17 Juni 2019 (18 tahun kemudian)
Otak encer dan penampilan yang good looking merupakan dambaan setiap orang. Mempunyai salah satunya merupakan suatu keberuntungan. Apalagi bisa memiliki keduanya.
Reynaldi Surya Atmaja adalah salah satunya. Tidak hanya tampan, dia juga mempunyai IQ 200, sehingga orang-orang kerap menjulukinya 'Perfect Man'.
Namun satu hal yang dia tidak punya. Sopan santun.
Pagi itu...
Rey tengah on the way menuju tempat dirinya menimba ilmu, SMA PERTIWI. Dengan kijang hitam yang dibelikan ibunya tahun lalu, ia mengemudi dengan begitu santuy. Tak lupa, ia juga memasang headset sambil mendengarkan lagu kesukaannya, Dear God - Avenged Sevenfold.
Mendadak tenggorokannya dilanda kekeringan.
Diraihnya botol minum yang terletak dikursi penumpang, kemudian diteguk airnya sampai habis.
Lalu dengan seenaknya, ia lempar botol minum tersebut keluar mobil, hingga tanpa sengaja botol itu mengenai kepala seorang Gadis yang tidak berdosa.
PLETAK!
"Aww.." Gadis itu meringis sambil memegangi kepalanya yang malang. Untungnya tidak sampai benjol.
"Ih.. Siapa sih?" Tanyanya geram. Masih pagi sudah ada yang nyari gara-gara!
Gadis itu pun kemudian melihat mobil Rey yang berbelok masuk ke dalam gerbang.
"Oh.. Jadi dia satu sekolah sama aku?" Ia tersenyum menyeringai.
Gadis itu bernama Acha. Tidak cantik, tapi juga tidak jelek. Tidak pintar, tapi juga tidak bodoh. Intinya, biasa saja, tidak ada yang special darinya.
Setelah mobilnya terparkir sempurna, Rey langsung keluar. Tiba-tiba seseorang menimpuk kepalanya dengan botol. Cowok itu pun shock. Segera melepaskan headsetnya, lantas berbalik.
Tampaklah Acha yang sedang melipat tangan di depan dada. Wajahnya ngajak ribut.
Dengan langkah cepat, Rey langsung menghampirinya. "Apa-apaan sih loe?!"
"Siapa yang nyari masalah duluan?" Acha tak gentar.
Rey membuang muka dan menghela nafas panjang.
Tahan Rey tahan.. Masih pagi.
Ia menatap Acha. "Kalau loe ngefans sama gue, jangan nyari perhatian gue dengan cara kaya gini. NORAK tahu gak?" Kemudian pergi sambil menyenggol bahu Gadis itu.
Acha speechles!
Tiba di kelasnya, Rey disuguhi setumpuk kado yang memenuhi meja dan kursinya. Dia memang tak kalah populer dengan Aliando. Karena wajahnya yang sangat tampan membuat semua gadis terkagum-kagum dan selalu memujanya.
Namun bukannya senang, Rey justru tampak kesal.
Entah kenapa, mungkin ia sudah terlalu bosan menerima hadiah dari para fansnya itu.
Cowok itu pun langsung mengeluarkan kantong plastik besar yang memang telah ia siapkan, kemudian memasukkan bingkisan-bingkisan itu ke dalamnya.
Disaat yang sama, Acha datang. Siapa sangka mereka berada di kelas yang sama?
Gadis itu pun segera menghampirinya. "Eh, denger yah! Aku gak ngefans sama kamu! Buat apa aku ngeidolain cowok angkuh dan arogan kaya kamu?
Kurang kerjaan banget!"
Kacang.
"Lagian kamu harusnya minta maaf sama aku gara-gara kejadian tadi. Kamu fikir kepala aku nggak sakit apa?"
Masih kacang.
"REYNALDIIIII!!" Acha akhirnya berteriak di depan telinga Rey.
Cowok itu auto kesal dan langsung menutup telinganya. "Apaan sih?!"
"Kalau ada orang ngomong tuh dengerin! Itu yang nempel kuping kan?"
Sekali lagi Rey menghela nafas. Mencoba bersabar menghadapi Gadis titisan Sundel bolong yang ada dihadapannya itu.
"Terus mau loe apa?"
"Minta maaf!"
"Dan kalau gue gak mau?"
"Kenapa kamu nggak mau?"
"Karena males! Lagian gue ngerasa gak punya salah tuh sama loe." Rey melanjutkan aktivitasnya yang sempat direcoki Acha.
Sementara Gadis itu menatap Rey geram.
"Jadi kamu nggak mau minta maaf sama aku?"
Dengan sadis, Acha menginjak kaki Rey sekuat tenaga.
"ARGGHH!!"
***
Bel masuk berbunyi..
Para murid yang berada diluar bergegas masuk ke kelas masing-masing.
Rey menatap tajam ke arah Acha yang duduk di bangku paling depan sebelah kanan. Sedangkan ia sendiri berada di pojok kiri paling belakang.
"Dasar Nini pelet!"
Teman sebangku Rey datang dan heran ketika melihat Rey yang terus mengusap sepatunya. Sungguh, injakan Acha masih terasa menyakitkan di kakinya.
"Loe kena--"
"Plis! Don't ask!"
Mondy mengerutkan kening, bingung.
Beberapa menit kemudian, Bu Windira (Wali kelas merangkap guru bahasa inggris) memasuki kelas mereka. Guru cantik nan mungil itu memasang senyum.
"Anak-anak.. Dari hasil rapat guru kemarin, kepala sekolah telah memutuskan akan membuat peraturan baru terkait tempat duduk kalian, berdasarkan peringkat. "
Para murid yang terheran-heran kemudian disuruh maju ke depan.
"Pada semester satu, yang mendapat rangking pertama adalah Reynaldi. Dan khusus untuk Rey, dia bebas memilih tempat duduk, juga partner duduk yang diinginkan. Silahkan Rey.."
"Saya ingin duduk di tempat yang sebelumnya saja bu. Dan untuk partner duduk.."
Rey menatap Acha yang saat itu tengah berpikir keras. Mencoba mengingat-ngingat rangking-nya
semester lalu. "Duh.. aku rangking berapa yah? Sampe lupa gini.."
"Cewek itu bu.."
Seluruh pasang mata sontak mengikuti arah telunjuk Rey. Sementara yang ditunjuk auto melongo.
"Maksud kamu Acha?"
Rey tersenyum menyeringai. "Iyah.."
"Baiklah.. Silahkan menuju bangku kamu. Acha, kamu juga."
Acha hendak protes, "Bu, saya boleh--"
"Tidak boleh!"
Rey tersenyum penuh kemenangan dan bergegas menuju tempatnya.
Sepeninggal Bu Windira..
"Kamu apa-apaan sih?" Tanya Acha yang sampai detik ini masih murka. Api seakan keluar dari tubuhnya.
Rey tidak merespon dan malah menatap Acha dengan wajah datar.
"Maksud kamu apa bikin aku duduk disini?"
"....."
Demi neptunus, Acha semakin darting. "Allahukbar.. tabahkan diri ini. "
Mondy menghampiri Rey. Kini mereka bukan teman sebangku lagi. "Bro, loe kok nggak milih duduk sama gue sih? Gue kecewa tahu nggak.
Gara-gara gue rangking kedua dari terakhir, gue harus duduk sama si Helen, cewek cupu itu. Mana paling pojok lagi."
Disaat yang sama, bel istirahat berbunyi.
Rey langsung bangkit, seraya berbisik di telinga Mondy. "Gue jelasin di kantin. "
*
"Apa? Loe pengen balas dendam?" Mondy kaget mendengar penjelasan Rey barusan.
Sahabatnya itu mengangguk seraya menyedot jus jeruk yang berada di tangannya.
"Emang loe punya masalah sama dia?"
"Gak usah ditanya! Hari ini dia udah bikin mood gue kaya t*i."
"Dia ngelakuin apa emang?"
"Coba loe bayangin. Pertama, kepala gue ditumpuk sama botol aqua. Kedua, dia marah-marah gajelas, terus teriak kenceng dikuping gue. Itu belum cukup, ketiga, dia nginjek kaki gue. Keras banget lagi. Siapa yang nggak kesel coba?" Curhat Rey panjang kali lebar. Jika teringat semua itu, ingin rasanya ia memasukkan Acha ke dalam tong, lalu menggelindingkannya dari atas bukit.
Mondy geleng-geleng kepala. "Gila tuh cewek.
Eh, tapi pasti ada alesannya dong, kenapa dia tiba-tiba kaya gitu sama loe. "
"Alah.. Palingan dia pengen dapet perhatian dari gue. "
"Kalau gitu kenapa loe ladenin?"
"Ya setelah semua itu terjadi, masa gue harus diem aja?"
Mondy mencoba mengerti. "Oke.. Terus gimana caranya loe balas dendam sama dia?"
Rey tersenyum jahat. "We will see.."
Seorang Gadis tiba-tiba menghampiri Rey sambil membawa lunch box. Katanya isinya sushi yang dia buat sendiri khusus untuk Rey.
Rey menerimanya dan berterima kasih.
Setelah Gadis itu pergi, Rey malah memberikan box itu pada Mondy.
"Buat gue?"
"Yoai. "
Mondy girang. "Thanks Bro.. by the way, loe gak suka sushi?"
"Gak, gue sukanya susyu."
**
Acha tengah menghafal sesuatu, ketika Rey datang di kelas. Cowok itu berdehem, dan langsung duduk di bangkunya.
Kemudian dengan sengaja, ia memutar lagu rock dengan volume tinggi. Membuat konsentrasi Acha buyar seketika.
"Astagfirullah.. Mimpi apa aku semalem?" Acha menatap Rey dengan pandangan setajam silet. "Kecilin dong! Aku lagi ngafalin!"
Rey yang semula manggut-manggut (menikmati irama lagu) kini jadi geleng-geleng. Dan mukanya itu loh.. Minta ditampol.
Acha beristighfar untuk yang kesekian kalinya. Ini benar-benar ujian yang membuat Acha belajar arti kesabaran yang sesungguhnya.
--
Saat pelajaran matematika berlangsung, Acha tampak kesusahan melihat materi yang sedang dicatat Sang Guru di papan tulis.
Selain karena jaraknya yang cukup jauh, Acha juga tampaknya mempunyai masalah dengan penglihatannya.
Ia pun mencoba memicingkan mata. Sedikit jelas.
Tapi lama-lama pegal juga. Akhirnya Gadis itu menyerah.
Melihatnya, Rey heran. "Kenapa loe?"
Acha menjawabnya dengan tatapan murka. Kalau tidak ingat dosa, ingin rasanya ia menyantet Rey saat itu juga.
***
Acha menaruh tasnya dan menghempaskan diri di sofa. Hari ini dunianya sudah seperti di neraka. Dan semua itu karena si Reynaldi!
"Erggghh.. Sebel.. Sebel.. Sebel.."
Ibunda Acha muncul dan tersenyum melihat keberadaan putrinya. "Eh.. si sayang udah pulang..
Mamah bikinin jus stroberi yah?"
Acha mengadu, "Mah.. hari ini Acha kesel banget. "
Sang Bunda menghampirinya. "Kesel kenapa?"
Acha pun menceritakan semuanya.
"Oiyah? Keterlaluan sekali anak itu..
Acha tenang aja. Besok mamah akan ke sekolah Acha dan marahin dia habis-habisan. Kalau perlu, mamah jewer telinganya sekalian. "
Mendengar perkataan ibunya, Acha seketika tertawa. "Haha.. Mamah.. Emangnya Acha anak SD apa?"
Sang Bunda hanya tersenyum. Hubungan yang baik.
***
Rey menuruni tangga rumah sambil menatap jam tangannya. Sudah pukul 8 ternyata.
Tiba di bawah, ia melihat Sang Mamah yang sedang khusyu membaca majalah.
"Mah.. Besok malam kita diundang makan malam sama Om Faisal." Rey duduk disamping Mamanya. "Mamah bisa kan?"
Wanita anggun itu tersenyum seraya membelai rambut putranya. "Bisa dong."
Papah Rey datang. Ya, dialah Surya.
Rey dan Mamahnya seketika menatap beliau.
"Papah udah pulang?" Tanya Rey yang sempat enggan menyapa.
Surya yang kini sudah berusia hampir 39 tahun itu menghentikan langkah. Kemudian mengangguk, tanpa menatap sedikitpun ke arah mereka.
"Oiyah.. besok malam kita diundang makan malam sama Om Faisal.. Papah ada waktu kan?"
"Papah sibuk."
Rey menghela nafas sedih. Akankah hari itu datang? Hari dimana Sang Ayah bisa bersikap hangat pada keluarganya.
"Kamu nggak usah khawatir sayang.. Kan masih ada mamah. " hibur Mamah Rey seraya merangkul putranya.
***
Saat Rey memasuki kelas, terlihat Acha yang sudah duduk manis ditempatnya. Namun ada sesuatu yang berbeda dari gadis itu. Dia memakai kacamata XD.
Sambil menaruh tasnya, Rey iseng berkata, "Ternyata sekarang bukan cuma biskuit aja yang ditoplesin. Mata juga. "
Acha tak menggubris perkataan Cowok ngeselin itu dan memilih pergi. Pergi sambil menggerutu, "Aku pake kacamata kaya gini gara-gara siapa coba? SEBEL!"
"Lagi ngapain loe?" Tanya Mondy ketika melihat Rey yang tampak sedang menaruh sesuatu di kolong meja Acha.
Rey tak menjawab dan malah tersenyum jail. Muehehehe.. Rasakan pembalasanku Titisan Sundel bolong!
**
Pelajaran pertama hari itu adalah Bahasa Indonesia.
Sang Guru mengulas kembali materi tentang majas atau gaya bahasa.
"Majas pertentangan dibagi menjadi 7, yaitu: Hiperbola, Ironi, Litotes, Satire, Paradoks, ******* dan antiklimaks. Nah, sekarang ibu minta seseorang memberikan contoh kalimat yang berkaitan dengan majas Hiperbola. Ada yang bisa?"
Acha mengacungkan tangan setinggi mungkin.
"Iyah Acha silahkan.."
"Lubang hidung Rey sebesar dunia dan seisinya. "
Tawa seisi kelas auto pecah. Kecuali Rey. Ia menatap geram Gadis mungil itu. 'Nyari gara-gara lagi nih anak..'
"Haha.. Bisa bisa..
Sekarang, ibu ingin bertanya. Di dalam majas perbandingan, ada yang namanya majas metafora.
Nah, ada yang tahu pengertiannya?"
Sekali lagi, Acha tunjuk tangan.
"Acha lagi? Tapi boleh lah.. Silahkan dijawab."
"Majas metafora itu yang memakai merk suatu barang bukan bu?"
"Itu metonimia. Dan masuknya ke dalam majas pertautan. "
Rey tersenyum meremehkan. "Sok tahu. "
Acha menatapnya kesal. "Biarin!"
"Selain Acha, ada yang lain? Yang tahu?"
"Saya bu." Timpal Rey.
Semua orang langsung menatapnya.
"Majas metafora adalah majas yang membandingkan dua hal secara langsung tetapi dalam bentuk yang singkat atau merupakan 2 gabungan hal yang berbeda yang dapat membentuk suatu pengertian baru."
"Tepat sekali!"
Riuh.. Kali ini seisi kelas bertepuk tangan untuk Rey. Kejeniusannya memang sudah tidak perlu diragukan lagi.
Rey tersenyum bangga. Sementara Acha merasa tersaingi. Sebel!
"Tapi Rey.. Ibu minta berikan contoh kalimatnya. "
"Contohnya itu kacamata bu..
Kaca adalah zat tembus cahaya dan jernih yang terjadi jika tanah kersik dalam bentuk pasir kwarsa dan batu api yang ditumbuk atau batu pasir yang dilebur bersama dengan zat-zat kimia.
Sedangkan mata adalah indera penglihatan manusia.
Dan jika kedua kata itu digabung, maka terbentuklah suatu pengertian baru.." Rey tiba-tiba mengambil kacamata Acha. "Kacamata.. Alat bantu bagi seseorang yang memilki keterbatasan penglihatan seperti nona yang duduk disamping saya ini. "
Sekali lagi, suara tepuk tangan bergemuruh dikelas itu. Rey semakin bangga pada dirinya. Sementara Acha semakin kesal dan langsung merebut kembali kacamatanya.
"Bagus.. Rey memang hebat. "
**
Bel istirahat berbunyi..
Rey bangkit dan berniat pergi. Namun ucapan Acha membuat langkahnya terpaksa berhenti.
"Cuma gitu doang bangga."
"Apa loe bilang?"
Acha ikut bangkit. Ia tatap kedua bola mata Rey, tajam. "Cuma gara-gara berhasil ngejawab pertanyaan Bu Indy tadi, kamu pasti ngerasa jadi orang paling jenius di dunia ini kan?"
"....."
"Kamu salah Rey! Aku akan buktiin, kalau aku juga bisa ngalahin kamu!" Acha berlalu seraya menyenggol bahu Rey.
"Kalau gitu ayo taruhan," ucap Rey tanpa diduga.
Acha menatapnya. "Apa?" Tanyanya. Seolah ia salah dengar.
Rey maju dua langkah. "Bentar lagi UTS. Kalau loe bisa ngalahin gue dan nempatin rangking pertama, gue siap nurutin semua permintaan loe."
Acha mempertimbangkannya. Kira-kira, mampukah ia mengalahkan Rey yang kejeniusannya sudah diakui semua orang?
Tapi bukankah jika kita berusaha, maka tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini? Lagipula tidak ada buruknya bagi Acha. Akhirnya..
"Oke aku setuju. "
Rey tersenyum sinis. "Tapi sebaliknya.. Kalau loe kalah, loe harus jadi pelayan gue selama satu bulan."
"APA????"
BERSAMBUNG ..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Cicih Sophiana
thor apa hubungan nya Acha dan Rey... dgn cerita yg di atas...
2023-08-15
0