Ilana tak bisa menutupi wajah terkejutnya saat melihat penampakan lelaki yang beberapa minggu ini, muncul di mimpinya tanpa henti.
"Biasa aja kali dek ngeliatnya, kayak ngeliat hantu aja! Itu mata sama iler mau keluar. Mingkem!" goda Omkara yang membuat Ilana tersadar dan langsung mengatup mulutnya. Ia berdeham dan langsung memperbaiki sikapnya. Sedangkan Kalingga hanya tersenyum geli melihat reaksi yang ditunjukkan oleh Ilana.
"Coklat?" ujar Kalingga sembari mengulurkan paper bag yang sedang dipegangnya.
"Maaf..., lagi diet kak!" ujar Ilana yang membuat Kalingga dan Omkara tertawa.
"Pibau, engga usah nolak deh! Coklat masih kesukaan kamu kan?" ujar Omkara yang kembali ingin menggoda sang adik. Wajah Ilana sedikit memerah menahan malu karena sang kakak terang-terangan membuka rahasianya di depan Kalingga.
"Kak, Lana udah engga tembem lagi ya! Engga liat ini kiri, kanan, tirus, mulus dan glowing kayak kulit artis korea?!" seru Ilana tak terima dan langsung meninggalkan kedua lelaki yang sedang tertawa geli karena bibir manyun yang ditunjukkan oleh Ilana.
Si tembem, belum berubah ternyata! batin Kalingga. Gadis kecil yang dulu sering digoda olehnya, telah tumbuh menjadi gadis yang sangat manis dengan lesung pipi yang selalu menghiasi pipinya tiap kali ia berbicara, tersenyum atau tertawa.
****
Kalingga ikut makan malam bersama keluarga Ilana yang membuat hati gadis itu berdebar tak menentu. Ia beberapa kali mencuri pandang ke arah lelaki yang sudah tujuh tahun tidak ia temui itu. Ia bisa melihat perubahan garis wajah Kalingga. Lelaki tampan, bermata elang itu telah berubah menjadi lelaki dewasa dengan rahang yang tegas dan ketampanannya menjadi semakin berlipat ganda di mata seorang Ilana.
Aihhh, gantengnya pacarku, ehhh, kakak keduaku maksudnya! Kenapa datang lagi sih, bang? Aku pikir kamu bang Toyib yang engga pulang-pulang. Ternyata kamu..., kamu.... Ahhhh, ternyata kamu masih ingat jalan pulang ke hatiku! batin Ilana yang tanpa sadar menghela nafas dengan keras yang membuat keluarganya dan Kalingga menoleh secara bersamaan ke arah gadis yang sedang melamun sambil tersenyum sendiri itu.
"Ehmmm, Lana sayang, kamu kenapa?" tanya Danindra, ayah dari Ilana dan Omkara. Ilana yang masih sibuk dengan lamunannya tidak merespon perkataan dari sang ayah yang membuat Omkara yang duduk di sampingnya menyikut lengan adiknya itu. Ilana menoleh ke arah Omkara dengan pandangan bertanya.
"Noh, papa nanya kamu kenapa menghela nafas tadi?" jelas Omkara yang membuat Ilana bingung dan menyadari bahwa ia tengah melamun tentang Kalingga sebelumnya. Ilana mencoba memikirkan alasan yang tepat tentang helaan nafas dirinya yang menyedot perhatian keluarganya, begitu juga dengan Kalingga.
"Ohh, Lana cuma ingat tugas kuliah Lana untuk besok menumpuk, Pa!" ujar Ilana yang membuat keempat orang lainnya tersenyum geli. Ilana memang terkenal tak bisa berbohong, walau ia acapkali melakukannya bila ia sedang ingin menutupi sesuatu. Biasanya keluarga Ilana memilih berpura-pura tidak mengetahui kebohongan gadis itu, agar si bungsu di keluarga mereka itu tidak merasa malu.
****
"Apa???! Si Kakang Kalingga muncul di kediaman Adinda Ilana. Woww, magic! Gimana perasaaannya setelah lelaki berkuda putih dalam mimpi kamu, muncul dengan sangat dramatis di rumah kalian semalam, Ihhh Lanang?" tanya Bhuvi saat mereka bertiga berkumpul di kantin kampus.
"Kau kok kayak wartawan enfotemen sih, Bhuv!" tegur Himeka yang membuat Bhuvi mencebik tetapi tetap memfokuskan dirinya menatap Ilana penuh harap agar gadis itu menjawab pertanyaannya.
"Perasaannya nano-nano, say! FYI ya ndut, di mimpiku si Kalingga itu bukan lelaki berkuda putih, tapi lelaki penghisap darah yang membuat hatiku berdarah-darah karena kena tolak dia terus!" gerutu Ilana yang membuat kedua sahabatnya itu terkikik. Ilana menceritakan secara rinci pertemuan mereka tadi malam. Bhuvi yang mendengarkan cerita Ilana dengan saksama, tiba-tiba mengulurkan tangannya ke arah Ilana yang membuat baik Ilana dan Himeka kebingungan.
"Coklatnya mana?" ujar Bhuvi dengan wajah tanpa dosa dan senyum manis yang mengembang sempurna.
"Bhuvi!!!"
Gadis yang diteriaki oleh kedua sahabatnya itu hanya cengengesan sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
****
Setelah perkuliahan berakhir ketiga sahabat itu memilih untuk pergi menonton karena ada film baru yang sedang tayang di bioskop. Setelah membeli tiket, mereka memutuskan untuk makan terlebih dahulu karena film yang akan mereka tonton baru diputar satu jam lagi. Mereka asyik mengobrol dan bercanda tanpa menyadari seseorang sedang memperhatikan gerak-gerik mereka sejak tadi.
Himeka yang akhirnya menyadari bahwa sejak tadi ada sepasang mata yang seolah sedang mengawasi mereka, melihat ke arah dimana orang itu duduk. Ia terkejut melihat siapa orang yang sedang memperhatikan mereka.
"Nayaka?" bisiknya lirih tetapi masih bisa di dengar oleh Ilana dan Bhuvi. Mereka melihat ke arah tatapan Himeka dan mendapati seorang lelaki yang sangat tampan sedang menoleh ke arah mereka dengan tatapan dingin.
"Ihhhh, kok ganteng kali abang itu? Kenal kau, Him?" tanya Bhuvi penasaran. Himeka sama sekali tak menjawab pertanyaan dari Bhuvi. Ia hanya mengajak mereka makan secepatnya, lalu meninggalkan tempat itu dengan segera. Ilana dan Bhuvi yang bingung, hanya bisa mengikuti kemauan Himeka.
Mereka beranjak meninggalkan tempat itu, tetapi sebelumnya Bhuvi sempat melemparkan senyuman termanis dan lambaian tangan ke arah lelaki tadi. Namun lelaki itu tak memberikan respon apa pun, yang membuat Bhuvi mencibir.
"Sombong kau bang, untung ganteng! Arghhh, lapar lagi aku, woyyyy!" gerutu Bhuvi yang membuat kedua sahabatnya itu menggelengkan kepala karena tak habis pikir setiap kali memikirkan nafsu makan Bhuvi yang sepertinya tak pernah surut.
****
"Lana pu...," ujar Ilana terputus karena terkejut saat melihat penampakan Kalingga yang sudah duduk manis bersama sang kakak di ruang tamu rumah mereka. Kedua lelaki itu sedang sibuk bermain game konsol dengan stik permainan yang berada di tangan mereka.
"Ehhh, si tembem udah pulang. Anak gadis kok pulangnya malem? Awas loh ,sekarang banyak penculikan gadis buat dijadiin tumbal pembangunan jembatan," ujar Kalingga yang membuat Ilana memelototi lelaki itu. Ilana sama sekali tak menggubris perkataan Kalingga dan langsung meninggalkan kedua lelaki itu setelah menyapa Omkara yang membuat Kalingga tertawa kecil.
"Coy, adek aku udah gede! Jangan digodain mulu!" tegur Omkara yang membuat Kalingga tertawa. Kalingga beralasan bahwa Ilana masih menggemaskan seperti saat gadis itu masih kecil dan Kalingga tidak bisa menahan diri untuk tidak menggoda Ilana setiap kali ia melihat wajah adik Omkara itu. Omkara hanya bisa menghela nafas sembari menggelengkan kepalanya saat mendengarkan alasan dari sahabatnya itu. Ia tidak bisa memungkiri bahwa wajah Ilana tak banyak berubah dan adiknya itu masih mempunyai wajah manis dan imut yang membuat orang lain berpikir bahwa ia masih duduk di bangku sekolah, padahal satu tahun lagi gadis itu akan mengantongi gelar sarjananya.
"Kak Kara, papa sama mama mana?" tanya Ilana yang kembali ke ruang tamu setelah selesai membersihkan diri. IIana sama sekali tak menoleh ke arah Kalingga, karena berusaha menjaga jantungnya agar bisa tetap berdetak secara normal. Ia tak ingin memiliki penyakit jantung di usia muda, karena setiap kali melihat sahabat kakaknya itu, jantung Ilana memompa darah lebih cepat yang membuat dirinya merasa sesak. Bayangan wajah Kalingga yang menolaknya di dalam mimpi masih terekam dengan jelas di memori Ilana dan hal itu membuat gadis manis itu merasa sedih.
"Papa sama mama ketemuan sama sahabat papa yang baru datang dari timor, tadi kamu mau diajakin tapi kata mama, kamu nonton bareng temen kamu!" jelas Omkara yang membuat Ilana mengangguk paham. Ilana tak mengatakan apapun lagi, ia berjalan menuju ke dapur untuk melihat makanan yang dimasak oleh sang ibu. Karena tak berselera, Ilana memutuskan untuk memasak mie instan untuk dirinya sendiri.
Ia sibuk meracik semua bahan tambahan untuk dicampur ke dalam mie yang dimasaknya, ia mulai menghidupkan kompor dan melakukan ritual memasak seperti kebiasaannya selama ini yaitu dengan bersenandung kecil.
"Akhirnya siap juga!" ujar Ilana pelan dan mengagumi hasil masakannya yang sudah ia tata apik di mangkuk bermotif bunga kesayangannya.
Tiba-tiba sebuah suara yang ia kenal berbisik di dekatnya yang membuat Ilana membeku.
"Makasih, udah dimasakin Lana sayang, kami pasti akan makan, masakan kamu dengan lahap."
Deg!!!
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Ryenayee
Semangat ka! Ditunggu up selanjutnya..
Jangan lupa mampir di Novel ku juga ya, judul nya, Flash Marriage : My Nerd Husband... 🙌
2023-08-04
1