3. REGY ALEXANDER

"APA?" Acha tercengang. "Jadi pelayan?"

"Iyah! Kenapa? Loe gak yakin?"

"Si.. siapa bilang? Oke.. aku setuju. "

Mengalahkan Rey? Sepertinya butuh mukjizat Tuhan.

**

Di kantin..

"Serius loe? Loe nantangin dia kaya gitu?" Tanya Mondy setelah Rey menceritakan semuanya.

Rey mengangguk sambil mengunyah baso yang ada dimulutnya. Dia akan menunjukkan pada Acha, bahwa gadis itu sudah berurusan dengan orang yang salah.

"Wah.. Terus menurut loe, dia bisa gak ngalahin loe? Secara, kejeniusan loe kan udah bawaan lahir dan bukan tandingan cewek kaya dia. "

Rey tersenyum sadis. "We will see.." tiba-tiba dia kebelet. "Gue ke toilet dulu yesh. "

Rey bangkit. Saat ia berbalik, tanpa sengaja ia bertabrakan dengan seseorang.

"Eh, sory.." ucap pemuda itu.

"It's okay. "

Sementara itu, Acha mulai giat belajar. Waktu istirahatnya pun ia isi dengan menghafal materi-materi yang telah ia pelajari.

Hingga tak terasa, 1 jam berlalu dan bel masuk berbunyi.

Rey dan Mondy tiba bersamaan. Saat kedua pasang mata itu bertemu, keduanya saling melempar tatapan setajam samurai. Rey pun duduk ditempatnya.

"Apaan loe lihat-lihat?"

"Dih, amit! Siapa juga yang ngelihatin kamu? Bisa busuk mata aku lama-lama!"

"Lawak loe badut!"

"Aku orang, bukan badut!"

"Oh!"

Acha kemudian menaruh bukunya di kolong meja. Dan saat itu, tanpa sengaja tangannya menyentuh sesuatu. Ia pun mengambil 'sesuatu' itu.

Sebuah tikus mainan.

Diluar dugaan Rey yang mengira Acha akan menjerit ketakutan, gadis itu justeru tampak girang. "Ya ampun punya siapa nih? Lucu banget.. Warna putih lagi. "

Mission failed XD.

**

Pukul 20.00, Rey dan Sang Mamah akhirnya tiba di rumah Faisal, adik Mamah Rey sekaligus dokter ahli bedah yang cukup terkenal di Jakarta.

"Makan yang banyak Rey," ucap Renata, istri Faisal sambil menghidangkan masakan buatannya.

"Iya tante," jawab Rey dengan senyuman.

"Ngomong-ngomong Kakak ipar nggak diajak?" Tanya Faisal.

Mamah Rey tersenyum perih. "Kaya nggak tahu dia aja." 17 tahun berlalu, tidak ada yang berubah dari diri Surya. Dia masih sama seperti dulu. Dingin dan tak acuh.

Faisal segera mengalihkan pembicaraan ketika melihat raut wajah Rey yang mendadak murung. "Oiyah Rey.. setelah operasi itu, kamu nggak ngerasain sakit lagi kan?"

"Alhamdulillah nggak Om."

Sementara itu, di kediaman Acha..

"Duh.. putrinya mamah rajin banget." Sang Ibunda menghampiri Acha dikamarnya, sambil membawa sepiring buah.

"Iya Mah.. Gimanapun caranya, Acha harus bisa rangking 1 pas UTS nanti," timpal Acha, penuh tekad.

Sang Bunda tersenyum. "Yaudah.. Tapi kamu jangan lupa makan yah.. Nih buahnya mamah taruh disini."

Acha tersenyum dan langsung memeluk ibunya. Satu-satunya harta paling berharga yang ia miliki saat ini.

**

Pagi buta, Acha sudah nongkrong di perpustakaan yang masih sangat sepi, bahkan tidak ada seorangpun kecuali dirinya disana. Digenggamannya terdapat sebuah buku berjudul RUMUS-RUMUS MATEMATIKA.

Sebenarnya matematika adalah musuh bebuyutannya. Tapi kali ini, ia mencoba bersahabat dengan pelajaran tersebut.

Setelah menghabiskan 1 jam waktunya disana,

Gadis itu pun bangkit dan bergegas keluar. Berniat membasahi tenggorokannya yang tiba-tiba kering.

Begitu keluar, ia berpapasan dengan seseorang yang seakan mengenalinya. "Acha? Kamu Natasha Alula kan?"

Acha tak kalah kaget tatkala melihat sosok itu. "Kak Egy?"

Regy Alexander. Senior sekaligus teman dekat Acha ketika SMP.

"Kamu sekolah disini? Nggak nyangka ih."

"Iyah Kak.. Kakak bukannya di Bandung?"

Egy mengaku jika orangtuanya berpisah. Karena itu, ia bersama Sang Ibu akhirnya kembali ke Jakarta.

Acha ikut prihatin mendengarnya. "Yang sabar ya Kak.. Oiyah, udah berapa hari Kakak sekolah disini?"

"Baru juga kemarin. Dan kamu tahu nggak? Belum apa-apa, udah banyak yang ngefans sama Kakak.

Bahkan ada yang sampai minta tanda tangan juga. "

Acha tertawa mendengar kenarsisan Egy. Tapi tidak heran sih. Egy memang tampan. Sebelas duabelas lah dengan si Reynaldi.

**

Bel masuk berbunyi..

Jika biasanya Acha sudah duduk manis dan Rey baru tiba, hari itu posisinya justru terbalik.

Rey sudah duduk rapi ditempatnya saat Acha masuk.

"Ngomong-ngomong loe gak punya temen yah?" Tanya Rey begitu Acha duduk disampingnya.

"Kenapa emang?"

"Ya tiap hari loe sendiri mulu.. Kan ngenes liatnya.

Apa jangan-jangan, gak ada yang mau temenan sama loe?"

"Enak aja! Banyak kok yang mau temenan sama aku.

Lagian apa urusannya sama kamu?"

"Ya nggak ada sih, cuma--" belum selesai Rey ngebacot, guru yang mengajar hari itu sudah datang.

**

Bagai sekawanan burung yang dilepas dari sangkar, para murid berhamburan keluar ketika bel istirahat berbunyi. Kebanyakan dari mereka takut tidak kebagian tempat di kantin. Atau ada juga yang kebelet boker dan ingin segera mengeluarkan harta karun yang bersemayam dalam perutnya.

Acha sendiri saat itu masih sibuk membereskan bukunya.

"Acha!" Teriak Egy dari luar kelas.

Gadis itu tersenyum seraya melambaikan tangan.

Rey yang juga masih berada disana, menatap heran ke arah Egy. 'Dia kan cowok yang kemaren nabrak gue di kantin.' Batinnya.

Acha menatap Rey. "Tuh, temen aku! Ganteng kan? Lebih ganteng daripada kamu!" Ia pun segera pergi.

Pergi setelah iseng menginjak kaki Rey.

"Aww!"

--

"Siapa cowok tadi?" Tanya Egy disela-sela makan.

Acha menghunus garpunya. "My big enemy!"

"Really?"

"Iyah.. Dia tuh cowok paling nyebelin sealam semesta, tahu nggak Kak? Seumur hidup aku baru lihat cowok kaya dia."

Egy hanya tersenyum sambil geleng-geleng kepala.

"Oiyah Kak.. Kakak kan pinter, ajarin aku dong.

Kalau perlu aku bakal nyewa Kakak buat jadi guru privat aku.. Plis Kak, bantuin aku." Acha memohon dengan segenap hati.

"Emang kenapa--"

"Ih.. aku tuh lagi bikin taruhan sama si Reynaldi..

Jadi gini.. Kan bentar lagi UTS, kalau aku bisa ngalahin dia, dia janji bakal nurutin semua permintaan aku. Tapi kalau aku gagal, dia bakal jadiin aku pelayannya dia selama satu bulan. "

Egy menaikkan kedua alisnya. "Emang dia pinter?"

Acha menaruh garpu yang sedari tadi ia pegang. "Lebih dari sekedar pintar, dia bener-bener jenius.

Aku denger IQ-nya sampe 200."

Egy manggut-manggut. Kalau seperti itu, ia yakin sampai kapanpun Acha tidak akan pernah bisa mengalahkannya. Tapi ia juga tidak ingin membuat Gadis itu kecewa.

"Gimana Kak? Kak Egy mau kan?"

Finally..

"Oke."

Acha tersenyum girang.

**

Pukul 14.00 tepat, bel pulang yang ditunggu-tunggu akhirnya berbunyi.

Saat Rey tiba di parkiran, dari jauh, ia melihat Acha yang dibonceng Egy dengan motornya.

Kemudian seseorang tiba-tiba menepuk pundaknya.

Rey pun berbalik. Terlihat seorang Gadis cantik yang sedang memegang 2 lembar tiket bioskop.

"Rey.. Ntar malem kita nonton Yuk? Nih, gue udah beli tiket buat kita berdua. "

Rey tidak langsung menerimanya dan malah tampak berfikir. Haruskah ia menerima tawaran Gadis itu?

Kalau ditolak kasihan, tapi kalau tidak...

"Gimana? Loe mau kan?"

"Mmm.. Gue.."

**

Malam hari..

Kijang hitam itu berhenti di tempat tujuan, setelah melaju selama 10 menit. Tak lama Rey keluar, kemudian bergegas masuk ke dalam sana.

Baru saja cowok itu hendak mendorong pintu, tiba-tiba ada tangan lain yang juga hendak mendorongnya.

"Loe? Mau ngapain loe kesini?"

"Mau bercocok tanam!"

Rey nyengir. "Serius kutil!"

"Idih.. Enak aja aku dipanggil kutil. Jangan sembarangan kalau ngomong! Nanti ta' sobek-sobek mulutmu."

"Ya lagian loe ditanya baik-baik, dijawabnya kaya eek. "

"Ya ke minimarket selain belanja, mau ngapain lagi coba?"

"Ya kali aja loe mau minta sedekah. Orang kan gak ada yang tahu."

"Haha.. Gak lucu!" Acha langsung masuk. Lama-lama malas juga meladeni cowok sinting itu. Rey pun mengikutinya.

Acha pergi ke tempat makanan. Sementara Rey pergi ke tempat barang.

Setelah itu, keduanya selesai bersamaan.

Saat Rey sudah hampir tiba di kasir, Acha langsung menyerobotnya.

"Ini belanjaan saya tolong di total Mbak."

Meski dongkol, Rey tidak melakukan apa-apa. Orang waras mah ngalah, ye kan?

Tapi saat melihat belanjaan Acha yang banyak dan makanan semua, mulut Rey jadi gatal. "Semua itu mau loe makan sendiri? Kecil-kecil rakus juga yah ternyata."

"Masalah?!"

"Gak! "

Setelah mendapat belanjaan masing-masing, keduanya keluar bersamaan.

"Loe kesini naek apa?"

"Sendal."

"Owh.. loe jalan kaki?"

"Iyah! Emang kenapa? Rumah aku gak jauh kok dari sini."

"Gitu yah?" Tiba-tiba Rey memasang mimik serius. "Tapi hati-hati loh.. Ini udah hampir jam 9. Dan biasanya hantu pada nongol jam segini.

Apalagi kuntilbaby. Eh, kuntilanak maksudnya. " Rey tersenyum menyebalkan, sebelum kemudian pergi dengan mobilnya. "Tatah.."

Acha sendiri tampak ketakutan. Ia lepas sandal yang dipakainya, mengambil ancang-ancang, kemudian lari terbirit-birit. "MAMAHHHH!!!"

-

Acha tiba di rumahnya dengan nafas tersengal-sengal. Rey memang kamvret! Semoga saja dalam perjalanan pulang dia yang bertemu nenek gerondong atau genderuwo sekalian. Biar tahu rasa!

Di ruang tamu, Acha mendapati Egy yang sedang berbincang dengan ibunya.

"Eh.. Kak Egy udah dateng?"

Egy tersenyum dan mengangguk. "Kamu abis darimana?"

"Dari minimarket, beli makanan buat kita."

Egy pun mulai mengajari Acha setelah Ibunya pamit.

Hebatnya, apapun pertanyaan yang Acha ajukan, Egy selalu bisa menjawabnya dengan tepat.

Karena itu Acha merasa puas sekali.

"Kalau kaya gini, aku yakin bisa ngalahin Rey. " Acha berkata dengan penuh percaya diri.

"Aamiin.."

**

Sudah seminggu Egy menjadi guru privat Acha. Setiap malam, Egy tidak pernah absen mendatangi rumahnya, dan mengajari gadis itu semampunya.

Namun.. Sebuah malapetaka datang..

Acha yang belajar terlalu keras, kini berimbas pada kesehatannya. Dari hari ke hari, wajahnya kian memucat, badannya semakin kurus, dan mata panda nya terlihat jelas oleh siapapun.

Suatu ketika, Acha yang sudah tidak bisa menahan rasa kantuknya, memilih tidur saat pelajaran tengah berlangsung.

"Itu.. Siapa yang tidur?"

Rey langsung membangunkan Acha.

Dengan mata yang masih setengah menutup, Acha menegakkan posisi duduknya.

"Biar gak ngantuk, berjemur dilapangan upacara sana!"

Siapa sih Bu Velma? Beliau adalah guru paling garang se-SMA PERTIWI. Jadi siapapun tidak ada yang berani membantah ucapannya, termasuk Acha.

Di tengah lapangan yang luas, Acha berdiri seorang diri. Ngantuk, gerah, lapar, pegal, semuanya bercampur menjadi satu.

"Cha kamu lagi ngapain?" Tanya Egy yang ketika itu hendak ke toilet, dan tidak sengaja melihat Acha.

Acha tersenyum dengan bibir pucatnya. "Berjemur Kak, biar sehat. "

Egy tahu sebenarnya Acha sedang dihukum. Tanpa berkata apa-apa lagi, ia pun pergi guna membeli minum untuk Acha.

2 menit kemudian, Egy kembali sambil berlari-lari.

Anehnya, Acha sudah tidak ada disana.

BERSAMBUNG..

Terpopuler

Comments

Cicih Sophiana

Cicih Sophiana

wah kemana tuh Acha... apa dia pingsan?

2023-08-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!