eps3

Pagi itu di lapangan SMA 1 kumayan, semua murid bergegas masuk ke dalam bis yang akan berangkat menuju bukit lumayan bagian atas.

" Ayo ayo semuanya,, cepat masuk ke bis,,, biasanya mau berangkat..."

UJar seorang guru pria paruh baya Yang menyandang tas di belakangnya. Sembari melihat ke arah jam tangan sembari meminta para murid bergegas.

"Duh ini di mana sih gilang kok belum sampai juga.. eh kamu lihat gila nggak?"

Tanya guru terhadap murid-murid lain menghentikan perjalanan mereka.

Ketika pintu akan ditutup dan bisa ke jalan tiba-tiba ada teriakan dari belakang.

"Oiii...... Tunggu,,, tungguin dong aduh.. gue ketelatan dikit."

Semua mata terjun ke belakang di mana Gilang sedang berlari mengejar bis. Melihat gelang yang seperti kelelahan guru pun membukakan pintu dan Gilang pun meloncat masuk ke dalam bis.

"Hadeh,,, akhirnya makasih ya pak,"

Umum Gilang terhadap guru yang menolongnya.

Guru itu hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Gilang yang ternyata tidak sependiam itu. Gilang pun dipersilakan duduk di kursinya untuk melanjutkan perjalanan menuju bukit kumayan.

Hampir setengah jam perjalanan mereka berlalu, jadi mereka hampir sampai ke tujuan mereka telah berada di tengah-tengah antara bukit kumayan dan jalan setapak yang berliku.

"Huh ternyata ngeri banget jalannya. Tapi kayaknya bakalan seru perjalanan kali ini, hehehe gue udah nggak sabar"

Ucap Gilang melihat ke arah Tasya. Tasya tersenyum melihat tingkah laku bilang yang kocak.

Namun tiba-tiba entah kenapa perasaan hilang merasakan suatu hal yang tidak nyaman, seperti ada sesuatu yang mengganjal di ulu hatinya.

*Duh Perasaan gue kenapa tiba-tiba gak enak ya kayak ngerasa belum makan, tapi bukan masalah makan. Semoga aja di perkemahan nggak terjadi apa-apa yang buruk*.

Pikir gilang sambil menekan dadanya ke dalam dengan wajah yang mulai serius.

"Gilang.!!.."

"Hah ya knapa..!??"

Sahut Gilang yang terburu-buru karena kaget. Melihat tingkah gelang, Tasya mengurutkan dahinya,

"Kamu kenapa Gilang kok aku panggilan dari tadi kamu nggak jawab??"

Tanya Tasya kepada Gilang.

"Oh nggak papa gue cuman ngerasa sedikit nggak enak aja. Nggak tahu kenapa perasaan gue tiba-tiba jadi nggak enak."

jawab dilan dengan lugas.

"Oh ya udah mending kamu istirahat dulu deh, bentar lagi kita nyampe."

"Ya udah kalau gitu nanti bangunin gue ya."

"Aman.."

Jawab Tasya dengan tersenyum. Beberapa menit telah berlalu, hingga berhentilah bis itu pada suatu tempat yang terlihat luas.

"Semuanya ayo turun kita udah sampai... Iya, ayo pelan-pelan turunnya."

Jawab pak guru dengan menurunkan para murid satu persatu dengan perlahan. Setelah semuanya turun Mereka pun diberi instruksi dan dipisahkan sesuai tim mereka masing-masing.

Mereka pun seketika membangun tenda mereka masing-masing. Ada tiga tenda putra dan 3 tenda Putri yang didirikan, juga 2 tenda untuk guru pembimbing 30 murid dan 6 guru.

"Nah semuanya mari kumpul!."

Guru pun memberi pengumuman.

"Karena semua tenda sudah didirikan, sekarang waktunya kalian berpencar mencari air dan kayu bakar. Yang iya jadi 3 tim, tim pertama cari kayu bakar, tim kedua cari sumber air, dan tim ketiga bantu berjaga. Sedangkan untuk yang para wanita, sebagian mempersiapkan makanan siang kita, sebagian lagi mempersiapkan tugas dan kegiatan yang akan kita jalani di bukit ini."

Bimbingan itu berlaku sampai hampir satu jam. Setelah bimbingan usai, mereka bergegas berpencar dengan tugas mereka masing-masing.

Tasya dan beberapa rekan timnya mendapat tugas untuk memasak.

Sedangkan Gilang mendapat tugas untuk mencari sumber mata air yang jernih di sekitaran bukit kumayan.

Perjalanan mereka memasuki tahun pun dimulai, sekitar 20 menit kemudian mereka berkumpul menyatukan kayu bakar dan membawa pulang. sedangkan bagi yang mengambil air mereka memutuskan berpencar mencari sumber mata air

"Eh guys lu ke sono lu berdua ke sono lu bertiga ke sono, biar gue cari sebelah sini"

Ucap gelang memecahkan timnya agar cepat mendapat sumber mata air.

"Kamu yakin bilang sendirian, kamu belum tahu daerah sini loh."

"Iya Lang, apa nggak sebaiknya ada yang ikut kamu juga."

Ucap teman-teman Gilang memberi saran untuk Gilang. Karena Gilang orangnya keras kepala, iya tidak mau mendengarkan perkataan temannya.

"Udah kalian semua tenang aja, gue udah sering pergi-pergi ke hutan kayak gini. Ya walaupun gue belum pernah ke sini tapi naluri pecinta alam gue masih berfungsi dengan baik.

Pokoknya, kalau udah ada yang ketemu kalian balik ke titik ini lagi tungguin di satu sama lain, oke. Biar bisa pulang bareng."

Pimpin Gilang terhadap teman-temannya.

Akhirnya Mereka pun berpencar untuk mencari sumber mata air. Sedangkan di sisi lain, ternyata ibunya Gilang di sana sedang sakit.

Untung ada pembantu yang merawat ibunya Gilang hingga ia merasa lebih mendingan.

"Duuh... Nyonya kalau kayak gini, apa kita nggak sebaiknya ngabarin den Gilang,"

Cemas pembantu Gilang yang bernama bikjah.

Uhuk.. uhuk..

"Udah nggak usah, ini mah cuman sakit biasa, batuk pilek biasa.. bentar lagi juga sembuh. Udah nggak usah kabarin Gilang nanti di sono dia kepikiran lagi, jadi nggak fokus sekolahnya pan".

Uhuk uhuk..

"Ya udah kalau gitu, nyonya banyak-banyak istirahat deh.. saya masukin bubur mau.?"

Tawar bijak kepada ibunya Gilang, beliau pun menganggukkan kepalanya. Kemudian bijak pun pergi untuk membuat bubur ke dapur.

\*

"Duuh ini gimana sih, kok dari tadi gue nggak nemu satupun gitu kan. Eh tapi di sono kayaknya ada sesuatu deh terang banget... Oh apa itu pantulan dari air kali ya ke sinar matahari sore gitu. Coba gue cek dulu ah."

Ucap gilang mengarah ke suatu tempat yang tidak ia sadari melewati batasan yang dilarang oleh masyarakat.

"tuh kan.. bener di sini ada sumur,,, terus airnya jernih banget lagi, kayaknya ini sumber mata ari asli deh... Permisi pak, Buk, nenek, Kakek, numpang ambil airnya ya 1 ember doang."

*He he he*

Gilang pun mencedok 1 ember air dari sumur tanpa curiga sedikitpun tentang keberadaan sumur tersebut.

Namun yang tak disangka, seperti ada sesuatu yang mendorongnya jatuh ke dalam sumur tersebut.

Akhirnya Gilang terjatuh dan berteriak meminta tolong, namun tidak ada satupun orang yang dapat mendengar teriakan Gilang karena tempat Gilang berada memang jauh dari perkemahan mereka.

"To, tolong...tol tolong.. gue tenggelam..."

Di saat yang genting seperti itu, iya masih bisa mengeluarkan nada seperti melawak.

Tanpa berselang lama entah kenapa kaki Gilang merasa mati rasa tidak bisa digerakkan sama sekali bahkan tubuhnya pun merasa kaku seketika.

Dan ketika itulah ia sadar bahwa ternyata sumur yang ada padanya sekarang adalah sumur yang dikatakan oleh warga setempat sebagai sumur keramat.

Memang ada beberapa bangkai tulang manusia yang terselip di pinggiran lubang yang ada di sumur.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!