Egy mempertanyakan keberadaan Acha pada dirinya sendiri. Sedetik kemudian, ia terpikirkan sesuatu. "Jangan-jangan..."
Ternyata dugaan Egy tidak meleset. Acha berada di UKS dan tampak tidak sadarkan diri. Tapi dia tidak sendiri. Ada Rey yang tengah menjaganya.
"Tadi gue ngelihat dia pingsan. Jadi gue langsung bawa dia kesini," ucap Rey. Padahal Egy tidak bertanya.
"Gimana keadaan dia?"
"Katanya dia kecapean dan butuh banyak istirahat. "
Egy tidak bertanya lagi. Jujur, ia merasa kasihan pada Acha yang belajar begitu keras dan akhirnya berujung seperti ini.
"Gue pergi dulu.."
"Rey.."
Panggilan Egy menghentikan langkah Rey. Cowok itu pun menoleh.
Egy mendekat beberapa langkah. "Soal taruhan yang loe buat sama Acha.. Bisa nggak, loe batalin aja? Gue nggak tega ngelihat Acha..
Cuma demi ngalahin loe, dia belajar setengah mampus sampai akhirnya dia sakit kaya gitu.
Loe nggak kasihan apa? Lagian gue yakin, seberapa keras pun dia berusaha, dia gak bakalan bisa ngalahin loe. "
Rey terdiam. Dalam hati ia mengakui, ia juga kasihan pada Gadis itu.
Akhirnya, Rey membuat keputusan. "Oke.. Gue ngerti."
5 menit setelah kepergian Rey, Acha akhirnya sadar.
Ia heran saat melihat Egy.
"Kak Egy.."
"Alhamdulillah.. kamu udah sadar Cha."
"Kenapa aku bisa ada disini?"
"Tadi kamu pingsan. Makanya kamu dibawa kesini. "
"Kakak yang bawa aku kesini?"
Tidak ada jawaban. Yang ada hanyalah pandangan sendu Egy yang mengandung berbagai makna.
--
Setelah kondisinya membaik, Acha kembali ke kelasnya. Dilihatnya Rey yang sedang duduk dengan tatapan kosong.
Acha teringat ucapan Egy 10 menit yang lalu. 'Bukan, Rey yang bawa kamu kesini.'
Disaat seperti itu, Rey melihat keberadaan Acha yang sedang mematung di ambang pintu.
Merekapun saling melempar pandang selama beberapa saat. Sebelum akhirnya Acha tersadar, dan bergegas menuju tempatnya.
"Cha.. Ada yang pengen gue omongin sama loe," ucap Rey begitu Acha duduk.
"Soal apa?"
"Soal taruhan yang kita buat.. Gimana kalau kita batalin aja?"
Bukannya senang, Acha malah tampak emosi. " Loh, kenapa?"
Rey tampak bingung. Bagaimana cara menjelaskannya?
"Ya.. Gak kenapa-napa.. Gue pengen berhenti aja."
BRAK! Acha bangkit sambil memukul meja.
"Kamu becanda ya Rey?! Setelah aku belajar mati-matian, sampai aku kurang tidur, kurang makan, kurang istirahat, cuma buat ngalahin kamu, dan sekarang kamu bilang pengen batalin perjanjian kita?!"
Rey ikut berdiri. "Maksud gue bukan gitu Cha.. Gue cuma--"
"Cukup! Pokoknya aku nggak mau.. Perjanjian itu, nggak akan pernah batal!" Acha keluar sebelum dirinya semakin emosi.
Rey sendiri hanya bisa menghela nafas panjang. Bagaimana kalau sudah seperti ini?
***
Saat jam istirahat kedua, Acha pergi ke belakang sekolah dan menghafal materi bahasa inggris disana.
Namun pikirannya tidak bisa fokus, karena kata-kata Rey yang seolah terus menghantui.
'Ya.. Gak kenapa-napa.. Gue pengen berhenti aja.'
"Ish! Nyebelin banget sih dia!"
Tiba-tiba seseorang duduk disampingnya.
Saat tahu siapa sosok tersebut, Acha auto buang muka. "Mau ngapain kamu kesini?"
"Gue mau minta maaf..
Gue gak bermaksud bikin loe marah dengan bilang kaya gitu. Gue cuma..." tiba-tiba Rey menghentikan ucapannya.
"Cuma apa?"
"Gue cuma... Udahlah gak penting.
Tapi loe tenang aja, sesuai kemauan loe, taruhan itu bakal tetep berjalan. "
Acha tak berkata apa-apa lagi, dan meneruskan menghafal. Sadar, tidak ada faedahnya meladeni cowok gaje macam si Reynaldi.
"Nih.." tiba-tiba si cowok gaje itu menyerahkan sesuatu.
Acha menerimanya dengan bingung. "Ini apaan?"
"Masker buat ngilangin mata panda. "
"Kamu sengaja beli buat aku?"
"Ge-eR sekali anda Nona."
"Terus?"
"Gue dikasih sama fans. Meski gue gak ngerti, kenapa gue dikasih begituan. "
Acha membolak-balik kemasan tersebut. "Cara pakenya gimana?"
"Diseduh pake air dingin."
"Serius?"
Rey mengangguk. Padahal anak SD pun tahu kalau cara itu sesat.
"Tapi kok disini tulisannya..."
Rey langsung kabur sebelum terkena timpukan sepatu Acha.
**
UTS yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Sayangnya Rey dan Acha tidak berada di dalam ruangan yang sama.
Rey ditempatkan di ruang kelas 11 IPA 2, sedangkan Acha berada di ruang kelas 11 IPS 4.
Sebelum mengerjakan soal, Acha berdoa terlebih dahulu. Meminta petunjuk agar Allah memudahkan semua pertanyaan yang akan ia hadapi.
Sementara Rey.. Hanya butuh waktu 7 detik untuk membaca, dan menjawab 1 soal. Karenanya, dalam waktu kurang lebih 5 menit, ia sudah mampu menyelesaikan 40 soal yang ada.
Dan untuk jawabannya, cowok itu tidak pernah ragu.
Rey yakin, kali ini pun ia akan mendapat nilai yang sempurna.
Saat bel istirahat berbunyi, Acha segera keluar kelas.
Tak lupa ia membawa buku catatan matematika. Pelajaran yang selanjutnya akan di ujikan.
Tanpa sengaja, ia berpapasan dengan Rey.
"Gimana? Soal pertama di hari pertama?" Tanya Cowok itu, penasaran.
Dengan belagu, Acha menjentikan kukunya.
"Owh.. Gampang yah?"
"Banget.. Bahkan aku cuma butuh waktu 25 menit buat ngerjain 40 soal."
"Kalau esay-nya?"
Acha memutar matanya. "Sekitar.. 10 menit. "
Rey manggut-manggut. Ia sendiri berhasil menjawab 5 pertanyaan esay hanya dalam waktu 3 menit. Tapi untuk saat ini ia tidak ingin sombong, dan malah pura-pura kagum. "Waw.. Gitu yah? Loe hebat deh.. Gue aja gak bisa secepet itu."
Acha tersenyum bangga sambil melipat tangan di depan dada. Wajahnya songong luar biasa.
"Tapi abis ini kan pelajaran matematika.. Kira-kira loe bisa nyelesain semua soal secepet itu lagi nggak yah?"
"Haha.. kamu tenang aja..
Aku yakin bisa nyelesain 40 soal lebih singkat dari sebelumnya. Lagian daripada ngekhawatirin aku, mending kamu khawatirin diri kamu sendiri..
Karena bentar lagi, aku bakal nendang kamu dari posisi pertama." Acha tersenyum PD, kemudian berlalu sambil mendorong bahu Rey.
Rey tersenyum meremehkan. Biarlah Acha bermimpi setinggi langit. Jika nanti dia jatuh, Rey-lah yang akan menertawakannya paling keras.
***
Seminggu kemudian, UTS akhirnya selesai. Dan pengumuman rangking sudah bisa dilihat di mading.
Acha berlari-lari menuju tempat mading dengan perasaan tak sabar. Ia harap, ia berhasil.
Sesampainya disana, Acha langsung menerobos orang-orang yang saat itu tengah sibuk mencari nama mereka.
PENGUMUMAN RANGKING ULANGAN TENGAH SEMESTER KELAS XI IPS 2
RANGKING 1 : NATASHA ALULA
RANGKING 2 : REYNALDI SURYA ATMAJA
RANGKING 3 : CYNTHIA ALIFA
Dst.
"YES!!" Acha berteriak heboh sampai-sampai dirinya menjadi pusat perhatian semua orang. Tapi Gadis itu tidak peduli. Karena yang terpenting, ia telah berhasil mengalahkan Rey.
"Akhirnya.. Aku berhasil." Acha menatap ke atas "Makasih Ya Allah.."
"Acha!" Panggil Rey yang muncul dari arah kanannnya. Kemudian dengan wajah tidak ikhlasnya, Rey mengucapkan selamat, "Ternyata loe bener-bener bisa ngalahin gue. Dan sesuai perjanjian, gue bakal nurutin semua permintaan loe.
Jadi sekarang loe tinggal bilang aja. Apa permintaan loe?"
Acha tersenyum sinis. "Permintaan aku..."
KRIIIIIIIIIIIIIIINNNNGGGG!!!
Dering weker berbunyi, membuat mimpi Acha ambyar.
"Ah.. Sial! Ternyata cuma mimpi."
***
Tiba didepan kelas, Acha mendapati Rey yang sedang berdiri di ambang pintu.
"Kayanya hari ini pengumuman rangking bakal keluar. Gue udah gak sabar deh."
Acha tersenyum maksa. "Aku juga."
"Loe yakin bakal rangking pertama?"
"Yakin lah.. Semalem aku bahkan mimpi rangking satu. Dan ada yang bilang kalau mimpi biasanya bakal jadi kenyataan."
"Tapi ada juga yang bilang kalau mimpi biasanya akan bertentangan dengan realita. Menurut loe gimana?"
Acha hanya mengangkat bahu dan langsung masuk sambil menubruk Rey. Ia yakin kerja kerasnya selama ini tidak akan sia-sia. Si Rey pasti akan tergeser dari posisi pertama.
Bel masuk berbunyi..
Kedatangan Bu Windira membuat jantung Acha seketika berdegup kencang.
"Anak-anak.. Hari ini ibu akan mengumumkan nilai UTS kalian, dan tentang siapa yang saja yang masuk 3 besar.. Kalian sudah siap?"
"Siap bu!"
"Baiklah.. Ibu akan mengumumkan ranking 3 terlebih dahulu..
Dengan total nilai 1765, rangking 3 diraih oleh.. Cyntia Alifa.."
Yang punya nama bersorak girang. Disusul suara tepuk tangan meriah dari seluruh siswa.
Acha sendiri terkejut dan membatin, 'Di mimpi aku kan dia juga rangking 3.. Ya Allah.. semoga semuanya sesuai dengan mimpi hamba.'
"Berikutnya.. Dengan total nilai 1891, rangking 2 diraih oleh.."
Acha memejamkan mata seraya berdoa, 'Semoga Rey.. Semoga Rey.. Semoga Rey..'
Rey tersenyum melihat tingkah Acha. Kutil bernyawa satu ini memang gigih. Tapi seberapa keraspun ia berdoa, Rey yakin semua itu tidak akan mengubah keputusan Tuhan.
"Rangking 2 diraih oleh.."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Natasha Alula!"
Bagai dijatuhi batu satu truk, Acha langsung lemas.
Rupanya ia gagal mengalahkan Rey. Gadis itu pun hanya bisa menangis tanpa airmata.
"Selamat Acha.. Kamu benar-benar hebat.
Semester satu kemarin, kamu ranking 8. Dan sekarang prestasi kamu naik dengan pesat. Ibu bangga sama kamu. " puji Bu Windira.
Acha tersenyum kecut. Rangking 2 tidak membuatnya bahagia sama sekali.
Sementara Rey tersenyum penuh kemenangan.
"Dan untuk ranking pertama.. Kalian mungkin sudah bisa menebak siapa orangnya. "
"Paling juga si Rey bu," celetuk salah seorang siswa.
Bu Windira tersenyum. "Kamu benar.. Dengan total nilai 1985, ranking pertama diraih oleh Reynaldi Surya Atmaja.. "
Semua orang bertepuk tangan, kecuali Acha.
Ia menunduk dan menghela nafas sedih. Sakit tapi tak berdarah :((
**
Di belakang sekolah, kedua makhluk itu berdiri berhadapan.
"Sayang banget loe kalah," ucap Rey, so' iba.
Acha memonyongkan bibir, mirip Omas Wati.
"Dan sesuai kesepakatan, hari ini sampai satu bulan ke depan, loe harus jadi pelayan gue. "
"Iyah, aku tahu kok!"
Rey tersenyum menyebalkan. "Kalau gitu, tugas pertama.. Beliin minum, haus gue."
Setelah menerima uang dari Rey, Acha langsung pergi. But...
"Eh, tunggu.. Tunggu.. Loe nggak bakal nanya gue mau minuman apa?"
"Air mineral kan?"
"Sok tahu sekali anda Nona. "
"Terus?"
"Listen carefully..
Rasanya harus asem, tapi jangan minuman yang mengandung soda (coca-cola, fanta, sprite). Jangan minuman rasa jeruk juga (floridina, minute maid), apalagi minuman isotonik (mizone). Terus kalau bisa yang murah aja yah.. Jangan yang mahal-mahal.
Understand? Udah sana pergi. "
Acha kehabisan kata-kata. Bagaimana bisa seseorang begitu menyebalkan?
Sambil berjalan menuju kantin, Acha berfikir keras.
Minuman seperti apa tepatnya yang harus ia beli?
"Air ketek aja kali yah? Ketek kan asem tuh, jadi.." Acha tidak meneruskan ucapannya, dan langsung geleng-geleng kepala. Ia masih punya hati dan rasa perikemanusiaan.
Sedetik kemudian, ia tersenyum, seakan mendapat ilham..
"Nih.." Acha menyerahkan minuman berwarna coklat keruh yang dibungkus plastik es.
Rey tidak serta merta menerimanya. "Minuman apaan nih?"
"Marim*s rasa gula asem..
Seperti yang kamu bilang, itu gak mengandung soda, bukan rasa jeruk, bukan pula minuman isotonik. Murah lagi, cuma 2000-an."
Akankah Rey menerimanya? Dalam mimpimu!
"Ieuuuwwh.. Sori yah, gue gak minum minuman kaya gitu. Gak higienis! Udah mending sekarang loe beliin gue teh pucuk aja. "
Acha semakin emosi. Jika diizinkan, ingin rasanya ia mencincang Rey sampai halus, lalu mencampurnya dengan adonan bakwan. Biarlah dibilang psikopat, yang penting manusia satu itu musnah dari muka bumi ini.
***
Meski jasa Egy sudah tidak dibutuhkan lagi, namun cowok itu masih tetap main ke rumah Acha setiap malam.
Tidak jadi guru privat, Acha menjadikan Egy sebagai tempat curhatnya saat ini.
"Sumpah, dia tuh cowok paling nyebelin yang pernah aku kenal tahu gak Kak?" Ucap Acha, setelah menceritakan kejadian tadi siang. Soal minuman yang membuatnya darah tinggi sampai detik ini.
Egy meneguk minuman yang disuguhkan Acha, kemudian menjawab, "salah siapa nggak nurut?"
"Hmmm?"
"Katanya beberapa waktu lalu dia pernah ngajakin kamu buat berhenti taruhan kan? Harusnya kamu setujuin usulan dia.. Kalo gitu kan endingnya nggak bakal kaya gini."
Acha heran sekaligus sewot. "Kok kak Egy malah jadi belain dia sih?"
"Bukannya belain, Kakak cuma kasihan sama kamu. "
Acha mendengus kesal. Tadinya ia sangat yakin bisa mengalahkan Rey. Tidak tahunya...
Tiba-tiba Egy mendapat pesan. Pesan yang membuat senyumnya merekah seketika.
"Dari pacar?" Tebak Acha.
Egy tersenyum dan mengangguk.
Jangan harap Acha dan Egy bisa bersama. Karena hubungan mereka hanya sebatas adik-kakak. Tidak kurang, tidak lebih.
Sementara itu, di luar sebuah kafe..
"Haha.. Sumpah, lucu banget tahu gak, ngelihat ekspresi kekesalan dia." Curhat Rey pada Mondy.
Sahabatnya itu manggut-manggut sambil mengaduk ice cofee pesanannya. "Terus loe berencana buat terus ngebully dia?"
"Ya iyalah.. Ini baru awal. Gue bakal bikin dia nyesel karena udah cari gara-gara sama gue."
"Oke.. Tapi hati-hati loe Rey..
Lama-lama loe bisa aja suka sama Acha. "
Byurrrr! Rey refleks menyiram Mondy dengan kopi yang ada di mulutnya.
"Jorok setan!" Maki Mondy, sambil mengelap mukanya yang basah.
"Lagian loe ngomong apa kentut sih?" Tanya Rey kesal.
"Emang ada yang salah sama omongan gue?"
"Ya salah lah! Gue gak bakal pernah suka sama si kutil bernyawa itu. SAM-PAI KA-PAN-PUN! Loe catet tuh!"
Mondy nyengir. Ia berani bertaruh, Rey pasti akan menyukai Acha seiring berjalannya waktu.
--
Saat Rey pulang, ia mendengar pertengkaran orangtuanya dari dalam kamar mereka.
Namun Cowok itu sudah tidak heran. Karena semua itu bukan yang pertama atau kedua kalinya.
Sambil berjalan menapaki anak tangga, Rey merenung. Kenapa mereka menikah jika hanya untuk saling menyakiti?
Padahal dia tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya.
**
Setelah membayar ongkos, Acha segera turun dari ojek yang ia tumpangi. Belum sampai gerbang, ia sudah mendapat pesan Whatsapp dari Rey.
(Gw gk sengaja numpahin kopi di meja, jadi bersihin yah. Abis itu beliin gue kopi baru. Harus americano. Ok? Gw tunggu di belakang kelas)
Acha meniup poninya dengan kesal.
Satu bulan Rey akan terus menyiksanya seperti itu.
Sanggupkah ia bertahan?
-
Setelah mendapat Americano pesanan Rey, Acha langsung menyerahkannya.
Rey menatap curiga. "Sebelumnya, nggak loe ludahin kan?"
"Udah hampir. " jawab Acha, terang-terangan.
Rey bergidik jijik. "Oiyah, mulai besok, tiap gue dateng harus selalu ada sandwich sama minuman ini di meja gue. "
Acha kaget. "Tunggu.. Aku sama kamu kan datengnya selalu duluan kamu."
"Emang."
"Terus gimana caranya aku nyiapin semua itu? Kalau aku harus bangun dan berangkat lebih pagi sih, maaf aja.. Aku nggak mau. "
"Ya bodo amat.. Pokoknya harus kaya gitu.
Lagian apa salahnya berangkat lebih pagi? Gue aja bisa. "
"Ya kamu kan punya mobil pribadi, gak kaya aku yang harus naik ojek. "
"Gue gak peduli.. Pokoknya, semuanya harus sesuai dengan apa yang gue mau." Rey berlalu sambil meminum kopinya.
Acha langsung mengeluarkan handphonenya. Membuka aplikasi santet online, dan sudah hampir mengetik nama Rey disana. Untungnya ia masih bisa menyadarkan diri.
"Astaghfirullah alazim.. Inget dosa Acha.."
**
Istirahat, Egy menghampiri Acha di kelasnya.
"Cha, ke kantin yuk?"
Acha tersenyum dan mengangguk. Tapi saat ia bangkit, dan sudah hampir pergi...
"Tunggu!" Rey memanggilnya. "Suruh siapa loe pergi?"
Acha menghela nafas kesal. Untuk kesekian kalinya ia beristighfar. Sementara Egy menatap Rey tajam.
Rey pun bangkit dan berkata pada Egy. "Gue yakin dia udah cerita semuanya sama loe. Jadi gue harap loe gak protes."
Rey langsung menyuruh Acha mengikuti langkahnya.
"Kelewatan tu bocah. "
--
Rey memakan basonya dengan lahap. Sementara Acha terus menatapnya dengan pandangan yang seakan haus darah.
"Wah.. Baso bi Sumi emang gak ada duanya. " Rey menatap Acha. "Loe mau? Beli sendiri dong."
Acha tak menghiraukan cowok itu, dan justru terpikirkan sesuatu. Apakah IQ yang terlalu tinggi menyebabkan seseorang menjadi stress?
"Oiyah, Cowok tadi itu pacar loe yah. "
"Bukan."
"Terus?"
"Dia senior aku."
"Oh dia kelas 12? Gue pikir kelas 10.. Bogel sih."
"Biar pun bogel juga dia mah pinter.. Imut lagi. "
"Imut kaya jenglot. "
Acha tertawa tak percaya. Mulut Rey sepertinya wajib di ruqiyah. Supaya omongannya bisa dijaga.
"Loe suka yah, sama cowok itu?"
"Apaan sih? Udah deh, makan aja. "
"Gue udah selesai. " Rey bangkit dan mengeluarkan uang dari dalam dompetnya. "Bayarin gih, gue mau berak. " dan berlalu.
Acha mengelus-elus perutnya. "Amit-amit.. Jangan sampai aku punya anak kaya gitu. "
**
Saat pulang..
Acha sudah hampir pergi ketika Rey memanggilnya.
Gadis itu menoleh malas. "Apa lagi?"
"Loe mau kemana?"
"Ke Korea Utara, nemuin Kim Jong Un."
"Cakep!"
"Aku bukan lagi pantun, Set(an)... Astagfirullahalazim.."
"Lagian, loe ditanya serius jawabannya--"
"Aku mau pulang Rey.."
"Oh! Yaudah sana.. Ngapain masih disini?" Rey menggendong tasnya, dan berlalu meninggalkan Acha.
"Acha!" Teriak Egy, saat melihat Gadis itu keluar dari kelasnya. "Kakak anterin pulang yah? Sekalian ada yang pengen Kakak omongin. "
Acha mengangguk. "Boleh.."
Rey yang masih berada disana, tiba-tiba berbalik dan mendekati Acha. "Gue baru inget.. Loe jangan pulang dulu! Ada sesuatu yang harus loe lakuin buat gue."
"Apaan?"
"Anda kepo? Makanya buruan ikutin gue." Rey menarik lengan Acha dan membawanya ke....
Taman bermain.
"Mau ngapain kamu ngajak aku kesini?"
"Mau naik itu. " Rey menunjuk jungkat-jungkit.
Acha bengong. WHAT THE HELL??????
BERSAMBUNG..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Cicih Sophiana
Rey itu bukan anak Surya kan thor...
semoga aja mereka berjodoh 😁
2023-08-15
0