Ruang keuangan
Wiya yang baru pulang dari mendampingi pertemuan Ilham dengan calon Franchisor kembali ke ruangannya. Hari ini agendanya memang membicarakan alur keuangan outlet pusat dan SOP keuangan cabang. Untuk itulah Ilham yang mewakili perusahaan untuk melakukan presentasi.
Ruangan Wiya dan Ilham memang sengaja terpisah atas permintaan Wiya, dia lebih nyaman berada satu ruangan dengan Mitty yang terhubung dengan ruangan staff keuangan yang lain.
Namun satu ruangan dengan gadis sahabatnya ini tidak melulu menyenangkan. Seperti siang menjelang sore hari ini, sepulang dari presentasi yang melelahkan, Wiya berandai andai ingin memakan pie yang tadi dia pesan dan sebentar bersantai di ruangannya.
Namun realita yang terjadi adalah, belum apa apa Wiya sudah disambut dengan suara musik dari aplikasi komputer Mitty yang sengaja dikeraskan .
Empat belas hari… ku datangi rumah mu,
Untuk menanyakan dimanakah dirimu…
Bukan suara musiknya yang jadi masalah utama, tapi cara Mitty menghayati lagu yang seolah itu lagu paling ternikmat du dunia, Mitty bisa sampai menangis sangking menghayatinya.
“Yassalam Mit, kecilin ngapa, lagu rentenir lagi lu puterin.” Ucap Wiya begitu masuk ke ruangan.
“Eh Wiya udah balik, cape lo ya pasti.” Sapa Mitty sambil mengecilkan sedikit volume dari komputernya
“Iya Mit, makin cape setelah sadar gue disambut ama rentenir.” Ucap Wiya malas mendudukan dirinya di kursi
“Rentenir apa sih Wiy maksud lo.”
“Itu lagu 14 hari datengin kerumahnya apa coba kalau bukan rentenir mo nagih hutang.”
“hahahahahahhahaa…..Bisa aja kan si Wiya , ga ngerti tata bahasa lo tu ya?” Mitty malah tertawa puas melihat sahabatnya mendengus.
“Udah mbaknya. Ini kan gak di nyanyiin sama penyanyi aslinya Wiy, masih enak kok di dengerin. Coba deh resapi setiap baitnya.” Mitty membela diri sambil memejamkan mata menikmati bait demi bait liriknya.
“Eh Wiy, btw nih ya, gue mau curhat eh bukan curhat ding mau nanya mau nanya."
"Tumben bener udah jam segini baru curhat” Sambut Wiya “Curhat apaan?”
“Nanya Wiy, bukan curhat.”
“Iya nanya nanya, nanya apa?”
“Lo tau gak panda yang paling lucu?”
“Semua panda lucu,nurut gue sih.”
“Ih, ada yang paling lucu nggemesin tapi bikin bergidik”
“Apaan ya?”
“PANDAngin wajah Pak Zayn, Wiy, hihihiiih”
“Idih Mitty receh. Satu gumpalan kertas buram mendarat di jidat mitty.
“Sakit, Wiyaaa!” Kata Mitty mengusap-usap jidatnya “Satu lagi deh Wiy, buaya apa yang bikin meleleh?”
“BUAYAngin wajah Pak Zayn ?” jawab Wiya percaya diri, dia yakin itu jawaban yang dimaksud Mitty
“Ciyeee Wiya Ciyeeee, ngebayangin Pak Zayn juga Ciye” Mitty tertawa puas terpingkal pingkal karena berhasil mengerjai sahabatnya itu.
“Mity…dedemiiiiiiitttttttttttttttttt. Ngapain juga gue ngebayangin dia , ganteng? cih , ganteng dari mana. Ya okelah ganteng tapi gak manusiawi, buat apa. Minggir lah sana” Omel Wiya Panjang lebar. Kali ini sebuah pensil, tapi Mitty berhasil menghindar dengan masuk ke kolong mejanya.
Mitty terheran-heran, jIka Wiya kesal dengan Mitty, kenapa harus sepanjang itu omelannya untuk Pak Zayn?
“Gue dari tadi ya pengen certain ke elo Mit, tapi males, tapi gimanapun juga lo harus tau karena ini salah mulut lo juga yang doain gue tadi pagi. ”
Mitty keluar perlahan lahan dari balik meja memastikan tak ada sembarang perkakas lagi dari sebrang yang akan mendarat di wajahnya. Wiya pun sudah malas main lempar lemparan dengan Mitty.
“Apaan Wiy, ucapan gue yang mana? lu kenapa jadi marah marah sama Pak Zayn gitu sih? Gue jangankan mau marah, mau ngeluh di depan bayangan wajahnya aja ga sanggup Wiy” Mitty mengingat-ingat apa yang sudah sembarangan dia ucapkan tadi pagi sampai Wiya bisa sekesal itu sekarang.
“Zayn Dwika Haris, pimpinan kita sekarang nyatanya adalah orang yang ketabrak gue tadi pagi” Terang Wiya dengan ekspresi kalah judi.
“Lo yang bener Wiy? salah liat kali lo!” Memang dia mengatakan bisa saja akan se fiktif itu tapi dia sendiri tak percaya akan se-kebetulan ini.
“TIDAK Mitt, ingatan gue masih jelas. Tapi sepertinya dia ga ingat gue Mitt, tapi kalau nanti nanti dia ingat kan, gimana Mitt? ”
“Waaaahhh how can how can how caaan Ilma Qawiya? ” Mitty heboh masih tak percaya. “Seperti di dalam novel manstream aja deh ah, hemmmm I love you, 1.500 pokoknya Wiy.”
“3.000 Mitt, kok 1.500 sih?”
“Gapapa lah, lagi ada promo.”
“hahahahahha” kedua sahabat itu tertawa lepas dan renyah sekali sampai tidak sadar ada yang mengetuk pintu kaca ruangannya, sehingga ketukan itu terdengar semakin keras.
Ruangan keuangan memang steril, hanya direktur dan staff keuangan yang punya akses masuk, Pun ruangan dikunci dari dalam.
“Wiy…Wiy… Wiyaaa …” Mity mengarahkan telunjuknya kepada Wiya yang posisinya memang paling dekat dengan pintu.
“Eh, Pak Ilham” Sedikit terkejut.
Apa Pak Ilham sudah lama menikmati raut wajah tertawa aku dan Mitty tadi ?
Wiya beridiri menekan password pada ganggang pintu dan membukakan pintu untuk Pak Ilham.
“Masuk Pak” Wiya mempersilahkan Ilham masuk dan duduk di kursi depan meja Wiya.
“Bapak kenapa enggak….” Wiya menggantung kalimatnya menatap ke intercom di atas mejanya. Tumben sekali pak Ilham malah menghampiri ke ruangan.
“Sengaja Wiy, udah lama gak main sini” katanya sambil memainkan figure doraemon kecil yang ada di atas meja
kerja Wiya “Hay Mitty, kerasin dikit dong musiknya, nanggung.”
Mitty mengerjap ngerjapkan matanya panik, tadi saja Wiya protes dengan selera musiknya apalagi pak Ilham.
Duh apa gue ganti aja ya dulu ini musiknya
Bentar bentar, lagu apa ya?
Mitty memilih secara acak lagu dari folder yang bertulis “Playlist Mitty” dan menekan dua kali sehingga terdengar alunan lagu dengan lirik berikut
Kau tahu betapa aku
Lemah dihadapannya
Kau tahu berapa lama
Aku mendambanya
Mohon Tuhan
Untuk kali ini saja
Beri aku kekuatan
'tuk menatap matanya
Hari bersamanya – Sheila On 7
Sekali lagi Ilham berharap banyak pada permainan takdir. Kenapa lagu ini yang Mitty pilih untuk putarkan di hadapan dirinya dan wanita yang didambanya.
Damn, si Mitty sengaja nih pasti.
“Ada apa sih pak kesini?” Ucap Wiya memecah ekspresi canggung Pak Ilham
“Eh ini pie siapa? ada dua?”
Yang ditanya malah balik bertanya, Segtiunya menutupi kecanggungan.
“Silahkan pak, itu tadi saya pesan dari bawah.”
“Terimakasih Wiya,” kemudian memakan satu pie dan menyisakan satunya.
“15 menit lagi Pak Zayn minta kita menghadap wiy, bawa laporan yang aku minta tadi, dan resume meeting kita barusan.”
Wiya melirik ke jam tangannya, sudah sore. Alamat pulang telat lah ini sudah.
“Gapapa kan pulang telat? nanti bilang aja sama ayah, biar diantar aku pulangnya ”
“Hmmm ”
Mau ngomong apa lagi
***
RUANG DIREKTUR
“Silahkan masuk Ilham, Wiya”
Ucap Rifa ramah setelah membukakan pintu ruangan bos nya.
“Terimakasih Bu Rifa.“
Balas Wiya tak kalah ramah. Walau hanya terpaut usia 4 tahun lebih muda, Wiya tetap memanggil Rifa dengan sebutan Ibu sangking segannya dengan wanita yang sangat cekatan dan professional itu. Setidaknya itu yang Wiya lihat selama Rifa menjadi asisten Pak Haris. Ilham langsung dipersilahkan duduk, Wiya berdiri dibelakang Ilham, merunduk.
Sebenarnya dia sedikit takut kalau Zayn mengenal wajahnya dan teringat insiden tadi pagi. Lihat saja mata Zayn tak lepas memandangnya padahal Ilham sudah duduk berhadapan dengannya.
“Ini arsip laporan keuangan satu semester terakhir Pak. Dan ini resume presentasi tadi siang.”
Ucap Ilham memecahkan pandangan pak Zayn. Zayn sontak menoleh ke arah lawan bicaranya.
“Terimakasih, saya rasa usia kita tidak terpaut jauh, jadi bolehkah saya memanggil dengan nama anda saja?”
“Ah, tentu saja Pak, nama saya Ilham.” ucap Ilham mengulurkan tangannya dan disambut oleh Zayn.
Kemudian Mata Zayn kembali menuju Wiya yang masih setengah mati menahan lehernya untuk tidak mendongak, entah sampai kapan dia tak ingin Zayn sadar dan mencoba mengingat dirinya.
Atuhlah kenapa anda berdua pada salam-salaman?Tadi kan udah pas meeting. bikin lama aja kan
“Hmm Ilham, dia ini?” Zayn menunjuk dengan isyarat mata ke arah Wiya`
“Oh, perkenalkan pak, ini Wiya, asisten manajer keuangan di sini, Wiya ini yang sudah membantu saya dua tahun belakangan”
“Tidak tidak saya tidak bertanya namanya, maksud saya, apa dia biasa begitu saat berhadapan dengan orang?” Terasa sangat nyelekit di pendengaran Wiya yang tak punya pilihan lain saat itu.
“Wiya, sst….Wiy..” Ilham sedikit menarik ujung lengan Wiya . Dan terang saja Wiya jadi salah tingkah sendiri setelah mengangkat pandangannya dan melihat ke arah pimpinan barunya itu.
“Maaf pak…sa..saya sedang tidak enak badan.” Jawab Wiya asal.
Rasanya tadi Qawiya baik baik saja.
Batin Ilham sambil mengerutkan dahi.
“Hmm. Ilham saya tadi sudah membuat rekomposisi yang sudah saya sampaikan pada Rifa, tapi khusus untuk pengelolaan keuangan, saya masih membutuhkan bantuan kamu dan tim mu, dan tentunya asisten mu itu.”
“Eh tadi namamu siapa? Wiya?” Zayn merasa seperti mengingat sesuatu “Rasanya kita pernah bertemu sebelumnya ya?” Tanya nya pada Wiya.
******
“Emm, maaf pak saya rasa tidak.” Jawab Wiya lebih cepat dari detak jantungnya saat itu.
Walau ternyata dia tidak sekaku yang terlihat
Tapi malu dong gue kalau dia tau yang tadi pagi nabrak dia itu
Karyawan kaleng kaleng an di perusahaanya.
“Ah yasudah tidak terlalu penting. Kalian boleh kembali. Ohya Ilham, kapan hari jika kamu ada waktu mari kita bertemu diluar jam kerja. Sekedar bersantai. Tapi kamu tidak perlu membawa asisten mu ini.”
Ucap Zayn sedikit meledek.
“Hahahha. Tentu saja Pak. Wiya hanya assiten manajer keuangan. Bukan asisten pribadi saya. Tapi entahlah kalau dia menawarkan diri saya tidak keberatan sama sekali” Jawab Ilham dengan santainya kemudian beridiri akan keluar.
“Saya permisi Pak Zayn, selamat bekerja.”
Yang ditinggalkan masih terdiam memikirkan kalimat Ilham yang terakhir . dan mencari korelasi dengan pesan ayahnya pagi tadi
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Erinda Dwi Wulandari
orang tanjung pinang kenal kata 'atuhlah' ya.....hmmm....itu kan bahasa Sunda ..,.
2023-03-31
0
Rizkha Nelvida
auto suka ceritanya😂😂
2022-04-13
0
🌺ʅσʋҽ Ɱу family🌺
𝘸𝘢𝘩𝘩 𝘴𝘦𝘳𝘶 nih👍
2022-03-09
0