eps4

Beberapa makanan sudah siap tinggal menunggu beberapa orang untuk kembali dari pencarian mereka di tengah hutan.

"Duh Gilang di mana ya?.. kok belum sampai juga apa dia kesasar?!!"

Gumum Tasya sendirian sambil melihat ke arah pedalaman hutan kumayan.

Sedangkan di sisi lain bilang yang hampir kehilangan nafasnya pun tenggelam secara perlahan.

Di Jakarta, ibu Gilang sedang mengambil air minum dari kulkas yang ada di dapur. Karena bijah sedang menggosok pakaian, jadi ibu Gilang pun mengambilnya sendiri. Lagi pula keadaan ibu Gilang pun sudah lumayan membaik dari hari sebelumnya.

"Aduh, eh aduh...duit kok pakek jatuh juga sih."

Kata ibu bilang yang tidak sengaja menjatuhkan gelas yang ia pegang. Dan entah mengapa ia pun memiliki firasat yang tidak mengenakkan mengenai anaknya.

"Aduh kenapa perasaan gue jadi kagak enak ya.... Ini cuma perasaan gue doang apa ada sesuatu yang terjadi nih... Kayak firasat firasat yang ada di film-film entu."

Ucap ibu bilang bergumam sendiri sambil membereskan pecahan-pecahan beling yang ada di lantai. Namun secara tidak sengaja ia pun sedikit tergores dengan pecahan beling tersebut ia membuat tangannya mengeluarkan darah.

Kejadian itu pun membuat ibu bilang semakin merasa khawatir, iya kemudian mencoba menelepon handphone Gilang untuk memastikan keadaannya.

Namun kemudian ia ingat bahwa gelang sedang touring mendaki bukit jadi kemungkinan besar tidak ada sinyal di sana.

"Duh kalau kek gini gimana gue bisa menghubungi Gilang ya...  MMM .. Ah udahlah, siapa tahu ini cuman perasaan gue doang.. lagi pula my beauty handsome nggak mungkin kenapa-napa kan."

Ucap ibu Gilang menenangkan dirinya sendiri. Kemudian ia menyuruh bijak untuk membereskan pecahan beling tersebut sedangkan iya membalut tangannya yang.

Di sisi lain Gilang terbangun, berada di sebuah tempat di mana tempat itu terlihat seperti sebuah labirin kaca yang teramat jernih. Bahkan terlihat seperti alat elektronik yang sangat canggih.

Namun labirin tersebut tidak biasa. Iya mulai menampakan sebuah gambaran sebelum Gilang sempat berkata-kata.

Mulai dari gambaran seseorang mengambil air dari sumur ke sumur, mengambil lintah, mengambil cacing, mengambil kembang 7 rupa, bahkan labirin itu ada bagian-bagian yang menunjukkan seseorang berubah menjadi seekor harimau dan melompat tinggi, berlari dengan kecepatan seperti angin, berkelahi dengan orang-orang yang menggunakan pakaian seperti ratu dan prajurit, menunjukkan bagian bukit kerinci, bukit barisan, bahkan seorang wanita yang direndam di dalam sebuah sumur yang di dalamnya terdapat makhluk-makhluk yang dikumpulkan serta kembang 7 rupa yang diambil tadi.

Gilang kebingungan melihat semua kilasan-kilasan tersebut, ya seperti tidak mengetahui apapun namun kepalanya tiba-tiba terasa sangat sakit.

Gilang memegang kepalanya sangat kuat dengan menunduk berdiri menunduk berdiri seperti sangat-sangat kesakitan, hingga dia berteriak histeris sangat kuat karena tidak bisa menahan rasa sakit tersebut.

Tanpa tahu kapan dia menutup mata, namun tiba-tiba Gilang tersadar kembali, bahwa dirinya berada di sebuah pondok kayu tua, dengan banyak pepohonan dan hutan di sekelilingnya.

Gilang kebingungan dengan semua yang dia lihat ini. Namun ia juga sempat terpukau melihat keindahan air terjun yang berada tidak jauh dari posisi depan pondok kayu tersebut.

Ketika Gilang baru melangkahkan kakinya dengan satu langkah, tiba-tiba ada yang menumpuk bahunya dari belakang.

Gilang pun terkejut hingga refleks membalikkan badannya.

Ya melihat seorang kakek tua yang membawa tongkat di tangan kirinya dan tangan kanannya berada di belakang punggung.

"Aaa.... Sisi-sisi siapa kamu, aki-aki tua... Ngagetin gue aja."

Kakek itu pun tersenyum melihat ke arah Gilang.

"Selamat datang di tempat saya. Nak sudah lama saya menanti akan kehadiranmu."

Ucap kakek tersebut seperti sangat misterius sambil tersenyum menghadap ke Gilang.

"Nak nek nak nek.. emang gue anak lo. Eh BTW e aki nungguin gue emang aki kenal sama gue,??"

Mendengar ucapan dan tanya dari Gilang kakak itu pun tersenyum kembali lalu ia membelakangi hilang menghadap ke rumahnya.

Dan sambil berjalan ia pun berkata.

"Tidak ada orang yang bisa masuk ke tempat ini kecuali orang yang benar-benar terpilih. Contohnya kamu anak muda. Sebelumnya saya harus memberitahu kamu, bahwa saya adalah pemilik hutan ini, dan bukankah sebelumnya kamu sudah dilarang untuk memasuki wilayah ini tapi kamu tidak mendengarkannya. Itulah yang namanya takdir."

Perkataan kakek itu membuat Gilang semakin tidak mengerti maksudnya karena mungkin terlalu berbelit-belit

"Enggak.. ini aja deh,, aki kalau mau ngomong sesuatu sama gue tinggal bilang ya.. terus anterin dia pulang lagi gue mau pulang teman-teman gue kasihan nunggu."

"Kamu ingin segera pulang apa kamu tidak mau tahu tentang labirin yang kamu masuki barusan??"

Kakek itu menawarkan memberitahu Gilang tentang apa yang terjadi barusan membuat Gilang penasaran dan akhirnya ia pun bertahan untuk bertanya.

"Itu tadi kerjaan aki, oh atau jangan-jangan aki itu penyihir ya.... Tadi juga gue lihat banyak bekas tulang-tulang dari sumur itu.. oh ya tapi kenapa gue tiba-tiba ada di sini bukan tadi gue ada di sumur ya."

"Singkatnya apa yang kamu lihat di labirin tersebut itu adalah kilasan masa lalu dari leluhurmu nak."

Mendengar ucapan kakek itu gilang mengerutkan jidatnya.

"Hehehe.... Lagi kalau mau bercanda jangan sekarang ki', kalau gitu gue mau pulang dulu bukan waktunya bercanda lagi kalau mau bercanda ikut gue aja yuk ke tenda jadi cerita bareng-bareng sama teman-teman gue biar download rame-rame."

Mendengar jawaban dari Gilang aki itu tersenyum sambil sedikit menoleh ke belakang sebentar lalu menatap ke depan lagi.

"Hmmm.. ini bukan hal yang umum untuk diceritakan oleh orang-orang anakku... Kilasan yang kamu lihat itu adalah gambaran dari masa lalu nenek buyutmu. Dan Saya di sini ingin memberitahu kamu bahwa Kamu adalah keturunan terakhir dari legenda 7 manusia harimau. Dan 7 manusia harimau itu adalah nenek moyangmu."

Mendengar celocet dari kakak itu bilang semakin tidak mengerti bahkan Gilang pun berpikir bahwa kakak itu melantur atau memang sudah gila.

Namun ia tetap pura-pura mendengarkan, siapa tahu ada petunjuk dari apa yang ibunya katakan terhadapnya terakhir kali.

"Mereka 7 manusia harimau adalah generasi pertama terciptanya manusia harimau. Sedangkan kamu adalah generasi ke-7 daripada 7 manusia harimau. jikalau kamu bisa mempertahankan generasimu menjadi manusia harimau seperti kakek buyutmu, maka keturunan 7 manusia harimau masih bisa diselamatkan hingga 19 keturunan. Hampir semua dari kita punah yang tersisa tinggal beberapa. maka dari itu,, Sudah saatnya kamu kembali ke wujud asal kamu dan mencari saudara-saudara mu yang lain."

Dan entah kenapa di samping kakek itu bercerita, ada begitu banyak kilasan-kilasan memori yang berasal dari nenek moyang Gilang terlintas di kepala Gilang.

Ia menutup telinga memegang kepala bergeleng-geleng

namun tidak merasa kesakitan hanya sedikit merasa pusing dengan banyaknya kilasan kisah yang terlintas.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!