat siapa pun yang melihat gadis kecil itu pasti langsung jatuh hati.

Hal itulah yang terjadi saat pertama Kalingga melihat Ilana, saat ia masih duduk di bangku kelas dua sekolah dasar, sedangkan Ilana masih berumur dua tahun. Saat pertama kali Kalingga melihat Ilana, gadis kecil itu sedang duduk di kursi makannya yang terlihat sangat berantakan. Ilana sendiri sedang sibuk menyuapi dirinya dengan biskuit bayi yang disediakan oleh sang ibu, Paradina Afreen.

Flash back end....

****

Waktu cepat berlalu, saat ini gadis berlesung pipi dan berpipi tembem itu telah tumbuh menjadi gadis manis yang sudah duduk di bangku universitas. Ilana Afreen, telah menjadi mahasiswa jurusan Ekonomi di salah satu universitas negeri ternama di kota tempat dimana mereka tinggal.

"Woiiii, Ihhh... Lanang, Ilana sayangggg!" seru seseorang yang membuat Ilana menoleh sambil memutar bola matanya karena kesal. Seorang gadis imut bertubuh gempal berlari menuju ke arah Ilana.

"Awas gempa bumi, ndut! Aku engga lari, kayak gunung!" ujar Ilana yang membuat gadis bertubuh gempal itu terkekeh.

"Ilehhh, Ih Lanang, bisa aja..., sejak kapan pindah ke jurusan sastra?" ujar Bhuvi, sang gadis bertubuh gempal yang merupakan sahabat Ilana itu dengan nada memburu karena habis berlarian.

"Sejak..., sejak ketemu kamu!" balas Ilana yang membuat keduanya tertawa bersamaan. .

"Bagus kali kau Bhuvi ya?! Kau tinggalin aku sendiri!!" ujar seorang gadis yang terlihat menyusul langkah mereka sambil terengah.

"Ya, kau pun lama kali di toilet! Ku tinggallah. Udah tau kau, perutku udah meronta minta diisi, selow motion pula kau pake acara bertacap ria kau di toilet sana!" ujar Bhuvi protes yang membuat Ilana terkikik.

Himeka Fulki, adalah sahabat lainnya dari Ilana. Himeka berasal dari Medan, sehingga dialek Medan yang ia miliki masih terdengar kental walau sudah tiga tahun ia merantau di kota Jakarta. Bhuvi selalu meladeni perkataan Himeka dengan menggunakan dialek yang sama karena Bhuvi sendiri berdarah batak sama seperti Himeka, walaupun Bhuvi sendiri besar dan lahir di Jakarta sama seperti Ilana.

"Hah, kau mimpiin dia lagi, sampe tak masuk kelas?!" tanya Himeka setelah mereka duduk manis di kantin kampus dan menikmati makan siang mereka. Ilana mengangguk lemas. Tadi ia terlambat hingga tak bisa mengikuti perkuliahan pagi itu karena dosen mata kuliah yang diikutinya sangat disiplin, tidak ada dispensasi untuk mahasiswa yang terlambat masuk kelas. Alhasil, Ilana terpaksa tidak bisa mengikuti mata kuliah dari dosen killer itu.

"Ihhh, keknya kamu udah kena ajian cinta dari kakang Kalingga engga sih, say?" ujar Bhuvi dengan makanan yang penuh di dalam mulutnya. Himeka langsung menegur Bhuvi yang membuat Bhuvi mengerucutkan bibirnya. Ilana hanya terkikik setiap kali kedua sahabatnya itu terlibat adu mulut.

Kenapa beberapa minggu ini, Kak Lingga terus masuk ke mimpi aku ya? Ngeselin banget! Udah move on, malah diganggu mimpi tak menyenangkan! Di mimpi aja ditolak terus, konon lagi kalo ketemu aslinya. Ahhhh..., setelah tujuh tahun kok malah muncul di mimpi sih? gerutu Ilana dalam hatinya.

****

"Lana pulang...," seru Ilana begitu membuka pintu masuk rumahnya.

"Selamat datang, sayang! Kamu udah makan?" tanya Paradina yang sedang duduk santai di sofa sambil menonton berita di televisi.

"Udah ma, tadi makan bareng Himeka dan Bhuvi di kantin kampus," balas Ilana sembari mencium pipi sang ibu dan melesat menuju ke kamarnya. Setelah membersihkan diri, Lana duduk manis di depan laptop miliknya dan mulai mencari hiburan dengan menonton drama china yang sangat digemarinya.

Waktu berlalu tanpa terasa, jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Ilana yang baru menyadari waktu, langsung bergegas mematikan laptopnya dan melesat keluar dari kamarnya.

"Aduh ma, maaf. Lana keasyikan nonton drachin, jadinya lupa bantuin mama masak makan malam! Mama kok engga manggil Lana?" tanya Lana yang sudah berdiri di samping Paradina di dapur.

"Udah selesai kok, sayang. Gapapa hari ini kamu cuti jadi asisten chef. Udah mandi gih! Bentar lagi papa sama kakak kamu sampai," ujar Paradina.

Ilana langsung menuruti perkataan sang ibu. Setelah selesai dengan ritual mandi dan berpakaian, Ilana langsung membantu sang ibu untuk menghidangkan makanan ke atas meja dan bersiap menunggu kepulangan sang ayah dan kakak laki-lakinya.

"Hai tembem, apa kabar? Coklat?!" ujar seseorang yang membuat Ilana membeku di tempatnya.

Deg!

****

Terpopuler

Comments

Hofi

Hofi

wah ceritanya bagus 😍 baru pertama baca dah jatuh cinta 😍 buat kalian yang suka cerita remaja yuk baca novel baruku juga judulnya.. sahabatku Berkhianat

2023-09-14

1

Ayleela

Ayleela

kebetulan aku lagi nyari komedi
semangat thor
singgah yuk di Mari Menghilang Bersama

2023-09-11

1

ollani vabiola

ollani vabiola

Wihhh baru lagiii… keren thorrr

2023-08-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!