Teman Hidup
Sarah terbangun dari tidurnya, menyadari matanya dan bantal yg ditidurinya sudah sangat basah. Dia menangis saat tidur, lagi. Suaminya tengah memeluk sambil mengusap lembut punggungnya.
"Udah ya, udahan nangisnya," bisik Alvin sembari terus mengusap punggung istrinya itu.
Sarah sering kali menangis saat tidur tanpa dia sadari, hal ini sudah terjadi sejak orang tuanya meninggal 2 tahun lalu. Sarah dan Alvin menikah sudah hampir satu tahun dan Alvin sudah hafal betul kebiasaan tidur istrinya ini. Mereka sudah mencoba memeriksakannya tetapi dokter hanya meminta agar sarah jangan terlalu banyak pikiran.
"Aku nangis lagi ya? Lama? Maaf ya," ucap Sarah sambil menatap Alvin.
"Udah, ayo tidur lagi. Nanti pusing," jawab Alvin lembut.
Sarah ingat betul apa yang baru saja muncul di mimpinya, tragedi kecelakaan yang menewaskan orang tuanya. Kecelakaan itu terus menerus membuat Sarah menyalahkan dirinya karena dia yang saat itu mengemudikan mobil, semua penumpang yaitu kedua orang tuanya tidak tertolong.
***
Pagi ini seperti biasa Sarah sudah menyiapkan sarapan, Alvin muncul dengan pakaian yang sudah rapi dan tersenyum lebar. Mereka sarapan sembari mengobrol ringan dan bersiap untuk ke kantor. Kantor Alvin dan Sarah berbeda arah sehingga mereka pergi dengan kendaraan masing masing. Setelah mengantar suaminya pergi, Sarah bersiap menyalakan mobil dan mengunci pintu.
Hari berlalu dengan cepat, Sarah melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang karena hari sudah mulai gelap. Ada beberapa mahasiswa semester akhir yang bimbingan sehingga hari ini dia pulang sedikit terlambat.
Sesampai di rumah, ternyata Alvin sudah lebih dulu tiba. Sarah bergegas masuk, tak lupa dia membawa es krim yang dibelinya saat menuju ke rumah tadi.
"Aihh, harumnya. Ayang masak apa?" Sarah Tersenyum lebar saat melihat suaminya tengah sibuk memasak di dapur.
"Menu spesial dong, sana bersih-bersih dulu sebentar lagi maghrib," jawab Alvin sambil mencoba menyembunyikan yang dia masak.
"Siap Bos," ucap sarah cepat sambil memberi hormat kepada suaminya.
Sementara Sarah mandi, Alvin menyelesaikan masaknya dan membersihkan dapur bekas dia memasak. Sejak awal menikah mereka selalu membagi pekerjaan rumah, tidak terpaku pada memasak mencuci hanya tugas istri. Saat Sarah sibuk Alvin yang akan mengerjakan pekerjaan rumah dan begitu sebaliknya.
Adzan maghrib pun berkumandang, Sarah dan Alvin melaksanakan sholat berjamaah. Setelah sholat mereka menyiapkan makan malam berdua, ternyata Alvin masak makanan kesukaan Sarah, Sop buntut. Mereka menghabiskan makan malam dengan bercerita keseharian mereka selama di kantor.
"Ayang, hari ini pengumuman beasiswa. Kamu sudah cek? " tanya Alvin.
"Oh astaga, aku lupa." Sarah bergegas mengambil laptop.
Mereka berdua berpegangan tangan sembari menunggu proses verifikasi akun. Sarah bisa memeriksa pengumuman dengan menggunakan ponsel tetapi dia memilih menggunakan laptop, agar lebih leluasa.
"Ayang, kalo ga lulus gimana?" bisik Sarah.
"Cek dulu, biar tau. baru tanya," jawab Alvin sambil tertawa.
Sarah jengkel, sebenarnya dia ingin dukungan atau sekedar kata motivasi tetapi Alvin menjawab tidak sesuai harapan. Namun, sebenarnya dalam hati Alvin Sangat yakin betul istrinya itu pasti akan lulus.
"Hore, Selamat Anda diterima sebagai penerima beasiswa!" teriak Sarah memeluk Alvin.
"Selamat sayang, Hore kita bakal liburan 3 tahun di Inggris " ujar Alvin sambil mengacak rambut istrinya.
Sudah beberapa bulan ini Sarah disibukkan dengan persiapan pengurusan S3 yang akan dia ambil di Inggris. Namun, Sarah tidak terlalu berharap karena dia pikir terlalu banyak yang mendaftar. Bergegas setelah bersukaria berdua, mereka menghubungi orang tua Alvin untuk memberikan kabar bahagia ini.
Mereka menghabiskan malam dengan makan es krim sambil mengobrol dan menonton film random sampai akhirnya waktu menunjukkan pukul 22.00 mereka pun memilih tidur karena harus bekerja kembali besok.
Jam sudah menunjukkan pukul 01.00 dini hari namun Sarah masih terjaga, dipandanginya sosok lelaki yang sudah hampir satu tahun ini menemaninya. Alvin adalah sosok yang tenang yang kadang sedikit usil, tak pernah sekalipun Alvin membentak Sarah bahkan saat mereka bertengkar.
Rumah tangga mana yang di dalamnya tidak pernah beradu argumen, tentu saja setiap rumah tangga pasti kadang ada yang tidak sependapat. Namun, saat sedang marah sekalipun Alvin tidak pernah berkata kasar pada Sarah. Justru sebaliknya, intonasi suara Sarah yang kadang lebih tinggi saat mereka sedang berdebat.
Sarah mencoba memejamkan matanya mencoba agar tertidur, namun sang mata masih sulit untuk diajak berkompromi. Alvin terbangun dari tidurnya, Sarah berpura-pura tidur karena jika Alvin tau Sarah tidak tidur dia akan mengomel sepanjang hari.
Alvin beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi, Sarah mengawasi gerak geriknya dari kegelapan karena memang lampu kamar sedikit diredupkan saat mereka tidur.
Ternyata Alvin bangun untuk sholat tahajud, selepas dari kamar mandi Alvin menggelar sajadahnya dan sholat dalam keheningan malam. Setelah sholat Alvin kembali menuju tempat tidur.
"Ayo bangun sebentar, sholat!" bisik Alvin seraya membenarkan selimut Sarah dan mencium keningnya.
"Baa!" Sarah mencoba mengagetkan Alvin.
"Udah bangun dari tadi? Atau kamu memang belum tidur?" tanya Alvin curiga.
Sarah hanya tertawa dan bangun dari tempat tidur. Walaupun dia coba berbohong Alvin akan tau, jadi dia akan lebih memilih untuk mengaku, tertawa yang artinya mengaku tanpa bicara itu adalah kode isyarat mereka berdua.
Sebentar lagi adzan subuh, Alvin dan Sarah memutuskan untuk tidak tidur lagi. Jika Sarah memilih untuk mencoba tidur pun percuma karena jika tidur yang hanya sebentar justru bukan segar yang didapatnya, tetapi pusing.
Sarah memutuskan untuk memasak, karena tiba-tiba dia ingin membawa bekal ke kantor. Alvin sendiri membantu dengan menyapu dan memasukan pakaian ke mesin cuci, seperti itulah mereka membagi pekerjaan rumah.
"Dimana mana orang itu ditutup matanya kalau mau tidur, lah ini melek ya mana bisa tidur malah makin terang itu mata," gerutu Alvin seraya menggantungkan sapunya, dia telah selesai menyapu.
Sarah menghidupkan musik untuk meredam omelan Alvin sepanjang pagi itu. Alvin tidak akan membiarkan Sarah berangkat kerja sendiri karena Sarah tidak tidur, sehingga Alvin yang akan mengantarnya. Omelan Alvin pagi itu ditutup oleh sarapan yang dibuat Sarah, nasi goreng kampung dan teh hangat. Bekal sudah siap di kotak bekal masing-masing. Bekal Alvin di kotak Biru dan Sarah di kotak merah.
Sarah dan Alvin bekerja sebagai dosen di salah satu perguruan tinggi swasta di kota Jogja. Namun, di kampus yang berbeda. Alvin sebagai dosen Hukum dan Sarah sebagai dosen Farmasi. Mereka berdua memang sengaja memilih untuk tidak satu tempat kerja karena itu akan membuat mereka tidak nyaman.
Setelah semuanya siap mereka pun berangkat bersama. Sarah tidak merasa mengantuk sama sekali, namun dapat dipastikan setelah maghrib nanti ia bahkan tidak akan bisa membuka matanya walau sebentar.
Sarah cukup senang karena hari ini dia tidak perlu membawa kendaraan, karena pangerannya akan dengan setia mengantar dan menjemputnya.
Tbc..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Yuri Lowell
Mantap, pasti direkomendasikan ke teman-teman👍
2023-08-02
0
Aisyah Azzahra
Aku udah jatuh cinta dengan karakter-karaktermu. Keep writing! 💕
2023-08-02
0