5. Jungkat - Jungkit

Rey menunjuk jungkat-jungkit berwarna kuning di hadapannya. "Mau naik itu."

Acha speechless.

Rey sendiri langsung mendekati permainan itu dan duduk di ujung kiri. "Buruan.. Gue udah gak sabar pengen naik ini."

Acha mendekati Rey dengan langkah pelan. "Kamu lagi mempermainkan aku ya Rey?"

"Nggak."

"Terus?"

"Terus apanya?"

"KAMU PIKIR AKU PUNYA WAKTU BUAT NEMENIN KAMU MAIN JUNGKAT-JUNGKIT?!' Acha auto ngegas. Ia benar-benar tidak habis pikir pada manusia satu ini. "Denger ya Rey! Gini-gini aku juga manusia! Aku punya batas kesabaran! Dan sikap kamu ini bener-bener udah diluar batas!" Gadis itu pergi dengan emosi yang meluap.

Sementara Rey heran. Siapa yang bilang Acha bukan manusia? Dan apa salahnya main jungkat-jungkit?

**

Malam harinya, Acha sedang menulis diary saat ibunya tiba-tiba masuk kamar.

"Cha.. Ada Egy tuh di depan. "

"Bilangin aja Acha udah tidur mah.. Acha lagi nggak pengen diganggu. "

Mood Acha sepertinya masih hancur gara-gara kejadian tadi siang.

Sementara itu, di rumah Keluarga Rey..

Saat Surya pulang, beliau langsung disuguhi surat gugatan perceraian oleh Marinka. Bahkan Mamah Rey juga sudah mengepak barang-barang beliau, mengusirnya secara tidak langsung.

" Terimakasih sudah bersedia menjadi suamiku selama 17 tahun ini. Ayo kita hentikan saja.

Aku benar-benar sudah lelah."

Surya menatap Marinka dengan wajah tanpa ekspresi. Selama 17 tahun menikah, Marinka bahkan belum pernah melihat senyum yang merekah di bibir Surya. Ekspresinya selalu sedingin es.

"Biarlah Rey tumbuh tanpa seorang Ayah. Toh kau juga buka ayah kandungnya."

Surya pun mengambil surat gugatan cerai itu dan menarik kopernya. Sebelum pergi, ia berkata.

"Kau harusnya melakukan hal ini dari dulu."

Sepeninggal Surya, Marinka menangis tanpa suara. Ia pikir 17 tahun cukup untuk membuat Surya luluh dan mau menerimanya. Namun ternyata, ia salah. Sampai kapanpun Surya tidak akan pernah mencintainya.

Rey sendiri saat itu sedang nongkrong bersama Mondy di kafe langganan mereka.

"Mon.."

"Hmm.."

"Kalau loe diajak seseorang main jungkat-jungkit, perasaan loe gimana?"

"Gila! Ya marah lah. "

"Kenapa?"

"Emangnya gue anak TK dia ajak main yang begituan. "

"Emang permainan kaya gitu cuma buat anak TK doang?"

Mondy menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Ya.. Nggak juga sih. "

"Yee.. Kamvret."

Tanpa sengaja, Mondy melihat Papah Rey yang sedang mengemudi. Dan saat itu, kebetulan lampu sedang merah.

"Rey itu bukannya bokap loe yah?"

Rey mengikuti arah pandang Mondy. "Loe bener.. Tapi jam segini mau kemana dia?" Rey mengeluarkan handphonenya dan langsung menelfon beliau.

Sayangnya Sang Papah hanya menatap layar handphonenya sebentar, tanpa mau mengangkatnya.

Sesak hati Rey melihat hal itu.

"Rey.. Loe gak papa?" Tanya Mondy ketika melihat Rey yang mendadak mendung.

Cowok itu tersenyum palsu. "Gak papa Mon.. Gue kan strong :)"

**

Sebelum Acha datang, Rey dengan segala keisengannya menaruh ular mainan di kolong mejanya.

"Gue yakin kali ini dia bakal ketakutan.. Muehehehe " Rey ngakak biadab.

Anehnya sampai bel masuk berbunyi, Gadis itu belum tampak batang hidungnya. Entah kemana dia..

Rey pun mengeluarkan handphonenya dan berniat menelponnya. Namun tidak jadi, karena Acha akhirnya datang.

"Abis darimana loe? Kok baru dateng?"

Acha tak menjawab dan malah menaruh papper bag yang entah apa isinya. Rey pun segera membukanya.

Ternyata sebuah sandwich dan secup americano. Persis seperti apa yang Rey minta.

Rey tertegun, kemudian menatap Acha yang sedang tiduran membelakanginya. Kali ini, kutil bernyawa itu membuatnya terharu.

**

"Baiklah anak-anak.. Sekian untuk pelajaran hari ini.." Bu Indy menyudahi kelasnya, lantas keluar meninggalkan ruangan tersebut.

Acha pun menaruh bukunya di kolong meja. Dan tanpa sengaja, tangannya menyentuh ular mainan yang sebelumnya Rey letakkan disana.

Gadis itu segera mengambilnya.

Apakah reaksinya akan sama seperti saat ia menemukan tikus mainan? Jawabannya..

"WAAAAAAAA!!!!!!!" Tidak..

Acha berteriak histeris dan langsung melempar ular itu sejauh mungkin.

Sementara orang-orang ikut kaget mendengar teriakan Acha dan auto menatapnya heran. Ada apa gerangan??

"Loe kenapa?" Tanya Cindy, Gadis yang duduk di depan bangku Acha.

Acha menutup matanya sambil menunjuk ke arah ular yang ia lempar. "Itu.. Ada ular. "

Bukannya puas, Rey justru merasa bersalah. Ia pun berjalan ke depan dan mengambil ular mainan itu. "Ini ular boongan, " ucapnya pelan.

"Ih! Kirain beneran," ucap Cindy, kesal.

"Ngagetin aja!" Tambah yang lain.

Acha yang sempat merasa lemas, kemudian menatap Rey dengan emosi. Namun sedetik kemudian ia tiba-tiba menangis. Gadis itu pun pergi sebelum Rey melihat airmatanya.

Fix, Rey jadi semakin merasa berdosa.

 

Di belakang kelas, Acha menangis tersedu-sedu. Kejadian tadi benar-benar membuatnya takut dan marah sekali.

Disaat seperti itu Egy datang, dan langsung duduk di depan Acha. "Kamu kenapa?"

Tanpa diduga Rey juga datang. Namun saat melihat keberadaan Egy, buru-buru ia bersembunyi di balik tembok.

Acha terisak. "Kakak tahu kan aku phobia ular?

Semenjak Papah meninggal gara-gara dipatuk ular berbisa, aku jadi takut banget sama hewan itu..

Dan hari ini, ada seseorang yang nakut-nakutin aku pake ular mainan." Tangis Acha semakin menjadi tatkala ia teringat sosok almarhum Ayahnya. Ayah yang sangat ia rindukan.

Egy jadi tak tega dan langsung memeluknya.

Rey menghela nafas panjang melihat pemandangan itu. Apakah kali ini, ia sangat keterlaluan? Tapi mana dia tahu kalau Acha phobia ular.

--

Setelah Acha tampak lebih tenang, Egy pun mengajaknya masuk kelas. Karena bel masuk sudah berbunyi satu menit yang lalu.

Setibanya di kelas, Gadis itu langsung duduk di tempatnya. Mengabaikan Rey yang sejak awal terus menatap ke arahnya.

"Ekhm.. Loe.. Gak berfikir kalau gue yang naroh ular mainan itu kan?"

Kacang.

"Wah.. Kalau beneran loe mikir gitu, loe parah Cha..

Seiseng-isengnya gue, gue gak bakal sampe segitunya." Rey ngeles. Padahal jelas-jelas itu perbuatannya.

Acha sendiri malah mengeluarkan bukunya, kemudian membuka lembar demi lembar dengan nafsu yang menggebu.

Rey menelan ludah ngeri. "Pelan-pelan napa Cha..

Ntar kalo buku loe robek gimana?"

Akhirnya Acha merespon. Namun bukan dengan perkataan, melainkan dengan tatapan tajam.

"Iya.. Iyah.. Gue diem." Rey membuka tas yang berada di atas mejanya, dan langsung memasukan kepalanya ke dalam sana.

Tidak ingin cari mati.

*

Saat istirahat kedua, Rey dan Egy berpapasan di lorong. Rey meneruskan langkah, setelah sempat berhenti dan menatap Egy beberapa lama.

Namun panggilan Egy membuatnya terpaksa berhenti kembali. Dengan malas ia menoleh.

"Loe kan, yang nakut-nakutin Acha sama ular mainan itu?"

Rey mengangguk, mengakui.

Egy menghela nafas. "Acha phobia ular. Jadi kedepannya, jangan pernah loe ulangin hal itu lagi. "

"......"

"Dan gue mohon dengan sangat, berhenti ngebully dia. Karena selama ini loe udah cukup bikin dia menderita. "

"Gue tahu!" Rey berbalik dan langsung pergi. Hatinya merutuk: 'Siapa dia berani ngomong kaya gitu? Pacar si Acha juga bukan, sok iyey banget jadi orang!'

Sebelum Rey semakin jauh, Egy berpesan, "Untuk sekarang gue masih bisa ngomong baik-baik sama loe.. Tapi kalau suatu hari loe ketahuan bikin Acha nangis lagi, saat itu, gue mungkin gak akan sebaik ini."

***

Ding~Dong~Deng~

Bel pulang berbunyi..

Rey menatap Acha yang sedang membereskan bukunya. "Cha.. Mau gue anterin pulang gak? Mumpung setan di diri gue lagi gak ada, jadi--"

Belum selesai Rey berkata, Acha sudah bangkit dan segera berlalu.

Tapi Rey pantang menyerah, dan langsung mengikutinya. Sayang seribu kali sayang, saat dirinya keluar..

"Ayo Cha.. Kakak anterin. "

Acha tak menolak tawaran Egy, dan segera pergi bersamanya.

Rey menatap punggung mereka yang semakin menjauh. "Apa banget deh. "

--

"Makasih ya Kak," ucap Acha begitu ia turun dari motor Egy.

Cowok itu tersenyum. "Sama-sama.. Oiyah Cha, Kakak punya ide biar kamu nggak perlu jadi pelayan Rey lagi. "

"Ide? Gimana?"

Egy langsung menjelaskannya panjang lebar. "... Gimana? Ide kakak briliant kan?"

Acha terdiam beberapa lama. "Aku pikir-pikir dulu deh Kak."

**

Malam itu, sang rembulan bersinar dengan terangnya. Sayang, tak ada satupun bintang yang menemaninya menghiasi langit. Entah kemana, mungkin mereka sedang ngambek seperti Acha pada Rey.

"Selamat datang.. Selamat berbelanja.." sambut Mbak kasir ind*maret ketika melihat kedatangan Rey.

Cowok itu tersenyum dan langsung mengambil keranjang belanjaan.

Saat tiba di tempat cemilan, Rey melihat Acha yang tampak sedang khusyu memperhatikan deretan makanan yang ada dihadapannya.

Rey bimbang. Samperin gak yah? Kalau disamperin, takut dikacangin. Tapi kalau tidak..

Akhirnya Rey menghitung kancing kemejanya. "Samperin, nggak, samperin, nggak, samperin.." tersisa satu kancing lagi, yang artinya..

"Nggak.. Hmm.. Ya udah deh."

Sempat bingung memilih antara silverqueen, cadbury, atau tobleron, Acha akhirnya memutuskan mengambil Silverqueen.

"Loe suka coklat?" Tanya Rey yang tiba-tiba saja sudah berdiri disampingnya.

Acha auto menoleh. Saat melihat manusia biadab itu, tatapannya berubah seketika. Mengerikan! Persis seperti singa betina yang sedang PMS.

"Hehe.. Pantes loe manis, " gombal Rey.

Sayangnya Acha tidak terpengaruh dan malah pergi. Rey langsung mengekorinya.

"Cha.."

"...."

"Cha.."

"..."

"CHAAA!!!!!"

Acha tak tahan lagi, dan akhirnya berbalik. Tapi apa yang terjadi selanjutnya? Rey malah nyanyi.

"CAAA...Ntik.. ingin rasa hati berbisik.. Untuk melepas keresahan dirimu.. O CANTIK..!" Rey nyengir. "Bagus ya Cha suara gue? Kalau ikutan indonesian idol, gue pasti--"

Dang! Acha menendang kaki Rey dengan menggunakan tenaga dalam. Membuat Cowok itu langsung meringis kesakitan sambil memegangi kakinya yang malang. Tapi Acha tidak peduli, dan segera meneruskan langkah.

"Adah, setan! Sakit banget. Sss.. Arrrhh.."

Rey dengan segala kegigihannya kemudian mendekati Acha yang berniat membayar belanjaannya di kasir.

"Cha, loe kesini naek sendal lagi? Gimana kalau gue anterin? Lagian sekarang kan malam jumat kliwon, jadi---"

"Mbak, mau bedak yang dibelakang itu dong satu."

"Yang ward*ah?"

"Iyah."

"Masya Allah.. pake wardah, biar cantiknya halal."

Mbak Kasir nyengir mendengar celetukan Rey ."Mas nya mau sekalian?"

"Boleh deh Mbak. "

Acha langsung menatapnya. Masih dengan tatapan setajam silet.

"Buat My Mom. Ya kali buat gue."

Acha geleng-geleng kepala sambil ber-ckckckck dalam hati. Tatapannya seolah berkata, Kok ada yah manusia model begini?

***

Acha terpaku saat melihat sebatang cadbury yang ia temukan di kolong mejanya. Bukan hanya itu, di kemasan coklat tersebut juga tertempel memo bertuliskan kata 'AYAM SORI :('

Gadis itu pun menatap tas Rey yang berada di atas meja, kemudian menghela nafas panjang.

5 menit kemudian, Acha keluar dari kelas. Lalu tanpa sengaja, ia menginjak lantai yang licin dan akhirnya jatuh terjerembab.

"AAAWWW!"

"Bhahaha.." seseorang tertawa puas melihatnya.

Acha yang kesal langsung menatap orang itu. Anjir lagi-lagi si Reynaldi!

"Loh, Acha? Haha.. Gue kirain siapa. " Rey mendekatinya. "Coba kalau jalan tuh pake mata juga. Jangan cuma pake kaki doang..

Masa loe gak lihat ada tumpahan kopi di lantai. Itu kan jelas banget warnanya."

Acha tak menjawab. Juga tak urung bangun dari posisinya.

Rey pun jongkok, menyesuaikan posisi. "Pasti sakit yah? Waadaw! Itu.. Lutut loe sampe berdarah."

Acha tidak mempedulikan lukanya, dan malah membuang muka. Menyembunyikan air yang menggenang di pelupuk matanya.

"Ayo, gue obatin---"

Tiba-tiba Acha menangis. Menangis seperti anak kecil yang tidak diberi jajan oleh ibunya.

Rey auto bingung. "Loh.. Loe kenapa nangis?"

Acha tak menjawab dan malah menangis semakin kencang. Bodo amat dengan orang-orang yang menatap aneh ke arahnya.

"Ya Gusti.. Loe nangis gara-gara lutut loe berdarah? Yang bener aja.."

"MAMAAAAAHHHHH!!!"

Rey tersenyum geli seraya geleng-geleng kepala. Kutil.. Kutil.. Kau ini konyol sekali!

BERSAMBUNG...

Terpopuler

Comments

Cicih Sophiana

Cicih Sophiana

klo ada orang seiseng si Rey... aq jg kesel tentu nya...

2023-08-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!