Sarah mengalami mual hebat selama awal kehamilannya, penciuman yang lebih sensitif dari sebelumnya mengakibatkan bau apa saja yang yg mengganggu menjadikan ia mual bahkan sampai muntah.
Alvin yang melihat itu pun tidak bisa melakukan apapun, ia tidak membiarkan istrinya melakukan pekerjaan rumah karena kondisi Sarah juga tidak memungkinkan untuk mengerjakannya.
Saat memasuki kamar mandi Sarah selalu mual, ternyata sarah terganggu dengan aroma sabun yang biasa mereka pakai itu. Pantas saja, Sarah selalu kesal saat suaminya itu mendekatinya sesaat setelah mandi. Segera Alvin membeli beberapa sabun mandi dengan maksud mengganti sabun mandi yang ada di rumah.
Saarah sering kali merasakan keram hebat di perutnya sehingga pada pemeriksaan kandungan yang mereka lakukan terakhir kali dokter meresepkan obat penguat kandungan dan meminta Sarah untuk beristirahat total. Emosi Sarah sangat tidak stabil selama kehamilan, ia sering kali menangis apabila teringat orang tuanya. Bahkan saat kakaknya tidak membalas pesannya sarah akan merasa sangat sedih sampai menangis tersedu-sedu. Namun, hal ini hanya terjadi di rumah. Sarah seolah menjadi orang lain saat ia pergi kuliah, ia tidak merasakan mual sedikitpun.
"Ayang, aku pengen es pisang ijo," rengek Sarah pada suaminya sepulang dari kampus.
"Astaga, di sini kemana aku mau carinya ayang?" jawab Alvin dengan nada terkejut karena kebingungan.
"Aku cuma bilang. Kalo ga mau cariin ga usah marah!" balas Sarah kesal dan membalikkan tubuhnya ke dinding.
"Ya Tuhan, siapa yang marah," lirih Alvin sambil mengelus pundak istrinya.
Sarah menangis tersedu-sedu perihal jawaban suaminya terkait es pisang hijau. Alvin hanya terkejut tanpa ada marah sedikitpun, tetapi Sarah sudah menangis seperti itu.
Segera Alvin menghubungi teman-temannya menanyakan apakah ada yang menjual es pisang hijau di sini tetapi nihil. Harga pisang disini hampir sama dengan harga berkilo kilo pisang di Indonesia dan siapa juga yang akan menjual es pisang hijau disini.
Alvin mencoba menenangkan Sarah sambil membawakan beberapa es krim, Sarah pun mengambil es krim itu dan memakannya sambil masih sedikit terisak. Selama kehamilan Sarah sangat suka makan makanan yang manis padahal sebelumnya ia tidak begitu menyukai makanan manis. Sarah juga tidak bisa mencium aroma nasi dan air panas, jadi ia hanya mengonsumsi roti dan kentang sebagai sumber karbohidrat.
Alvin yang cukup kewalahan sangat memaklumi perubahan drastis istrinya itu. Setiap malam istrinya itu akan meminta untuk dielus punggungnya atau bahkan minta dipijat hampir di seluruh bagian tubuh, sebentar di kepala, kemudian di telapak kaki lalu pindah ke punggung dan seterusnya.
...🍀🍀🍀...
Hari ini kuliah Sarah dimulai pukul 10 pagi, Sarah yang sudah rapi dan bersiap akan berpamitan dengan suaminya. Sarah tertegun memandangi suaminya yang sedang tertidur lelap. Sejauh ini suaminya sudah sangat memperlakukan dia dengan baik, dipandangi Sarah wajahnya yang tampak kelelahan itu.
Pagi menjadi malam dan malam menjadi siang, tapi Alvin tidak pernah mengeluh, Sarah merasakan perasaan bersalah karena telah egois terhadap pilihannya. Apakah yang dia pilih ini adalah sesuatu yang salah, pikirnya.
Sarah segera memutuskan untuk pergi sebelum air matanya yang ringan terjun bebas, ditinggalkan nya sebuah catatan di atas meja, mengabarkan bahwa ia telah berangkat dan meminta maaf karena tidak membangunkan suaminya itu.
Entah mengapa begitu melangkahkan keluar dari rumah tubuh Sarah seolah ringan. Ia tidak lagi merasakan mual bahkan sakit dan pegal di seluruh tubuh seperti yang terjadi di rumah. Namun, berbanding terbalik sekali saat di rumah. Semuanya sakit tak terkecuali.
Untuk memanfaatkan kesempatan ini maka Sarah memutuskan untuk menyelesaikan semua tugasnya di kampus karena dia bahkan akan kesulitan walau hanya untuk membuka mata dirumah.
Perkuliahan dilaluinya dengan sangat antusias seperti biasanya. Tia dan Rebecca bercerita bahwa mereka akan menghabiskan weekend ini bersama keluarga, yang itu artinya mereka akan pulang ke London. Tak heran, jaraknya hanya sekitar 3 jam perjalanan menggunakan mobil jadi mereka sangat sering pulang untuk melihat keluarganya. Weekend kali ini cukup panjang, hari kamis dan jumat libur dan kami baru akan masuk lagi di hari selasa.
Sebelum pulang, Sarah menyempatkan diri untuk membeli beberapa buah dan es krim. Selama kehamilan Sarah merasa mual dan mulutnya terasa pahit sehingga ia ingin mengecap rasa manis untuk menghilangkan mualnya itu. Sesampainya di rumah Sarah tidak mendapati Alvin di mana pun. Sarah mencoba menelpon, tetapi ternyata Alvin tidak membawa ponselnya. Sarah tidak merasa nyaman dengan situasi ini, ia merasa kesal dan khawatir.
Suara pintu rumah terdengar, Sarah berlarian menyambut Alvin yang baru saja tiba. Namun, entah kenapa sebelum satu patah kata keluar dari mulutnya air matanya telah terjun bebas terlebih dahulu. Alvin yang melihat itu sangat terkejut, dipeluknya istrinya itu mencoba menenangkannya.
"Ada es pisang ijo nih," bisik Alvin mengangkat satu tangannya yang membawa kresek dingin.
Sarah segera menghapus air matanya dan menyambar plastik belanjaan yang dibawa Alvin itu. Entah apa yang merasukinya, ia merasa sangat senang melihat keindahan es pisang hijau yang ada di depannya itu. Padahal sebelumnya ia tidak begitu tertarik dengan sejenis ini.
Sarah memakan makanannya dengan penuh senyuman sambil sesekali melirik Alvin yang seperti ingin menjelaskan sesuatu. Alvin mengeluarkan sebuah amplop, yang ternyata itu adalah SIM. Alvin selama sebulan terakhir ini mengikuti kursus mengemudi, perbedaan antara kemudi sebelah kanan dan kiri di Indonesian membuatnya sedikit kesulitan. Sarah sangat senang tentunya, hari itu benar-benar banyak kejutan untuknya.
...🍀🍀🍀...
Alvin dan Sarah pun memutuskan untuk menghabiskan libur mereka dengan berpergian, tentunya dengan menyewa mobil untuk melatih kemahiran Alvin dalam berkendara. Mereka tidak hanya berdua, Ridho dan Istrinya Umi juga ikut berlibur bersama Alvin san Sarah kali ini.
Ridho adalah teman dekat Alvin saat bekerja di Palembang, Sarah juga mengenalnya. Ridho dan Istrinya sendiri sudah hampir satu tahun berada di Cardiff, karena Ridho melanjutkan kuliahnya di sini seperti Sarah. Tak lupa, mereka berdua juga lah yang membantu Sarah saat pertama kali kepindahannya itu.
Mereka sangat menikmati pemandangan di sepanjang perjalanan menuju London. London, mereka memutuskan untuk pergi ke London. Sarah juga sudah menghubungi kedua temannya Tia dan Rebecca, mengabarkan bahwa ia akan berkunjung dan disambut antusias oleh keduanya.
Sarah membawa banyak amunisi selama di perjalanan, mulai dari box es yang berisi es krim, buah-buahan dan beberapa snack. Umi pun tak kalah banyaknya, ia membawa puding coklat, aneka gorengan dan roti yang dbuatnya sendiri. Para suami pun hanya bisa tertawa melihat tingkah istri-istri mereka itu.
Sarah melahap gorengan yang dibawa oleh Umi, digigitnya dan dirasakannya perlahan rasa dan tekstur dari gorengan itu. Sarah merasakan ada sesuatu.
"Kak, kayaknya ada sesuatu yang kurang deh dari gorengan ini," ucap Sarah memecah keheningan.
Umi yang terkejut, mengambil satu dan mencicipinya. Namun, ia tidak merasakan ada yang aneh dengan gorengan itu
"kenapa dek? Keasinan kah? Kamu kegigit garem?" tanya Umi khawatir.
"Bukan kak, kurang rawit!" teriak Sarah dan disambut tawa semua penghuni mobil.
Umi mengeluarkan saus sambal dari dalam kotak bekalnya, dan memberikanya kepada sarah. Sarah tersenyum lebar dan kembali melahap gorengannya sambil tersenyum lebar. Cabe rawit atau cabe gorengan sangat susah ditemukan di tempat mereka tinggal sehingga saus sambal khas Indonesia menjadi salah satu alternatif yang harus dimiliki disana.
Mereka pun menikmati perjalanan singkat itu, tanpa menyadari bahwa Sarah sama sekali tidak mual bahkan dia seolah olah paling bersemangat diantara yang lainnya.
Tbc..
Happy reading guys..
Mohon dukungannya denganmeninggalka like dan komen ya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments