BAB 2

Hari yang tidak Luna inginkan pun tiba, hari pernikahannya bersama Rendra. Sangat berat bagi gadis itu untuk menjalani hari-hari yang akan dilaluinya esok. Namun kalimat dari Rendra selalu diingatnya, Rendra tidak akan menyulitkan hidupnya. Luna percaya sepenuhnya kepada Rendra untuk hal ini.

Semua prosesi pernikahan telah selesai dilakukan. Kalimat ijab qobul Rendra ucapkan dengan lantang, kata-kata sah dari para saksi menandakan jika Luna dan Rendra telah terikat dalam sebuah ikatan sakral pernikahan. Semua terlihat bahagia, keluarga Rendra tampak sangat senang. Apalagi Ibu Luna yang sedari tadi tidak mampu menahan haru menyaksikan prosesi pernikahan mereka.

Hanya Luna yang tampak lesu di sini. Meskipun dirinya menutupi semua itu dengan senyum, tapi Rendra bisa merasakan sakit di hati Luna.

“Luna, kamar kita ada di atas. Kamu bisa ke sana untuk beristirahat dulu. Acara sebentar lagi akan selesai, aku akan mengurus semua di sini”, ucap Rendra.

Luna mengangguk, dalam hati dia sangat bersyukur Hendra tahu perasaannya. Dia pun segera berjalan menuju tempat yang ditunjukkan oleh Rendra.

“Luna, mau kemana?”

Degg, jantung Luna seperti berhenti berdetak, saat seorang perempuan menghentikannya. Perempuan yang tak lain adalah mertuanya. Luna sedikit kikuk, dia pasti akan terlihat buruk jika mengatakan akan beristirahat sekarang. Bukankah mertua akan seperti itu?

“Luna mau ke kamar ya, kamu pasti capek. Sini biar Ibu antar.”

“Ah tidak perlu Bu, Luna akan ke kamar sendiri.”

“Tidak apa-apa Sayang, kamu pasti lelah”, mertua Luna pun menggandeng menantunya itu berjalan menuju kamar Rendra, “kamu tahu Nak, Rendra tidak mau kamarnya di hias oleh orang lain, dia ingin menghias kamarnya sendiri untuk malam pertama kalian”, timbal perempuan setengah baya itu sambil tertawa. Luna pun ikut tertawa, meskipun ada masalah baru dalam hidupnya kini, ya malam pertama, Luna sempat melupakan hal itu.

Luna masuk ke dalam kamar, kemudian menutup pintu. Kamar yang sangat luas, hampir tiga kali luas kamar di rumahnya. Di dinding, Luna langsung bisa melihat beberapa balon warna warni yang bertuliskan Luna’s room. Luna tersenyum, hatinya senang karena tidak melihat hiasan malam pertama di kamar ini, tidak ada bunga ataupun yang lain. Mungkin ini alasannya kenapa Rendra tidak ingin seseorang menghias kamarnya.

Gadis itu melangkahkan kaki melihat-lihat isi kamar ini. Kamar yang begitu bersih, bahkan jauh lebih bersih dari kamarnya. Ternyata Rendra orang yang rapi, batinnya. Mata Luna menatap jauh ke sekeliling kamar, warna hijau sage yang dipadu padankan dengan warna senada membuat kamar ini terlihat sangat aestetic. Beberapa perabot mewah dan alat elektronik pintar tertata rapi, membuat semuaorang tahu bahwa pemiliknya adalah orang kaya.

“Luna ini kopermu, kamu pasti sangat membutuhkannya untuk mengganti pakaian.” Tiba-tiba Rendra datang dengan dua buah koper besar di tangannya dan meletakkannya di dekat lemari pakaian, wajahnya penuh dengan keringat.

Luna hanya mendelik, kenapa Rendra membawanya sendiri? Bukankah dia bisa meminta orang lain membawa itu semua ke sini? batinnya.

Setelah meletakkan koper, Rendra bergegas pergi. Luna pun membuka kopernya, sambilmerutuki dirinya sendiri. Kenapa tidak terfikir olehnya tentang koper ini? Kenapa malah Rendra yang lebih faham? Merepotkan saja.

Malam sudah semakin larut, suara musik di tempat pesta sudah tidak terdengar lagi. Mungkin para tamu sudah meninggalkan tempat ini.

Luna mengoleskan krim malam di wajahnya saat seseorang membuka pintu kamar. Gadis itu terkejut, apalagi orang itu adalah Rendra. Dengan gerakan reflek Luna segera berpindah dari tempatnya semula. Tampak sedikit kecemasan dari wajahnya.

“Istirahatlah Luna, besok pagi keluargaku akan kembali ke Singapura. Kita akan mengantarkan mereka ke bandara”, ucap Rendra tersenyum. Laki-laki itu tahu betul apa yang saat ini Luna fikirkan.

Rendra berjalan mendekat ke arah Luna. Jantung Luna berdetak sangat cepat. “Tidak, tidak, ini tidak akan terjadi. Aku tidak menginginkannya Rendra, tolong aku! Aku mohon!” seru Luna yang hanya bisa dia katakan dalam hatinya.

Tapi Luna salah, Rendra sama sekali tidak menyentuhnya. Laki-laki itu hanya mengambil bantal dan guling dari tempat tidur kemudian pergi.

“Huufff..”, Luna menghembuskan nafas lega. Ketakutannya tidak terjadi.

Rendra berjalan menuju sofa panjang di salah satu sisi kamarnya, kemudian menata bantal dan gulingnya di situ dan tidur. Luna pun tersenyum senang, kemudian mulai merebahkan dirinya di kasur empuk milik Rendra.

*****

Pagi ini hari pertama Luna berada di rumah Rendra sebagai istri. Tak sulit bagi gadis itu untuk berbaur dengan keluarga suaminya. Keramahan dan kasih sayang keluarga Rendra membuat Luna merasa sangat senang berada di tengah-tengah mereka.

“Ibu tidak bisa kah lebih lama lagi di sini?” tanya Luna sambil memeluk ibu mertuanya saat mereka ada di bandara.

“Maaf Sayang, Ibu harus bekerja, adik-adikmu juga harus sekolah. Ibu akan ke sini lagi lain waktu”, jawab sang ibu mertua sambil mengecup pipi Luna dengan sayang, “Jaga dirimu baik-baik! Mungkin Rendra akan sedikit menyusahkanmu, tapi percayalah dia sangat mencintaimu.”

Luna menatap ibu mertuanya dengan sayang, tanpa terasa air matanya menetes. Ibu mertua yang baru saja dia miliki dan dia sayangi, harus meninggalkannya. Apakah seperti ini kehidupan?

“Luna ayo kita pulang!” seru Rendra sambil menggenggam tangan Luna. Menyadari hal itu Luna segera melepas tangannya. Rendra pun hanya tersenyum sambil menghembuskan nafas panjang.

Sampai di rumah, Luna segera ke kamar. Tak dihiraukan Rendra yang mengajaknya untuk makan siang. Meskipun perutnya lapar, dia tidak ingin makan bersama Rendra.

Luna menangis sambil memeluk boneka teddy bear pemberian ayahnya. Gadis itu merasa sangat sakit. Dia merasa hidupnya telah berhenti sampai di sini. Perjanjian dengan almarhum ayahnya adalah hal terburuk baginya. Kenapa Tuhan membuatnya dirinya seperti ini?

Sementara dari balik pintu, sepasang mata tengah memperhatikan Luna. Rasa sakit yang Luna rasa, dia pun mampu merasakannya. “Maafkan aku Luna, aku berjanji akan selalu berusaha membuatmu bahagia”, ungkap pemilik mata itu yang tak lain adalah Rendra.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!