Ilana terkejut mendengar suara Kalingga dan keberadaan lelaki yang ternyata sudah berdiri di belakangnya.
"Bisa engga sih, engga usah ngagetin?" gerutu Ilana untuk menutupi hatinya yang berdebar kencang karena kedekatan yang saat itu terjadi di antara mereka. Ilana segera menggeser tubuhnya untuk menjauhi Kalingga. Wajah Ilana terlihat memerah yang membuat, Kalingga tersenyum geli.
"Kamu itu kenapa masak mie instan cuma satu sih, dek? Wanginya loh sampe ke ruang tamu, masakin kita juga dong!" ujar Omkara yang tiba-tiba muncul. Ilana segera berdeham untuk mengatur detak jantungnya yang belum stabil.
"Lana kirain kalian berdua udah makan, kak! Makanya Lana engga nawarin. Ya udah deh, nih makan punya Lana aja. Ntar lana masakin lagi buat Lana," ujar Ilana menyerahkan mangkuk berisi mie kepada sang kakak, yang langsung direbut oleh Kalingga. Ilana tanpa sadar memelototi Kalingga, yang membuat lelaki itu terkejut.
"Kasih Kak Kara duluan, ntar punya kakak aku masakin lagi," ujar Ilana ketus yang membuat Kalingga memasang tampang sedih dan menyerahkan mangkuk tadi kepada Omkara. Omkara langsung memiting leher Kalingga, dan mengajaknya ke ruang tamu dan menegur sahabatnya itu untuk tidak terus mengganggu sang adik, yang membuat Kalingga tertawa.
Sepeninggal, Omkara dan Kalingga, Ilana menghela nafas panjang karena keberadaan Kalingga di dekatnya membuat udara yang ada di sekitanya terasa menipis. Ia menggerutu pelan sembari mengulang ritual memasaknya.
****
"Selamat pagi Ihh Lanang! Apa kabar cinta, hari ini?" seru Bhuvi yang sudah duduk manis di samping Ilana di kelas mereka.
"I. L. A. N. A..., ndut! Aku bukan lanang!" seru Ilana sewot karena panggilan Bhuvi yang mengganggu pendengarannya.
"Ihhh Lanang 'kan panjangannya Ilana sayang, atuh! Btw, itu muka kenapa manyun di pagi yang cerah ceria hari ini?" tanya Bhuvi saat melihat penampilan Ilana pagi itu. Ilana tak menjawab, Iia hanya meletakkan kepalanya di atas meja dengan bibir yang dimajukan.
Tiba-tiba seseorang meletakkan sesuatu di depan wajah Ilana yang membuat Ilana mengangkat kepalanya dan mengirimkan tatapan tajam ke arah pelakunya. Seorang lelaki semampai dan berwajah manis sedang tersenyum ke arah Ilana yang membuat Ilana mengubah raut wajahnya.
"Gyan?" ujar Ilana saat melihat lelaki yang merupakan teman sekelas mereka. Bhuvi yang melihat Gyan langsung memasang senyum termanisnya, tetapi Gyan sama sekali tidak memandang ke arahnya yang membuat Bhuvi mengumpat dalam hatinya.
"Ini ada coklat, kebetulan kakak aku kemarin dari bandung. Dia bawa banyak coklat, aku jadi inget kamu!" ujar Gyan dengan sedikit malu yang membuat Ilana merasa tak nyaman. Ia ingin menolak pemberian Gyan, tetapi kalah cepat dengan tangan Bhuvi yang langsung membuka kotak yang berisi coklat itu dan memakannya dengan santai tanpa memperdulikan ekspresi terkejut dari Ilana maupun Gyan.
"Bhuvi!" ujar Ilana pelan sambil menyikut lengan Bhuvi. Namun Bhuvi seakan tak perduli dengan teguran Ilana itu. Gyan menatap Bhuvi dengan pandangan tak senang, tetapi lagi-lagi Bhuvi menunjukkan ekspresi cuek yang membuat Gyan mengepalkan tangannya menahan kesal.
"Enak! Makasih buat coklatnya ya! Aku ini testernya Ilana, jadi aku yang mencicipi terlebih dulu makanan atau minuman yang akan disantap oleh putri kami ini!" ujar Bhuvi sembari tersenyum manis ke arah Gyan yang ingin sekali memaki Bhuvi karena telah merusak rencananya untuk mendekati Ilana. Semua hal yang ingin ia katakan kepada Ilana menjadi buyar karena ulah sahabat dari Ilana itu.
****
Sementara itu, di kelas lain Himeka sedang duduk sendirian karena masih menunggu dosen mereka yang belum tiba. Ia sibuk menggambar di buku sketsa yang ia miliki, sembari menunggu. Tiba-tiba sang dosen masuk bersama seseorang yang berada di belakangnya. Saat mendengar suara sang dosen, Himeka mengangkat kepalanya dan mulai menyimpan peralatan menggambar yang selalu ia bawa kemana pun.
Sang dosen mengabsen setiap mahasiswa, hingga kening Himeka mengkerut saat mendengar sebuah nama yang terasa tak asing di telinganya.
"Nayaka Bhoomi," ujar sang dosen.
"Saya, Bu!" ujar seorang lelaki sembari mengangkat tangannya. Tubuh Himeka langsung membeku saat melihat penampakan lelaki yang bernama Nayaka itu.
Sejak kapan pula si kawan itu ngampus di sini, bukannya kemarin dia kuliah di kota lain ya? batin Himeka yang tak menyadari bahwa dosen sedang memanggil namanya. Nayaka yang mendengar nama Himeka disebutkan mengedarkan pandangannya ke seluruh kelas dan menemukan keberadaan gadis itu. Pandangan mereka bertemu yang membuat Himeka tersentak karena terkejut.
"Himeka Fulki! Apa ada yang bernama Himeka di kelas ini?" seru sang dosen yang membuat Himeka tersadar dan langsung mengangkat tangannya.
"Maaa..., maaf Bu. Saya Himeka," ujar Himeka dengan wajah yang memerah karena malu.
Himeka mengumpat dalam hati karena tak menyangka lelaki yang sangat ingin ia hindari itu, malah pindah ke kampus mereka bahkan berada di kelas yang sama dengannya. Ia tak bisa fokus mendengar penjelasan sang dosen karena keberadaan Nayaka di ruangan itu.
****
"Himeka tunggu!" ujar seseorang yang membuat Himeka mempercepat langkahnya. Ia bahkan setengah berlari agar bisa menghindari pemilik suara itu. Namun tiba-tiba, tas Himeka terasa ditarik yang membuat langkah Himeka terhenti.
"Kamu ngapain lari? Kamu lagi nghindarin aku ya?' tanya pemilik suara yang tak lain adalah Nayaka.
"Lepasin, sejak kapan pula kau jadi berkamu-kamu ria? Ehhh, bisa kan kau pura-pura engga kenal aku, aku engga pengen punya urusan apa-apa lagi sama kau," ujar Himeka dingin yang membuat lelaki yang ada di hadapannya itu terkejut. Himeka menyentak tas agar terlepas dari tangan Nayaka dan bersiap untuk pergi.
"Ternyata kamu masih aja kekanak-kanakan kayak dulu, ingat umur, Hime!" ujar lelaki itu yang membuat Himeka menghentikan langkahnya dan berbalik sembari menatap Nayaka dengan tajam.
Plak!!!
Sebuah tamparan melayang ke pipi Nayaka yang membuat lelaki itu terkejut. Ia tak menyangka bahwa Himeka sebegitu marah dan berani menampar pipinya. Himeka menatap Nayaka dengan tatapan nanar yang membuat lelaki itu tertegun sembari memegang pipinya yang terasa memanas akibat tamparan keras dari Himeka.
"Himeka!!!" Ilana dan Bhuvi yang melihat kejadian itu langsung menghapiri Himeka. Mereka langsung mengajak Himeka pergi dari tempat itu.
****
Setibanya di kantin. Bhuvi langsung menginterogasi Himeka untuk menuntaskan rasa penasarannya. Namun, tak ada satu pun pertanyaan dari Bhuvi yang mendapat jawaban dari Himeka dan hal itu membuat Bhuvi kesal.
"Ka, kau engga takut diperkarakan sama dia karena melakukan tindak kekerasan? Klo dia mengajukan gugatan, bisa masuk penjara kau!" pancing Bhuvi karena masih merasa kesal kepada sahabatnya itu.
"Salah makan kau ya, ndut! Ganti jurusan aja kau sana!" ujar Himeka sinis yang membuat Bhuvi mencebik.
Ilana memilih diam, karena sejak tadi Himeka sama sekali tak menjawab apapun yang ditanyakan Bhuvi, yang sebenarnya juga merupakan pertanyaan ada di benak Ilana. Ilana merasa Himeka belum ingin membahas tentang lelaki yang mereka lihat tadi. Ia tak ingin memaksa Himeka untuk bercerita, karena tak ingin mendapat nasib yang sama dengan Bhuvi.
"Dia sahabat aku! Lebih tepatnya mantan sahabat aku!"
Ehhh....
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Ayleela
si tembem jadi terngiang ngiang😁
2023-09-11
1
Cokies🐇
sa ae lu 🤣
2023-08-13
1