Bab 3

🌼 HAPPY READING 🌼

______

Vina yang merasa lelah dengan kerjaannya sebagai seorang dokter baru memilih mengistirahatkan tubuhnya agar fresh lagi esok hari, tapi ketika membuka pintu ia disambut dengan nada dering ponselnya sangat terdengar jelas. Vina melangkah mendekati ponsel yang terletak di atas nakas. Vina mengangkat panggilan buang ternyata dari rumah sakit yang menyuruhnya untuk kembali ke rumah sakit karena keadaan sangat genting yang sangat membutuh beberapa dokter dan juga perawat untuk mengatasi hal ini.

Tidak pakai lama Vina yang hanya mengunakan kaos dan celana kain hitam langsung berjalan ke lantai paling dasar dan melihat kedua orangtuanya sedang duduk saling menonton sinetron kesukaan Tasya

" Ma, Pa, Vina ke rumah sakit dulu ya, "pamit Vina sambil buru buru menuju pintu.

" Kenapa balik lagi, sayang?" tanya Tasya

" Ada urusan penting"" jawab Vina sambil menutup pintu.

Rumah sakit

" Sebentar lagi dokter Elvina datang ke sini dok," ucap perawat kepada dokter Haikal.

" Oke siapkan ruang operasi. saya akan mendampingi dokter baru itu, " ucap dokter Haikal.

"Baik dok saya permisi dulu," pamit perawat.

***

Setelah beberapa menit lalu Vina langsung saja Menganti pakaian hijau yang selalu digunakan para perawat dan juga dokter gunaka. Tapi sebelum masuk ke dalam ruang operasi Vina membersihkan terlebih dulu bagian siku hingga jari-jarinya. Tidak lama Haikal datang dan juga melakukan Yang sama dengan Vina.

" Dokter Elvina kamu yang memimpin operasi ini, " ucap Haikal.

" Maksud dok? " Alis Vina saling bertautan garis yang berada di keningnya pun terlihat jelas. Vina sama sekali tidak mengerti dengan maksud Haikal.

"Saya tidak akan mengulangi ucapan saya" ucap Haikal dingin tanpa melihat ke arah Vina langsung saja masuk kedalam ruang Opera.

Semua telah bersiap diposisi masing-masing yang sedang Vina operasikan anak kecil berusia enam tahun mengalami pendarahan akibat tidak memakai sabuk pengaman dan tidak juga menggunakan kursi untuk anak hingga mengalami benturan yang cukup keras dibagian dada syukur kepalanya tidak mengalami benturan, operasi yang dipimpin oleh Vina dimulai.

" Pisau bedah, " ucap Vina operasi berjalan baik mulai dari detak jantung dan denyut nadi normal, ketika Vina menyuruh Haikal mengambil penjepit untuk menjepit pusat pendarahan Haikal malah mengambil pisau bedah hingga membuat perdarahan semakin banyak Vina berusaha menghentikan pendarahan Karena darah yang keluar begitu banyak hingga tidak dapat melihat titik pendarahan

" Penghisap, " perintah Vina pada Haikal yang harus cekatan dalam mengambil alat-alat tapi apa boleh buat Haikal salah mengambil alat yang salah membuat Vina menatapnya dengan tatapan tajam.

Perawat yang berada di dekat situ langsung memberi alat yang benar operasi untuk menghentikan pendarahan telah selesai tinggal menjahit kembali Vina menggunakan benang yang sangat halus di bagian dalam tidak begitu kelihatan dan disinilah keahlian vina, Vina dengan teknik yang diajarkan oleh dokter dirumah sakit terpencil dengan kelincahan tangan Vina sehingga Haikal sedikit terpukau.

" Gunting " Haikal tidak dapat melihat benang halus itu karena sangat-sangat halus.

Gunting pertama baik guntingan kedua baik dengan kelincahan tangan Vina hingga membuat Haikal bingung bagaimana orang bisa melaksanakan operasi dengan waktu singkat, gunting kelima Haikal terlalu dalam hingga membuat benang yang sudah terikat terbuka lagi.

Vina meminta benang baru dan menjahit kembali, gunting diambil ahli perawat yang dari tadi melihat pemimpin rumah sakit ini telah membuat kesalahan secara berulang-ulang kali.

***

" Dokter Haikal, " panggil Vina dengan maksud yang baik.

" Ada apa, " bentak Haikal entah mengapa ia membentak keras Vina yang baru memanggilnya dengan baik.

" Tidak jadi, " ucap Vina ketus. Vina sangat tidak suka jika ia dibentang atau lawan bicaranya itu memakai nada suara yang terdengar sangat kasar seperti Haikal.

Vina berjalan dan melihat perawat yang dari tadi membantunya menyelesaikan kesalahan yang dibuat Haikal.

" Kak Nia, kan?" Sapa Vina.

"Iya dok," jawab Nia.

" Kamu bisa memanggilku Vina saja, " ucap Vina.

" Iya Vina, " ucap Nia.

" Kan gini enak, sudah berapa lama kakak kerja disini? " tanya Vina.

"Emm.. baru saja dua setengah tahun, " jawab Nia.

"Ohhh.." hanya itu yang keluar dari mulut Vina.

Hening...

" Vina " panggil Nia yang melihat vina yang sedang melamun.

" Ya, kak? " ucap Vina kaget.

" Panggil Nia saja, " ucap Nia.

" Kamu dipanggil sama dokter Haikal, " lanjut Nia baru saja menerima telepon dari Haikal.

" Mana? " Tanya Vina melihat kearah dan juga belakang terlihat sepi.

" Diruangannya, " jawab Nia.

" Tapi aku tidak tahu ruangannya dimana? " ucap Vina.

" Ruang dokter Haikal tepat disamping ruangan kamu Vina, masa kamu tidak tau sih?" Ucap Nia.

" Ya..emang tidak tahu. ya sudah aku ke ruang dokter Haikal dulu ya," ucap Vina

Vina berjalan menuju ruangan Haikal dengan keadaan rumah sakit yang sepi, Vina melihat jam yang terpasang di pergelangan tangannya.

' Pantasan sepi sudah setengah dua belas malam toh,' batinnya.

Tok..tok

" Permisi dok. ini saya dokter Elvina, " ucap Vina.

" Masuk " sahut Haikal dari dalam ruangannya.

" Ada perlu apa dokter memangil saya kesini? " Tanya Vina berdiri tepat di meja Haikal yang sedang sibuk dengan ponselnya.

" Ini anak dingin sekali jadi cewek, " batin Haikal.

" Kamu dokter baru kan?" Tanya Haikal.

" Iya, " jawab Vina dengan dingin.

Vina merasa sudah tidak ada lagi yang mau di bahas oleh Haikal. Ia juga tidak suka berdiri seperti patung dan terus diperhatikan oleh Haikal.

" Jika tidak ada yang mau dibahas. Saya permisi mau kembali ke ruang saya, " Vina membuka suara dan juga merasa kram mulai menyerang kakinya.

" Dokter Elvina, bisakah saya meminta nomor teleponmu? " Tanya Haikal.

" Tidak " jawab singkat padat dan jelas membuka pintu keluar dari ruangan Haikal menuju ke ICU untuk melihat kondisi anak yang tadi ia operasi.

Vina melihat anak yang sedang terbaring lemah baru saja Vina mendapatkan kabar kalo kedua orang tua anak itu ikut serta dalam kecelakaan itu dan dalam perjalanan kedua orang tua ini harus kembali menghadap sang pencipta, sungguh Vani yang berada di ruang itu sendiri pun menangis karena melihat anak yang masih kecil tapi sudah harus tinggal oleh kedua orang tua. Dalam batin bertanya 'apakah aku bisa menghadapi hidup ini tanpa orang tua? itu pasti susah sekali..tenang saja Kakak akan selalu menjaga mu' sambil mengelus kepala anak itu

Di sisi lain Haikal menundukkan kepalanya meramas kuat rambutnya merasa bodoh bisa-bisanya ia memanggil orang tanpa ada sesuatu yang jelas.

***

Jam tujuh pagi, Vina semalam tidak pulang karena sudah sangat larut Vita takut kalo dia akan menggangu tidur penghuni rumah pada akhirnya ia mengirim pesan ke mamanya 'ma vina kayaknya pulang larut, mama jangan menunggu Vina ya..tidur yang nyenyak ya..ma selamat tidur' isi pesannya.

Terpopuler

Comments

Jeankoeh Tuuk

Jeankoeh Tuuk

cerita awal yg bagus

2023-09-30

0

siti halimah

siti halimah

q

2021-05-30

0

Dinda Natalisa

Dinda Natalisa

Hai author aku mampir nih kasih like jangan lupa mampir di novel ku "menyimpan perasaan" mari saling mendukung.

2021-03-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!