Gilang dan Tasya pun kembali ke kelasnya untuk melanjutkan pelajaran terakhir hari pertama.
"Nah anak-anak! seperti hari Kamis pada biasanya, besok kita akan mengadakan kemping lagi. Tapi kali ini kita akan pergi ke tempat yang berbeda. Kali ini kita coba untuk pergi ke hutan kita sendiri, yaitu hutan gumayan yang ada di sebelah utara."
Jelas pak guru terhadap para murid yang ada di kelas itu. Beliau pun juga mengajak anak-anak kelas sebelah untuk ikut kemping.
"Haduh kenapa di hutan gumayan sih pak, hutan itu kan serem banget! Apalagi hutan itu dekat sama hutan larangan.!."
Seru salah seorang murid yang bernama qalang. Bahkan semua murid pun mengiyakan perkataan qalang.
"Sudah sudah semuanya tidak usah ribut. itu kan hanya mitos saja, tidak perlu dikhawatirkan."
Jawab guru dengan santai, namun hal tersebut membuat Gilang merasa ada sedikit getaran denyut di jantungnya.
Namun Gilang tidak menghiraukannya bahkan ia berpikir ini kesempatan yang bagus untuk bisa refreshing karena di Jakarta kota besar tidak ada yang namanya hutan.
Akhirnya pulang sekolah pun tiba, Gilang menawarkan untuk mengantar Tasya pulang ke rumahnya sembari sekalian ingin tahu letak rumah Tasya.
Tasya mengiyakan ajakan Gilang, Mereka pun pulang bersama hingga sampailah mereka di depan pintu gerbang berwarna hitam dan bangunan yang seperti sedikit tua.
"Sya, ini bener rumah lo, kok kayaknya serem amat."
Mendengar pernyataan Gilang, Tasya tersenyum dan mengangguk.
"Iya.... Papa bilang, dekorasi seperti ini membuat rumah terasa semakin sejuk dan damai. Mm ... Mau mampir dulu,?"
Ajak Tasya kepada Gilang. Ia pun meng iyakan ajakan Tasya dan masuk ke dalam rumah Tasya.
"Permisi,,, assalamualaikum.. pak...buk... Dih kok sepi banget sih sya, gak ada orangnye ape,?"
Rusuh Gilang dengan pertanyaan nya karena tingkah konyolnya membuat keributan di rumah Tasya.
Tasya yang melihat kekonyolannya tertawa kecil sembari berkata..
"Hihi,, cuma sama ayah, bunda udah lama nggak ada."
"Oo.. adeuh, maaf deh ya gue nggak tahu kalau nyokap lo udah gak ada."
"Iya nggak apa-apa lagian ini pertama kalinya kamu main ke rumah aku."
"Hehe,,, ayah lo di mana kok gak kelihatan?"
"Ayah ada di kamar Dia sedang bersemedi... Mau aku ambilin minum?"
"Hah .. bersemedi?!?.... Oo.. nggak nggak, udah nggak usah.."
"Ya udah kalau gitu aku ganti baju dulu ya.!"
Suruh Tasya kepada Gilang yang masih tetap kebingungan dengan perkataan Tasya.
*Bersemedi... ah, mungkin maksud Tasya tidut*..!.
pikir Gilang. Namun tidak berselang lama ketika Tasya masuk ke kamarnya, keluarlah seorang bapak-bapak paruh baya memakai ikat kepala dan sarung pendek di bagian celananya, seperti baju adat.
"Eh,,pak... Assalamualaikum pak.."
Lugas Gilang terhadap ayah Tasya.. sembari bangkit dari tempat duduk dan mencium tangan ayah Tasya.
"Waalaikumsalam.. siapa kamu!?"
Ayah Tasya mohon jawab dengan mata yang melotot, karena memang belum pernah ada teman Tasya yang berani main ke rumah Tasya.
"Anu pak... Saya teman sekolahnya Tasya tadi nganter Tasya pulang bareng sekolah sekalian disuruh Pasha mampir jadi saya mampir."
Ayah Tasya tidak mendengarkan apa yang dikatakan oleh Gilang. ayah Tasya menyipitkan mata menatap dalam Gilang,, dengan mata yang sedikit disipitkan.
"Kamu bukan anak kampung kumayan,! Dari mana asal kamu nak?"
Seketika ayah Tasya mengubah nada bicaranya kepada Gilang, sembari mempersilahkan jelang duduk kembali.
"Anu pak,, saya murid pindahan dari Jakarta menuju ke SMA 1 kumayan."
"Ooo.... Siapa nama ibumu nak?"
Tanya ayah Tasya kepada Gilang dengan wajah serius.
Bilang sedikit curiga dengan sikap ayah Tasya namun Gilang tetap menjawabnya.
"Nama mama saya anggraita pak. Dulu waktu masih muda mama sama papa saya pernah tinggal di desa ini. Ketika saya lahir mereka akhirnya memutuskan untuk pindah ke Jakarta."
"Oh jadi begitu.. kalau begitu selamat datang.. di desa, kumayan.. Gilang karoles.."
Mendengar pernyataan ayah Tasya, bilang terkejut bagaimana air Tasya bisa tahu nama kepanjangan Gilang, padahal Gilang sama sekali tidak menyebutnya dalam perkenalan tadi.
Ketika Gilang ingin menanyakannya, tiba-tiba Tasya keluar dari pintu kamarnya..
"Sepertinya ayah sudah mendapatkan teman bicara, begitu serakah berbicara dengan teman baru Tasya, ayah."
Gua udah Tasya terhadap ayahnya. Mendengar godaan Tasya ayahnya pun tertawa.
"Hahahaha... Ingatlah nak, temanmu ini yang akan menjadi pemimpin dunia generasi baru."
Ucap ayah Tasya terhadap Tasya menunjuk ke Gilang, Tasya sedikit merasa bingung dengan perkataan ayahnya, sedangkan Gilang menganggapnya sebagai candaan saja.
Lalu ketika itu pula ayahnya pun masuk dan meninggalkan mereka berdua di ruang tamu.
"Ya udah sya, bi pulang dulu ya udah mau sore juga nih.. mana gue belum ganti baju. Oh ya Lo jangan lupa siap-siap ya buat besok, kita kan mau kemping..."
Ucap bilang semangat kepada Tasya, sedangkan Tasya hanya tersenyum murah mendengarnya. Kak Natasha tahu betul rahasia di balik hutan larangan bukit kumayan.
Seperti biasanya sepulang sekolah Gilang video call kepada teman-temannya di sekolah lama dan menceritakan kejadian baru hari pertamanya masuk sekolah SMA 1 desa kumayan.
Setelah beberapa jam mereka mengobrol dengan canda Hura yang ceria. karena tiba-tiba Gilang merasa ngantuk, ia pun mengakhiri video call-nya bersama teman-temannya yang lain dan memutuskan untuk tidur setelah makan..
Tiba-tiba Gilang merasa bahwa ada sesosok bayangan hitam yang selalu mengikutinya, mengawasinya kemanapun ia pergi.
Sampai di suatu titik gilang terpojok. Yang melihat ke arah belakang, ada sosok bayangan hitam memakai jubah mukanya samar-samar tidak terlihat jelas.
"Si si si.. siapa lo... Lo lo jangan macam-macam yah,, atau enggak gue bakal teriak,, oh gak bisa kungfu gue bakal hajar lo habis-habisan kalau lu berani deket. Diam di sana gue bilang diam di sana jangan bergerak.."
Tahan Gilang terhadap sosok misterius tersebut. Namun sosok misterius tersebut tidak ingin berhenti, iya terus berjalan mendekati Gilang. Sosok tersebut berkata..
Selamanya kau tidak akan pernah bisa lari dari kenyataan. Dan sekarang kau telah kembali mengantarkan dirimu sendiri kepada kami. Terimalah takdirmu inilah takdirmu. Hadapi hadapi hadapi.
Setelah kata-kata itu dilontarkan oleh sosok misterius, tiba-tiba wajahnya seperti terlihat jelas oleh Gilang.
Sepasang mata yang berwarna kuning kumis panjang dan semua bulu orange di wajahnya, persis seperti seekor harimau.
Sosok itu pun tiba-tiba mendekat dan menerkam Gilang hidup-hidup.
Gilang teriak sekencang-kencangnya untuk meluluskan diri dari rekaman tersebut.
A a a aaaassa Aaaaaaaa...
"Aaaaaa..... Jam dekat pergi,, pergi... Aaaa.... "
Tiba-tiba hilang tersadar, ternyata ia berada di atas kasur rumahnya sendiri.
"Sial... Ternyata itu barusan mimpi.... Anjir ngeri banget tuh mimpi.., gue sampai gemeteran lemes!."
Seru Gilang yang tiba-tiba ia melihat ke arah jam dinding di depan pintu kamarnya yang menunjukkan pukul 07.05.
"Mampus telat gue..."
Dan Gilang pun akhirnya buru-buru bersiap mau berangkat ke sekolahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
dewi
ini keren loh
2023-08-04
0