Baik Ilana maupun Bhuvi terkejut mendengar perkataan Himeka dan mulai memasang telinga untuk mendengar cerita dari sahabat mereka itu.
"Ihhh, jadi si kawan itu cinta sepihakmu, Ka? Tak ku sangka si tomboi ini menyimpan cinta suci dalam hatinya untuk seorang Nangka...," ujar Bhuvi sambil menatap Himeka dengan tatapan serius dan iba.
"Nayakaaaaa, Ndut!" seru Himeka tak terima karena Bhuvi salah menyebutkan nama dari sahabat sekaligus cinta pertamanya itu.
Ilana dan Bhuvi tertawa karena melihat reaksi yang ditunjukkan oleh Himeka itu.
"Jadi dia kemarin kuliah ke luar Medan, karena ngikutin pacarnya?" tanya Ilana.Himeka hanya mengangguk sembari memasang wajah sendu yang membuat Ilana dan Bhuvi merasa iba. Mereka langsung menggenggam tangan Himeka untuk menguatkan sahabatnya itu.
Akhirnya mereka memahami alasan Himeka bersikap seperti itu kepada Nayaka, dari cerita yang Himeka utarakan tadi.
"Ahhh, begitulah cinta, deritanya tiada akhir. Kepada semua pencinta , bertahanlah perjuanganmu belum berakhir! Semangat! Lapar aku, woyyy!" ujar Bhuvi mengutip salah satu jargon terkenal dari Ti Pat Kay dalam serial Kera Sakti, yang membuat Ilana dan Himeka tertawa.
****
"Lana pulang!" seru Ilana saat memasuki rumah mereka.
"Selamat datang, sayang! Lana, ntar malam ada tamu yang datang. Kamu selesai bersih-bersih, bantu mama masak ya," ujar sang ibu yang langsung diiyakan oleh Ilana.
"Siapa sih yang mau datang, ma? Kok kayaknya mama masak buat banyak orang?" tanya Ilana sembari mengiris cabai.
"Ada, kamu juga kenal kok. Udah selesai belum iris cabenya? Kalo udah, lanjut bawangnya ya sayang...," ujar Paradina sembari tersenyum geli karena ia tahu sang putri paling malas berurusan dengan bawang, apalagi bawang merah.
Acara memasak ibu dan sang putri akhirnya selesai, Paradina langsung meminta Ilana untuk bersiap karena tamu mereka akan segera datang.
Omkara dan Danindra pun sudah kembali dari kantor, saat Ilana selesai berdandan dan keluar dari kamarnya.
"Ma, Ilana ngapain sih disuruh pakai baju beginian mana pakai acara dandan segala?" gerutu Ilana yang sudah duduk manis di ruang tamu kepada sang ibu.
"Kamu ini, kenapa baru protes sekarang sih, sayang? Tadi mama kasih tau kayaknya anteng aja." balas Paradina. Ilana hanya diam karena baru menyadari perkataan sang ibu, benar adanya.
****
Tak lama kemudian, keluarga yang mereka tunggu datang. Ilana terkejut saat melihat tamu yang mereka nantikan sejak tadi.
Tumben Kak Kalingga datang bareng keluarganya? Batin Ilana bingung, tetapi tetap menyunggingkan senyum termanisnya ke arah keluarga Kalingga saat mereka bersalaman.
Mereka makan malam sambil bercengkerama. Ilana masih merasa aneh dengan pertemuan yang berlangsung saat itu, karena ibu dari Kalingga terus memperhatikannya sambil tersenyum penuh arti.
Setelah itu mereka berkumpul di ruang tamu seolah akan membicarakan sesuatu.
"Jadi malam ini kami datang untuk melamar Ilana secara resmi untuk menjadi istri putra kami Kalingga, Mas Danindra," ujar Kavian Septa, ayah dari Kalingga. Hal itu membuat keluarga Alfreen terkejut, Omkara bahkan memandang Kalingga dengan tatapan tak percaya.
Kalingga hanya membalas tatapan Omkara dengan tersenyum penuh arti.
Apaaa??? Batin Ilana terkejut sembari mencoba meneelah perkataan dari Kavian, seolah ada yang salah dengan pendengarannya.
Kalingga memperhatikan Ilana dalam diam. Ia tahu pasti gadis mana pun akan bereaksi sama dengan Ilana bila mendengar lamaran dadakan yang ia terima, dan berasal dari lelaki yang bahkan bukan kekasihnya.
"Ehhh, i..., itu tadi maksudnya apa ya Om, Tante? Lagi pada becanda kan, ya? Saya kaget soalnya," ujar Ilana sambil tertawa miris.
"Ini serius, sayang. Maaf karena kami pasti membuat Mas Danindra dan keluarga terkejut. Tapi Kalingga sudah memantapkan diri untuk melamar Ilana. Kami juga menyambut baik permintaan Kalingga karena keluarga kita sudah mengenal cukup lama," ujar Elina menjawab pertanyaan Ilana.
Danindra dan Paradina saling berpandangan, lalu memantap sang putri yang terlihat begitu terguncang.
"Ehmm, om, tante, sebelumnya bolehkah saya berbicara dengan Kalingga dan Ilana sebentar?" ujar Omkara yang mendapat persetujuan dari para orang tua. Omkara mengajak Kalingga dan Ilana berbicara serius di kamarnya.
"Kamu gila ya? Gimana mungkin kamu ngelamar Ilana tanpa ngomong apapun ke aku sebelumnya? Kamu tau kan, Ilana masih kuliah? Dan dia adek aku, Ga!" seru Omkara yang terlihat kesal dan menatap Kalingga dengan tajam.
Kalingga menghela nafas panjang.
"Maaf aku tau, aku salah. Tapi aku serius dengan niatku. Kamu tau sejak dulu aku tak berpacaran dengan siapapun, kecuali satu orang itu dan itu udah berlalu sejak lama. Kita udah mengenal sangat lama, kita juga udah saling tau. Papa, mama udah minta supaya aku segera nikah, karena penyakit jantung papa sempat kambuh beberapa bulan lalu.
Walau kami tak saling mencintai, tapi aku jamin bisa ngebahagiain Ilana, lahir dan batin. Ilana juga boleh tetap kuliah, kerja, dan menikmati masa mudanya." Kalingga terlihat begitu serius dengan perkataannya yang membuat Ilana tertegun.
Omkara menatap Ilana dan Kalingga bergantian. Omkara mengetahui perihal penyakit dari ayah Kalingga. Hal itu juga yang membuat keluarga Kalingga kembali pindah ke Jakarta untuk mengobati penyakit jantung yang diidap oleh Kavian.
Namun, ia juga tak ingin mengorbankan masa depan dan perasaan dari Ilana, hanya karena permintaan Kalingga. Karena bagi Omkara perasaan Ilanalah yang terpenting.
"Bisakah kita kembali ke ruang tamu? ujar Ilana yang membuat kedua pria yang duduk di hadapannya merasa bingung, tetapi mereka menuruti permintaan gadis itu.
Orang tua kedua belah pihak masih menunggu putra dan putrinya sembari mengobrol. Mereka langsung berhenti berbincang saat melihat Ilana dan kedua putra mereka kembali ke ruang tamu.
Elina menatap Ilana penuh harap, karena ia tahu latar belakang keluarga Alfreen dengan baik dan kepribadian Ilana melalui cerita-cerita yang ia dengar dari putranya, Kalingga.
"Papa, mama, om, tante, Kak Kara dan Kak Lingga, saya terima lamaran dari keluarga Kak Lingga. Saya bersedia menjadi istri Kak Lingga!"
****
Setelah genap sebulan sejak acara lamaran yang dilakukan oleh keluarga Kalingga, tepat hari itu pernikahan Kalingga dan Ilana pun dilangsungkan.
Ilana memilih pernikahan yang sederhana dan hanya dihadiri oleh keluarga terdekat saja, karena ia tak ingin orang lain berpikir negatif tentang pernikahannya yang seolah begitu tergesa-gesa dan dirinya yang juga masih menyandang status seorang mahasiswi.
Setelah acara pemberkatan pernikahan, mereka melangsungkan resepsi secara tertutup.
"Terima kasih karena kamu mau bantu aku, dan bersedia jadi istri aku ya!" ujar Kalingga saat mereka berdua sedang duduk di singgasana pernikahan mereka, kala para keluarga sedang menikmati santap siang yang sudah disediakan.
"Ehmmm, sama-sama kak. Mari menjalani pernikahan ini dengan baik dan berharap kita bisa bahagia!" ujar Ilana lirih karena sejak tadi, sebenarnya ia tak sanggup menatap mata Kalingga dalam waktu yang lama karena ia pasti tersipu. Bagi Ilana, hari itu Kalingga terlihat sangat tampan dibalik tuxedo yang ia kenakan.
"Ehmm, Tembem... Kalo suatu saat kamu bertemu dengan orang yang kamu cintai..., bilang aja ke aku. Aku pasti akan merelakan kamu mengejar kebahagiaan kamu," bisik Kalingga agar tak terdengar oleh orang lain.
Ilana merasa kesal seketika karena Kalingga masih memanggilnya dengan panggilan "tembem", tapi untuk hari itu ia memaafkan lelaki yang kini berstatus suaminya karena ia sedang sangat bahagia.
Engga akan ada waktu seperti itu, karena orang yang aku cintai sudah menjadi milikku, aku sedang menjemput kebahagiaanku, Kalingga sayang!
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
marrydiana
mampir thor, semangat ya nulisnyaa
mampir juga ya di karya aku (Suamiku Preman)🫢🙏
2024-01-13
1